Seminggu yang lalu, sepulang jemput Cinta sekolah seperti biasa saya menyiapkan makan siang untuk kami berdua. Karena sedang malas makan dan Cinta juga mengaku masih kenyang, saya hanya bikin roti isi tuna dan telur dan banana split untuk Cinta. Setelah semua siap, saya ajak Cinta membersihkan tangan dan bersiap-siap untuk makan.

Sambil menunggu Cinta selesai makan, saya pun membersihkan diri dan tiba-tiba menyadari ada sedikit flek. Saya langsung teringat pesan dokter yang meminta untuk segera ke rumah sakit jika terjadi perdarahan meskipun hanya sedikit. Secepat mungkin saya mengabari suami. Ia pun menawarkan diri untuk menemani ke rumah sakit. Tapi kemudian saya berubah pikiran dan memilih untuk pergi ke Pusat Kesihatan Sg. Liang tempat saya biasa periksa kandungan yang berada di dekat rumah.

Sampai di sana, suster Mother and Child Health Centre langsung menyuruh saya bertemu dengan outpatient doctor di lantai atas. Setelah dicatat segala keluhan, dokter meminta saya kembali ke MCH bertemu dokter kandungan di klinik bawah. Begitu ketemu dokter obgyn langsung aja dia mengomeli saya karena seperti yang saya sebut di atas, dia sudah wanti-wanti supaya saya langsung ke rumah sakit jika terjadi sesuatu. Dia sudah memprediksi hal ini karena letak plasenta bayi yang ada di bawah (low lying placenta). Dokter pun kemudian memberi rujukan supaya saya dirawat di rumah sakit Suri Seri Begawan yang terletak di Kuala Belait dan dibawa ke sana dengan ambulan sesuai prosedur klinik. Huaaa, heboh banget deh rasanya.

Alhamdulillah selama proses mondar-mandir di klinik itu, Cinta bisa diajak bekerja sama. Dia tahu bahwa mama dan babycinno sedang kurang sehat. Bahkan dia menyibukkan dirinya sendiri dengan melipat-lipat brosur kesehatan yang tersedia di klinik. Cinta juga semangat sekali begitu tahu saya mau dibawa dengan ambulan, sehingga waktu suami datang dan menawarkan Cinta untuk ikut mobilnya dia menolak.

Jadilah sepanjang perjalanan ke rumah sakit itu Cinta menemani saya di ambulan sambil asik mengamati peralatan di dalamnya dan berceloteh menikmati pengalaman berada di dalam mobil besar itu. Sesampainya di rumah sakit, saya langsung diobservasi oleh suster dan diminta untuk menjalani rawat inap sesuai dengan peraturan kesehatan di Brunei.

Lucu juga lah pengalaman menginap di rumah sakit Suri Seri Begawan ini. Kamar yang tersedia terdiri dari 4 tempat tidur, 1 toilet dan 1 kamar mandi di dalam. Jarak antara 1 tempat tidur dengan yang lain cukup lapang dan hari itu hanya ada 1 pasien lagi selain saya. Suster sempat menawarkan kamar first class saat menerangkan fasilitas-fasilitas yang akan saya dapatkan di kamar tersebut. Tapi kemudian dia menambahkan bahwa kamar yang biasa pun sudah cukup karena tidak banyak perbedaaannya dengan kamar kelas 1. Akhirnya sesuai saran suster kami pun memilih kamar biasa.

Benar saja, kamar tersebut cukup nyaman selain itu karena pasien nggak boleh ditungguin dan hanya bisa dijenguk saat jam besuk, kami pun bisa beristirahat dengan tenang. Selama perawatan suster melakukan observasi dengan CTG, memberikan obat, mengukur suhu badan, mengambil contoh darah dan urine setiap beberapa jam. Lampu kamar dimatikan jam 10 malam sehingga suasana benar-benar sepi. Alhamdulillah lho ambil kamar yang biasa dan ada temennya, daripada di first class cuma sendirian malah bisa nggak tidur karena takut hehehe.

Jam 5.30 pagi sudah dibangunin untuk cek tensi, suntik dosis kedua dexamethasone, CTG dan minum susu. Suntikan tersebut diperlukan untuk menguatkan paru-paru si bayi karena dengan kondisi low lying placenta dan riwayat perdarahan seperti ini, dikhawatirkan ada kemungkinan babycinno lahir lebih awal.

Karena babycinno sudah bangun dari jam 4 pagi, waktu di CTG dia tidur lagi sehingga hasilnya kurang bagus sampai disuruh duduk, miring ke kanan kiri, makan coklat supaya si bayi bangun. Setelah hampir 1 jam CTG, hasil grafiknya mulai membaik sehingga waktu dokter visite sudah diperbolehkan pulang hari itu juga. Horeeeee…

Sayang karena waktu masuk hari Kamis kemarin kita belum masukin deposit akibat bagian keuangan sudah tutup dan di hari Jumat instansi pemerintahan libur termasuk bagian administrasi rumah sakit, suster pun belum berani memulangkan saya. Tapi setelah berunding kami memutuskan untuk meninggalkan uang sejumlah B$ 200 yang diminta suster sebagai deposit dan settlementnya diambil hari Sabtu. Yah, daripada nginep sehari lagi di rumah sakit kan ya, seenak-enaknya juga tetap lebih enak di rumah.

Untungnya selama saya di rumah sakit suami sigap banget mengurus Cinta dan rumah, malah waktu whatsappan sekitar jam 10 malam dia baru selesai bebersih rumah sementara Cinta sudah tidur karena kelelahan mondar-mandir rumah – klinik – rumah sakit – rumah – rumah sakit – rumah dan sesorean menangis karena membayangkan malam itu nggak tidur sama mamanya. Saya jadi tenang malam itu meninggalkan Cinta di rumah saja sama papanya.

Alhamdulillah dari hasil observasi semuanya oke, nggak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Flek diakibatkan oleh vaginal discharge aja bukan karena gesekan plasenta. Tapi tetap diminta untuk lebih banyak istirahat di rumah, banyak makan dan minum air putih karena hemoglobin rendah. Dan yang bikin seneng, setelah terima settlement tagihan rumah sakit ternyata habisnya cuma B$ 20, sodara-sodara, kira-kira sekitar Rp 150,000. Murah banget kan ya. Cuma dihitung biaya kamar yang sudah termasuk tindakan suster dan dokter. Sedangkan tes darah, pap smear, USG, obat, ambulan, semua nggak dihitung. Sampai susternya bilang, “You’re very lucky.” Alhamdulillah lagiiiii…

Sayang dokter rumah sakit nggak ngasih tahu apakah letak plasenta masih di bawah atau sudah pindah, sehingga waktu kontrol ke obgyn di klinik hari Selasa kemarin dia nggak bisa memastikan apakah saya bisa melahirkan normal atau harus caesar. Malah jadwal USG berikutnya yang seharusnya di minggu ke-36 diundur ke minggu 38. Yah, moga-moga nggak keburu lahir aja deh babycinno.

Jujur sempat kecewa dengan kurang informatifnya dokter-dokter ini, karena keterbatasan informasi bikin saya kepikiran lagi. Harapannya sih sekarang kan sudah trimester ketiga, mbok ya segera dipastikan dan direncanakan proses lahiran yang aman. Kalau memang harus caesar ya nggak apa-apa tapi setidaknya ada kepastian gitu, bukannya nunggu nggak jelas gini. Sebagai orang yang terbiasa well prepared situasi seperti ini bikin stres. Tapi ya sudahlah, memang keadaannya harus begini, there’s nothing I can do. Mau pindah dokter atau minta second opinion di dokter obgyn yang praktik swasta kok ya selain jauh (cuma ada di Jerudong) toh nantinya balik lagi periksa di klinik situ dan melahirkannya di rumah sakit itu.

Moga-moga kita sehat terus ya babycinno, semuanya lancar sesuai dengan yang diharapkan. Can’t wait to see you in 7 weeks.

Suka dengan artikel ini? Yuk bagikan :)

alfakurnia

Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com

8 thoughts on “Mendadak Opname

  1. klo dulu saya divonis tali plasenta pendek mb, jd kata dokter harus caesar, tp pas usia 36 minggu, tiba2 kata dokter tali plasenta saya tiba2 memanjang dan mungkin bisa normal, akhirnya jadwal caesar di-cancel… hehe… semangat mb…. semoga sehat2 trs ya sampe persalinan lancar, aamiin… oiya, RS di jepang jg sama loh, pasien ga boleh ditungguin, trs lampu kamar pasien jam 10 mati jd bisa istirahat tenang deh… 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top
error: Content is protected !!