Mengenal potensi diri. Kenapa sih harus mengenali potensi diri? Udah ibu-ibu juga kok, apalagi yang mau dikejar?
Once upon a time. Saya pernah memiliki pikiran seperti itu. Sejak menjadi ibu rumah tangga ya merasa pencapaian saya sudah cukup dengan mengurus anak-anak dan suami di rumah. Sambil mengisi blog pribadi ini atau menulis konten di situs-situs parenting.
Tapi entah kenapa, saat usia sudah mencapai angka 4 dan anak-anak sudah cukup besar. Saya merasa kok hidup saya begini-begini aja, ya.
Sebagai ibu, metode parenting yang saya terapkan ternyata tidak berjalan terlalu baik untuk anak sulung yang menjelang remaja. Sebagai istri ya saya merasa kurang maksimal membersamai suami. Sedangkan sebagai blogger pencapaian saya jauh di bawah teman-teman blogger yang lebih muda. Apakah ini middle life crisis?
Setiap kali mengeluh sama suami, dia selalu bilang, “Lha kamu mau apa? Kamunya sendiri lo nggak tahu mau apa.”
Kalau dipikir-pikir benar juga, sih. Selama ini saya bingung dengan diri saya sendiri. Bahkan mungkin bisa dibilang saya nggak mengenali diri sendiri.
Saya paling nggak suka kalau ada pertanyaan seperti, “Sebutkan 3 kata yang bisa menggambarkan dirimu,” atau “Apa hal yang menjadi passionmu.” Karena saya nggak tahu jawabannya. Padahal saya pemegang gelar sarjana Psikologi yang harusnya bisa memahami diri sendiri lebih baik dari orang lain. Dan gimana mau mengembangkan potensi diri kalau nggak mengenali diri kita sendiri, kan?
Jadi ketika ada Lembar Main I yang bertema Mengenali Potensi Diri dari Saung Sambut-Semai Kampung Main Ibu Profesional saya awalnya agak malas-malasan juga mengerjakannya hahaha. Maaf ya, Yunda-Yunda Kampung Main yang sudah susah payah membuat materi dan lembar main.
Tapi, saya pengen banget bisa masuk komponen komunitas Ibu Profesional. Apalagi sejak mutasi dari IP Asia tuh saya kaya merasa kehilangan support grup di bidang literasi selain blog. Jadi saya menganggap Lembar Main I ini sebagai tantangan untuk memaksa diri sendiri mengenali potensi diri.
Dari Lembar Main I ini saya jadi mengetahui ada beberapa cara untuk mengenali potensi diri, apa aja?
Mengenali Diri Sendiri
Tentu saja yang pertama adalah mengenali diri sendiri, dengan cara mendeskripsikan karakter atau sifat yang melekat di diri kita. Dan apa saja yang kita suka. Ini seru juga ya ternyata. Dan nggak sesusah itu mengetahui sifat dan karakter diri, karena saya sudah mengikuti tes daring 16personalities sebelumnya.
Mengisi lembar pertama ini seakan-akan menulis jurnal atau buku harian. Dan membacanya lagi membuat saya seolah-olah berkenalan lagi dengan diri sendiri. Menarik banget.
Mengetahui Aktivitas Apa Saja yang Disukai
Di lembar berikutnya kita diminta untuk memilih aktivitas yang kita sukai dan aktivitas yang kita bisa. Iya, memang dibedakan karena nggak semua aktivitas yang kita bisa itu kita sukai.
Misalnya kalau di saya tuh masak. Saya bisalah masak, itu tugas saya sebagai ibu. Menyediakan makanan untuk keluarga. Tapi apa saya suka? Biasa aja. I mean kalau bisa sih dengan senang hati tugas memasak itu saya delegasikan ke pihak lain. Supaya saya bisa memfokuskan energi ke aktivitats yang saya suka dan dapat membuahkan hasil yang optimal.
Lalu apa aja aktivitas yang saya suka? Untuk saat ini menulis dan membaca. Untuk kedua aktivitas ini saya bersedia meluangkan banyak waktu untuk belajar dan berkomunitas agar lebih terampil lagi.
Aku di Mata Mereka
Cara ketiga mengenali potensi diri adalah dengan meminta pendapat dan masukan dari orang lain untuk menjadi lebih baik. Dari beberapa orang yang dengan baik hati memberikan penilaian kepada saya, saya menemukan salah satu kesamaan. Yaitu kurang komitmen. Dan memang saya akui komitmen adalah kelemahan saya.
Jadi saya memerlukan motivasi dan dukungan dari pihak lain untuk bisa berkomitmen dalam melakukan sesuatu.
Mengenali Tantangan yang Dihadapi
Diawali dengan cerita tentang Ibu Bekel yang berusaha untuk memantul lebih tinggi meski sudah dihempaskan agar bisa menghibur anak-anaknya, lembar main keempat mengajak kita untuk mengingat lagi tantangan apa yang sedang atau pernah dihadapi. Dan tentu saja apa yang telah, sedang atau akan kita lakukan untuk bisa memantul lebih tinggi ketika mendapat tantangan tersebut.
Memberikan Apresiasi kepada Diri Sendiri
Setelah mengenali diri kita, mengetahui aktivitas yang kita suka, aktivitas yang kita bisa lakukan meski nggak terlalu suka dan memetakan tantangan yang dihadapi. Ini saatnya kita mengapresiasi diri sendiri ya. Saya yakin ini yang paling jarang kita lakukan.
Sebagai istri, ibu dan individu seringkali kita tuh merasa kurang aja. Iya, kan. Apalagi kalau melihat dunia luar.
Padahal, sebenarnya banyak lo hal lain yang sudah kita usahakan. Misalnya, kita nggak menyerah saat anak lagi GTM. Atau kita gigih membantu keluarga saat suami kehilangan pekerjaan di masa pandemi. Boleh lo, berterima kasih kepada diri sendiri. Kalau orang barat tuh suka kasih semangat dengan bilang, “Pat your back. You’re doing great!”
Nah, energi dari mengingat pencapaian baik dapat kita menfaatkan untuk membangkitkan rasa syukur. Juga sebagai bahan bakar penyemangat untuk melakukan hal-hal baik lain ke depannya.
Mencari Sosok Teladan
Sejujurnya saya nggak punya sosok teladan. Ya, kecuali junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Bukan karena saya merasa lebih baik dari orang lain, atau lebih hebat, lebih kaya. Enggaklah. Saya mah biasa-biasa aja. Dari awal tulisan ini aja saya mengakui banyak yang lebih hebat dari saya di berbagai bidang.
Banyak juga sosok yang saya kagumi seperti Ibu Septi. Juga ketua komunitas blogger tempat saya berkarya sekarang dan yunda-yunda di Ibu Profesional yang saya kenal pribadi. Tapi nggak ada sosok tertentu yang saya idolakan lebih dari yang lain. Semua saya ambil kebaikannya untuk dijadikan inspirasi.
Kesimpulan
Setelah mengisi semua lembar main I, saya memang nggak langsung mengenali potensi diri saya yang bisa saya optimalkan. People doesn’t change in one day. Tapi setidaknya saya jadi lebih memahami diri sendiri. Kelebihan dan kekurangan saya. Dan apa yang ingin saya perbaiki, optimasi beserta caranya.
Lembar main ini membuat saya ingin menulis jurnal lagi. Dan merutinkan diri untuk menulis hal-hal yang berhubungan dengan self development. Dengan tujuan ke depannya adalah untuk mengoptimalkan potensi diri saya, apapun itu.
Kalau teman-teman sudahkah mengenali potensi dirinya? Apa aja nih yang mau dioptimalkan?
alfakurnia
Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com
One thought on “Cara Mengenal Potensi Diri Ala Ibu Profesional”