- by alfakurnia
Membaca adalah salah satu cara melarikan diri dari kondisi yang tidak menyenangkan. Terutama membaca novel. Mengikuti kisah para karakter dalam novel bisa membawa pembacanya seolah-olah berada di dunia berbeda. Apalagi jika penulisnya pandai membuat alur cerita yang dapat membuat jungkir balik emosi. Para penikmat novel dan serial televisi pasti tahu perasaan ini. Saya yakin nggak cuma saya yang suka ikut nangis saat tokoh utama dalam sebuah cerita bersedih dan ikut tersipu-sipu ketika mereka jatuh cinta. Apalagi novel favorit saya adalah novel metropop.
Menurut situs Cosmopolitan Indonesia, novel metropop memang lebih related dengan kehidupan para pembacanya, terutama yang hidup di kota besar. Karena, seperti yang dikutip dari situs Gramedia, genre metropop ini punya setting yang lebih realistis dan tidak selalu berakhir bahagia dengan karakter-karakter yang lebih dewasa. Nggak heran kalau akhirnya fiksi jenis ini menjadi best seller di toko-toko buku.
Minggu ini adalah minggu kelima saya dan keluarga, dan mungkin juga teman-teman PojokMungil menjalani physical distancing sejak 15 Maret 2020. Jujur saja saya mulai mati gaya. Aktivitas menemani anak-anak belajar #dirumahaja dan nggak bisa ke mana-mana membuat saya merasa jenuh. Saya bersyukur kok keluarga saya ada di rumah lengkap dalam keadaan sehat dan aman. Kami tidak kekurangan satu apapun adalah hal yang sangat saya syukuri dalam kondisi saat ini. Tapi saya sadar kalau saya perlu melakukan sesuatu yang bisa membuat mood saya membaik.
Melawan Reading Slump
Biasanya, saat jenuh saya akan pergi ke kedai kopi untuk membaca buku atau menulis. Sayangnya, aktivitas ini sekarang tidak mungkin untuk dilakukan. Apalagi sejak kami sibuk menyiapkan pindahan dari Brunei ke Indonesia akhir tahun lalu saya mengalami reading slump. Sehingga praktis sejak akhir tahun lalu saya merasa kehilangan rasa ingin membaca.
Sampai saya mendapat pemberitahuan bahwa langganan Gramedia Digital saya akan segera habis pada pertengahan bulan April ini. Jika saat memutuskan untuk membayar paket fiksi premium Gramedia Digital sebulan yang lalu saya hanya membayar Rp 15,000 karena ada promo #dirumahaja, maka bulan ini saya harus membayar penuh sebesar Rp 45,000. Ya sebenarnya itu jumlah yang cukup murah karena dengan harga tersebut saya bisa membaca semua buku yang masuk dalam kategori fiksi melalui aplikasi Gramedia Digital sepuasnya.
Namun, jiwa irit saya mengatakan bahwa saya tidak boleh menyia-nyiakan Rp 15,000 yang sudah saya bayarkan itu dengan percuma karena belum ada satu buku pun yang saya baca sejak berlangganan. Akhirnya, saya memutuskan untuk melawan reading slump dan memilih novel ringan sebagai bahan bacaan.
Awalnya saya mencari novel bergenre Young Adult karena saya perlu bacaan ringan yang menghibur hati. Yang nggak pakai mikir saat membacanya dan bisa diselesaikan dalam satu atau dua hari. Tapi entah kenapa tidak ada yang memikat hati dari sekian banyak judul. Dan akhirnya pilihan saya jatuh pada novel metropop.
Setelah berhasil menyelesaikan satu buku ternyata saya ketagihan membaca lainnya. Sampai akhirnya dalam 4 hari saya menuntaskan 4 novel metropop yang menurut saya layak direkomendasikan sebagai bacaan pengisi waktu luang di masa physical distancing ini. Dan inilah 4 novel pilihan yang diurutkan dari yang terbaik versi saya.
4 Novel Metropop Manis Untuk Temani Waktu Luang
The Case We Met
Penulis: Flazia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Sinopsis:
Redita ‘Dita’ Harris adalah seorang pengacara muda yang juga hijaber selebgram. Setelah keberhasilannya memenangkan kasus malapraktik seorang dokter ortopedi di New York, Redita pulang ke Indonesia untuk membantu kakaknya membela seorang dokter anestesi yang dituduh melakukan malapraktik dan mengakibatkan pasiennya meninggal. Sang terdakwa adalah Natanegara ‘Natan’ Langit, sahabat dari kakak Redita, Rehanda Harris yang juga merupakan kakak kelas Dita saat SMA.
Membela Natan di pengadilan berarti Dita harus siap menghadapi masa lalunya: kakak kelas sekaligus sahabat Rehanda dan Natan yang ditaksirnya habis-habisan sejak SMA serta mantan tunangannya. Dita juga harus menghadapi ancaman pembunuhan dari salah satu narapidana yang sakit hati karena kasusnya dikalahkan oleh pengacara yang sering dijuluki Red Riding Hijab.
Rating: 4/5
Pro:
Saya menyukai ceritanya yang memikat sejak awal. Benar-benar page turner. Apalagi kisah tentang pengacara dan kehidupan di persidangan serta dunia kesehatan memang menjadi favorit saya sejak menonton serial Ally Mc Beal dan Doogie Howser, MD. Alur yang maju mundur juga terjalin dengan mulus. Persahabatan Natan, Rehan dan kakak kelas yang ditaksir Dita sejak SMA menjadi daya tarik sendiri dalam kisah ini. Selain tentu saja perjuangan Dita untuk memenangkan kasus Natan dan menentukan pilihan hatinya.
Cara penulis menyisipkan kehidupan Islami juga terasa wajar sekali. Begitu juga dengan chemistry Dita dan Natan yang terbangun secara perlahan. Penulis juga terampil dalam membangun deskripsi serta menuliskan detil pekerjaan seorang pengacara dan dokter. Sehingga meski bukunya tebal dan ternyata tidak ringan, saya sangat menikmati membaca novel metropop pertamanya Flavia yang di instagram dikenal dengan nama akun @nonalangit.
Kontra:
Kisah ini alurnya naik turun seperti kisah sinetron hahaha. Dan kadang terasa capek mengikuti berbagai konflik yang nggak selesai-selesai terutama di bagian akhir. Meskipun memang bagian tersebut penting untuk meneruskan konflik di bagian awal, menurut saya seandainya berhenti saat sidang memutuskan perkara Natan dan Dita memutuskan pilihan cintanya akan lebih baik sih.
Second Chance
Penulis: Flara Deviana
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Blurp:
Kehidupan Flavia diisi utang tak berujung, kerja dari pagi ketemu pagi. Tiba-tiba dia mendapatkan kesempatan melunasi semua itu ketika ditawari pekerjaan bergaji besar yang tugasnya cuma menjadi pengasuh sepasang anak kembar. Masalahnya, majikan Flavia adalah duda bertato umur 28, berparas dingin, dan galak pada anak-anaknya sendiri. Ketimbang jadi pengacara, majikannya itu lebih cocok jadi mafia.
Raynaldi tidak merasa damai di kantor, apalagi di rumah dengan anak-anaknya yang sering menangis dan buat ulah. Setiap hari, dia menghadapi predikat pernah hamilin anak orang, suami yang gagal, dan ayah yang payah. Tiba-tiba datang pengasuh baru bernama Flavia, yang belum apa-apa sudah bikin banyak aturan tentang bagaimana Ray harus memperlakukan anak-anak.
Flavia mulai menjamah banyak wilayah berbahaya dalam hidup Ray dan bikin cowok itu hampir sinting. Tapi, sialan, tampaknya Ray jatuh cinta pada cewek sok ngatur ini.
Rating: 3.8/5
Pro:
Rasanya ini novel metropop pertama yang saya baca di mana tokoh utama perempuannya bukanlah seorang wanita karir yang sukses. Flavia yang drop out dari kuliah karena harus bekerja untuk menyelesaikan utang mendiang ibunya terasa lebih membumi, meski akhirnya alur cerita jadi klise. Seorang perempuan biasa yang jatuh cinta dan dijatuhi cinta oleh seorang pria kaya raya. Sinetron banget kan.
Namun, kisah cinta antara Flavia dan Raynaldi ini sarat dengan masalah psikologis seperti luka masa lalu yang belum selesai dan problem pengasuhan anak secara Ray adalah seorang duda dengan anak kembar. Banyak adegan dan dialog dalam novel ini yang mengaduk-aduk perasaan saya, terutama saat Flavia harus meninggalkan si kembar yang sudah sangat menyayanginya. Sebagai seorang ibu kan saya jadi tersedu-sedu merasakan dilemanya Via.
Baca Juga: Mendobrak Label Diri Bersama Ara
Kontra:
Typonya banyak huhuhu. Untung saya termasuk fast reader ya jadi bisa sedikit mengabaikan hal tersebut. Tapi buat teman-teman yang jeli dengan typo tentu sangat mengganggu. Konflik antara Via dan Ray di beberapa bagian terkesan dipaksakan. I mean sudah baikan trus berjarak lagi itu rasanya gemes aja. Namun tetap bisa dinikmati kok karena terkompensasi dengan adegan mesra antara mereka berdua hahaha. Hush!
Baca Juga: Review Novel Metropop Manis Untuk Temani Waktu Luang (Bagian 2)
Supaya nggak terlalu panjang, untuk kali ini 2 novel metropop dulu yang saya ulas ya. Untuk 2 lainnya akan saya tulis di artikel berikutnya. Kalau ada rekomendasi novel favorit teman-teman silakan tulis di kolom komentar ya, siapa tahu bisa jadi pertimbangan saya memperpanjang langganan paket fiksi premium Gramedia Digital.
alfakurnia
Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com
12 thoughts on “4 Novel Metropop Manis Untuk Temani Waktu Luang (Bagian 1)”
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.
Aku suka banget novel-novel metropop. Kok ya rasanya relate aja dengan kehidupanku. Aku baru selesai baca novel metropop yang berjudul Resign karya Almira Bastari. Sepanjang baca novel, aku fokus banget karena memang ceritanya sangat lucu dan menarik, membuatku tenggelam dalam alur cerita. Mungkin novel yang baik seharusnya seperti itu ya Mbak, bikin pembaca jadi ‘hanyut dan tenggelam’.
resign bagus ya, Mbak? udah baca blurpnya tapi mau download masih ragu. Nanti baca ah. Makasih rekomendasinya.
Oh itu namanya Reading slump ya mbak, pernah juga aku di situasi seperti itu membaca tapi pikirannya menerawang kemana2. Hiks hiks btw, thanks ya mbak untuk rekomendasi 4 novelnya buat bacaan pada saat di rumah aja.
Eh novel-novelnya seru nih. Jadi pengen baca novel metropop juga hehe. Biasanya saya baca di ipusnas soalnya gratis. Pilihannya juga banyak meski gak seupdate gramedia digital. Tapi cukup banyak untuk jadi bahan bacaan.
Nambah lagi nih wawasan saya tentang novel. Kalau baca buku atau apapun sudah tidak fokus, saya tidak pernah memaksakan diri. Tinggalkan saja. Nanti kalau sudah bagus lagi suasananya, batu melanjutkan bacaannya
duuhh, dah lama gak banyak novel, fiksi gitu deehh.
pengen baca via online tapi sensasi baca novel fisik itu beda aja *alesan hihih.
tapi jadi penasaran ini pengen baca 2 novel yg Mbak tulis ini, harus cek di Gramedia nih ya?
Daku tertarik untuk baca The Case We Met soalnya nggak ada keluhan banyak typo, kan gak enak lagi asik baca tapi ada typonya. Karena pernah kek gitu 😭
Wihh kayanya bagus-bagus nih kak, bisa aku jadiin refrensi nih. Btw ngomongin novel, novel yamg terakhir aku baca itu novel dilan loh hahaha
Recomended mbak novelnya flara deviana yang judulnya second chance saya lebih tersentuh dengan alur ceritanya yang juga buat penasaran
toss dulu mba, aku juga pecinta novel. Bisa kesel atau sedih sendiri kalo baca novel yang ngaduk2 perasaan. Aku lebih tertarik sama novel yang pertama, The Case We Met, kayaknya cerdas banget alur ceritanya. kalo novel yang kedua kurang tertarik alu ceritanya, apalagi aku tipe orang yang terganggu banget kalo banyak typo hahaha… thanks rekomendasi novelnya 😀