Pindah rumah bebas stres, mungkinkah? Nggak mungkin! Setidaknya berdasarkan pengalaman saya 6 kali pindah rumah, rasanya nggak pernah nggak stres. Begitu juga ketika saya mengamati teman-teman saya yang harus pindah dari Brunei ke Indonesia maupun negara lain tujuan mereka selanjutnya. Beuh, yang namanya stres pasti ada.
Begitu juga saat kami pindah rumah awal bulan Maret ini. Meskipun jarak rumah lama dan rumah baru cuma 2km tapi tetap aja stres. Apalagi barang yang harus dikemas kali ini jauh lebih banyak dari pindahan sebelumnya. Kalau dipikir-pikir ya, saya dan Cinta datang ke Brunei ini hanya dengan 2 koper ukuran besar. Lha setelah 7 tahun tinggal di sini jadi beranak pinak menjadi 4 koper besar, 4 koper kecil, beberapa traveling bag, dan berkotak-kotak kardus yang bisa memenuhi bak truk sepanjang 6 meter *tepok jidat*.
Kenapa Harus Pindah Rumah?
Sebenarnya niat pindah ini sudah ada sejak 3 tahun yang lalu. Meskipun rumah yang kami sewa itu cukup nyaman, tapi ada beberapa hal yang menyebabkan kami, khususnya saya, ingin pindah. Sayangnya, karena berbagai hal niat tersebut belum juga terealisasikan. Padahal hampir setiap tahun kami berburu rumah atau apartemen baru.
Nah, tahun ini niat itu akhirnya terealisasikan. Peristiwa pencurian sampai 4 kali yang kami alami di rumah lama dalam jangka waktu 1 bulan, membuat kami mantap untuk pindah rumah. Alhamdulillah, kami pun mendapatkan rumah baru yang lebih nyaman di lokasi yang lebih baik. Meskipun jarak ke sekolah anak-anak jadi lebih jauh.
Rumah yang baru kami tempati ini biasa disebut apartemen meski secara bentuk lebih tepat disebut sharing house. Apartemen kami ini berupa satu rumah besar bertingkat 2. Masing-masing lantai memiliki 3 kamar tidur, ruang tamu, ruang makan, 2 kamar mandi, 1 toilet dan dapur sendiri. Jadi ya seperti apartemen pada umumnya, meski dalam 1 bangunan tetap terpisah.
Model apartemen atau rumah sharing seperti ini umum dijumpai di Kuala Belait, walaupun apartemen beneran yang berupa gedung bertingkat juga ada. Hunian berupa apartemen ini banyak jadi pilihan para pekerja asing karena biasanya sudah dilengkapi perabotan dan ada fasilitas maintenance. Sehingga penghuni nggak perlu repot-repot cari tukang lagi untuk benerin AC misalnya atau ledeng bocor. Tinggal bilang aja ke pemilik apartemen atau pengurus gedung untuk benerin yang rusak. Saya juga nggak perlu bayar listrik, air dan gas serta iuran sampah karena sudah termasuk dalam biaya sewa rumah. Praktis kan. Lumayan mengurangi beban pikiran emak rempong ini.
Pindah Rumah Minim Stres, Bisa!
Sempat sedih juga sih waktu mau pindah dari rumah lama. Maklum, kami tinggal di situ tepat 5 tahun. Pemilik rumah lama juga baik sekali, sepasang pensiunan yang sudah menganggap kami sebagai anaknya sendiri. Namun, kesedihan itu baru terasa waktu benar-benar mau pamitan dengan pemilik rumah sewa. Sejak kami menandatangani kontrak dengan pemilik rumah baru yang ada adalah perasaan bingung dan stres. Karena pindahan kali ini kami nggak cuma bawa badan dan baju. Justru banyak sekali yang harus dilakukan. Mulai dari jual perabotan rumah karena rumah baru sudah fully furnished, relokasi sambungan internet dari rumah lama ke rumah baru, relokasi tv berlangganan, packing, cari truk untuk angkut barang dan lain-lain.
Kesannya sih gampang ya, tapi percayalah dalam waktu sebulan itu waktu, pikiran dan energi saya benar-benar habis untuk urusan pindah rumah ini. Apalagi saya benar-benar mengurus pindahan ini sendirian, karena anak-anak ya masih kecil dan suami kerja sehingga nggak bisa bantu saya packing, sementara si mbak asisten part time ya tugas utamanya bantu-bantu bebersih rumah aja.
Tapi alhamdulillah, berdasarkan pengalaman beberapa kali pindahan dari Sidoarjo ke Jakarta, Jakarta ke Sidoarjo lagi, Sidoarjo ke Parung, Parung ke Sidoarjo lagi, Sidoarjo ke Brunei dan Sg. Liang ke Seria saya mempelajari beberapa hal yang bisa membantu saya untuk pindahan dengan lebih smooth. Meski nggak membuat saya bebas stres tapi dengan melakukan beberapa cara ini setidaknya proses pindahan jadi lebih bearable.
Mau tahu apa saja yang bisa kita lakukan untuk mempermudah pindah rumah? Ini dia caranya:
1. Mulai Lebih Awal
Saat tahu kami akan pindah rumah, seorang sahabat sudah mengingatkan saya untuk mulai mengemas barang sedini mungkin dan memindahkan barang-barang ke rumah baru secara bertahap. Oleh karena itu, sejak kami menandatangani kontrak sewa rumah baru, saya mulai berbenah. Hampir setiap ada waktu luang saya memilah-milah barang yang bisa disimpan lebih dulu di dalam kardus dan barang-barang yang harus dibuang. Sehingga dalam 2 minggu pertama, rumah kami sudah penuh kardus dan nampak berantakan sekali hahaha.
Karena rumah lama dan rumah baru jaraknya dekat, setelah pemilik rumah baru memberi kunci rumah, saya pun memindahkan dan menata barang-barang sedikit demi sedikit. Mulai dari yang ringan dan paling jarang dipakai dulu, seperti mainan anak-anak dan barang dapur yang hanya dipakai sesekali. Cara ini juga bikin saya hemat kardus, karena kotak-kotak plastik dan kardus-kardus dari barang yang sudah dipindahkan ke rumah baru bisa saya gunakan lagi untuk menyimpan barang-barang lain di rumah lama.
2. Siapkan Perlengkapan Untuk Pindah Rumah
Kardus, selotip, plastik sampah, gunting, tali dan kertas pembungkus barang pecah belah harus sudah siap saat kita mau packing barang. Alhamdulillah, sahabat-sahabat yang sudah pindah dari Brunei suka ngasih kardus khusus pindahan yang besar dan bahannya tebal saat mereka packing, sehingga saya nggak perlu beli lagi, karena kalau beli harganya lumayan mahal. Sehingga saat saya mulai berkemas, kardus dan teman-temannya sudah siap untuk digunakan. Irit waktu dan mengurangi beban pikiran. Jazakunnallahu khairan, My dear sisters.
3. Pilah Barang Sesuai Peruntukannya dan Beri Label
Sebenarnya urusan memilah barang ini tergantung selera ya. Ada yang mengumpulkan barang berdasarkan jenisnya atau kebutuhannya. Kalau saya selain memilah barang berdasarkan jenisnya juga berdasarkan kepemilikannya. Misalnya, buku milik saya dan suami yang akan diletakkan di ruang kerja saya pisahkan dengan buku anak-anak yang akan diletakkan di kamar mereka masing-masing. Begitu juga dengan mainan Keenan saya simpan dalam kardus terpisah dari mainan kakak. Pakaian pun saya simpan dalam koper yang berbeda. Lantas masing-masing kardus diberi label misalnya: Mainan – Kamar Keenan, Buku – Ruang Depan, Alat Masak – Dapur, Peralatan Papa – Ruang Depan, dll.
Jadi, waktu diangkut ke rumah baru, bisa langsung diletakkan di ruangan yang berbeda. Sehingga nggak semua kotak dan koper numpuk di satu ruangan di rumah baru. Cara ini juga memudahkan saya saat unpacking. Karena semua sudah tinggal menyusun di tempat yang tepat. Dengan metode ini alhamdulillah dalam waktu kurang dari 3 minggu, 90% barang kami sudah tersusun rapi di tempatnya.
4. Decluttering
Menilik pengalaman teman-teman yang sudah lebih dulu pindahan dan merasa repot dengan banyaknya barang yang tersimpan di rumah mereka meski sebenarnya sudah nggak terpakai, momen pindahan ini juga kami gunakan untuk meminimalkan barang-barang yang kami miliki. Secara kalau waktunya kembali ke Indonesia nanti kami nggak dapat container dari perusahaan, mau nggak mau nggak banyak barang yang bisa kami bawa balik. Daripada repot nanti mendingan dicicil dari sekarang kan.
Walaupun sebenarnya setiap 6 bulan saya sudah berusaha untuk decluttering barang-barang yang ada di gudang, mainan anak-anak, buku dan baju. Ternyata masih aja tetap banyak banget barang kami. Hadeeeuh.
Jadi saat memilah barang, harus benar-benar selektif. Selain karena di rumah baru nggak ada gudang, saya berusaha agar barang yang kami bawa benar-benar barang yang kami butuhkan dan atau spark joy. Perabotan rumah sebagian besar kami jual. Meski agak pedih hati ya karena harga jualnya jatuh banget. Tapi lumayan lah hasil penjualannya bisa untuk operasional pindahan seperti bayar sewa truk, beli perlengkapan bersih-bersih dan rak-rak baru serta bayar ongkos lembur mbak asisten paruh waktu.
Sedangkan barang-barang yang nggak kami butuhkan lagi namun masih bagus saya titipkan ke mbak asisten paruh waktu untuk dikasih ke siapa aja yang membutuhkan. Sementara barang yang sudah nggak layak guna tapi disimpan karena sayang meski sebenarnya sudah nggak spark joy terpaksa dibuang. Dan ternyata ya selama ini kami menyimpan banyak sekali ‘sampah’. Dengan begini saat pindah ke rumah baru, nggak ada lagi sampah yang kami bawa.
5. Minta Bantuan Orang Lain
Tinggal jauh dari keluarga bikin kami harus mandiri kan. Tapi bukan berarti nggak bisa minta bantuan dari siapa-siapa. Anak-anak saya kerahkan untuk memilah mainan dan buku-buku yang mau mereka simpan, sedangkan mbak asisten paruh waktu saya tambah jam kerjanya untuk membersihkan rumah baru sebelum kami tempati.
Bantuan lain seperti rekomendasi truk untuk pindahan, menyebarkan info bahwa kami menjual perabotan rumah juga kami pinta dari rekan kerja suami dan teman-teman saya. Bahkan bantuan spiritual seperti doa dari orang tua dan keluarga kami juga sangat bermanfaat dalam memperlancar proses pindahan ini.
Mencari truk untuk pindahan ini punya kesan tersendiri untuk saya. Saat mulai cari info rental truk, banyak yang menyarankan agar kami mencari sesama orang Indonesia aja. Tapi ini nggak gampang ternyata. Bahkan sampai H-1 pindahan saya belum juga mendapatkan truk. Alhamdulillah, malam itu suami mendapat rekomendasi dari teman kerjanya. Setelah saya hubungi, harga yang dia minta lebih mahal dari jasa sewa truk yang lain. Selisihnya sampai $20.
Walaupun sempat ragu, akhirnya kami memutuskan untuk menyewa jasanya. Dan alhamdulillah nggak menyesal meski bayar lebih mahal karena memang kerja mereka bagus sekali. Bahasa juga nggak jadi masalah karena sama-sama orang Indonesia, malah kami berasal dari satu provinsi. Saya dari Sidoarjo, masnya itu dari Blitar. MasyaAllah, pokoknya saya dan suami seneng banget dengan cara kerja mereka.
6. Membersihkan Rumah Baru Sebelum Ditempati
2 kali pindah rumah selama di Brunei ini, selain mencicil memindahkan barang, hal yang penting bagi saya adalah membersihkan rumah baru sebelum ditempati. Rumah yang lama kosong tentu kotor ya dan membersihkan rumah kosong tentu lebih mudah daripada yang sudah penuh dengan kardus dan koper. Walaupun menurut si Mbak sih lebih melelahkan membersihkan rumah kosong.
Dengan 6 hal yang tersebut, alhamdulillah pindah rumah kami berjalan lebih lancar. Kendala dan stres tentu tetap ada, tapi masih bisa diatasilah. Meski begitu saya berharap semoga setidaknya kami bisa tinggal di rumah ini minimal sampai 1 tahun lagi. Karena kalau harus packing dan pindah lagi dalam waktu dekat rasanya saya nggak sanggup hahaha.
Alhamdulillah anak-anak yang tadinya nggak mau pindah dari rumah lama sekarang justru suka banget dengan rumah barunya. Terutama si Kakak yang mendapatkan kamar terbagus di rumah ini. Saya masih beradaptasi dengan jarak tempuh rumah dan sekolah. Juga masih bingung menyimpan perlengkapan bebersih dan beberapa kotak yang berisi peralatan milik suami karena nggak punya gudang lagi. Serta masih harus membiasakan anak-anak untuk nggak lari-larian dan bersuara keras di malam hari karena akan mengganggu tetangga di bawah kami.
But so far we’re happy. InsyaAllah rumah baru ini lebih aman dan nyaman. Dekat juga dengan masjid besar di daerah Pandan 7, sehingga suara adzan kadang masih terdengar. Karena kami tinggal di lantai atas, kalau pagi masih suka terdengar suara burung berkicau. Alhamdulillah.
alfakurnia
Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com
43 thoughts on “Pindah Rumah Bebas Stres, Mungkinkah?”
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.
Wah pengalaman pindahannya banyak juga ya mbak.. Kalo aku dulu waktu kecil juga pindah2 karena tugas kerja papaku.. Sampe pindah sekolah SD 3 kali.. Tapi sejak SMP udah menetap di jogja.. Tapi kl emang meninggalkan yg lama krn yg baru lebih baik sih why not ya mbak, hehehe.. Semoga betah di tempat yg baru yaaa..
Wah pengalaman pindahannya banyak juga ya mbak.. Sama kyk aku dulu waktu kecil juga pindah2 karena tugas kerja papaku.. Pindah sekolah SD 3 kali.. Tapi sejak SMP udah menetap di jogja.. Tapi kl emang meninggalkan yg lama krn yg baru lebih baik sih why not ya mbak, hehehe.. Semoga betah di tempat yg baru yaaa..
Wah, jadi ingat dulu pindahan antarpulau sendirian dalam keadaan hamil di bulan puasa, antara capek tapi juga berkali-kali mengingatkan diri sendiri dibawa happy aja mau kumpul lagi ke tempat tugas suami, jangan sampai stres kasihan bayinya. Kalau sudah bisa mengelola stres, harapannya yang dikerjakan juga kerasa lebih ringan, ya, Mba.
Saya juga baru dua bulan lalu pindah rumah mba. Dari jakarta ke Malang, dan saat ini malah sama mertua. Mulai dari persiapan packing, angkut barang hingga kedatangan barang ke rumah yang sekarang ini sungguh menguras tenaga dan emosi. Sampai saat inipun barang-barang saya sebagian masih di kardus di dalam gudang rumah mertua. Hehehe. Entah kapan bisa merapihkan dan membereskan serta menatanya
Wah, pas banget ini, Mba. Kami juga dalam beberapa bulan ke depan, kalau lancar semuanya, ada rencana pindahan. Mempersiapkan anak-anak memang juga penting, ya. Jangankan anak-anak, kita aja kadang mau lepas dari lingkungan yang sudah akrab itu rasanya agak berat.
Mbak mau tanya kalau share house seperti di atas harganya sama atau tidak dengan apartemen yang gedung?
Ya ampun.. jadi inget 1 tahun lalu pindahan dari apartemen ke rumah yang sekarang pada saat kondisi lagi hamil besar. Padahal barang-barang gak gitu banyak. Saya cuma bertugas ngepakin, suami yang angkut-angkut dan beres-beres. Capeknya bukan main, rasanya pekerjaan gak selesai-selesai ya mbak 😀
Aku juga sering pindah2 rumah dulu mba sblm nikah, malah pernah satu rumah kejadiannya mirip kayak mba yg rumahnya kemalingan smpe 3x huhu akhirnya milih pindah juga krna g aman
Ya Allah semua pasti ada hikmahnya. Pindah karena ada masalah di rumah lama emang bikin galau trus pasti sebelumnya udah bayangin gimana ribetnya hehe.. tau2nya pas udah pindah mah asik ya mba.. hihihi terlalu banyak ngebayangin yang repot emang bisa bikin repot beneran 😀
Wah sampai 4 kali kecurian sebulan Mbak? Ya Allah. Semoga enggak kejadian lagi ga Mba. Kalau saya prindah rumah dulu pas kecil sering karena ortu kerja. Emang ribet banget hehe. Karena jarang dekst sampai bawa perabotan dengan truk yang kadang hilang di jalan dicuri orang.
Waaa bener banget, pindahan selalu bikin stresss… Selain barang-barangnya yang kudu rapiin susun lagi rapiin susun lagi ituuu juga karena rasa sedih karena kudu berpisah #elah. Yha walaupun misalnya kita pindahnya dari kontrakan gitu ya, tetep aja rasanya beberapa persen hati kita tertinggal di sana walaupun bukan punya kita, wkwkwk..
Waah unik yaa konsep sharing house ini. Jadi punya tetangga dekat yaa mba? Btw pernah tinggal di Parung mba? Akupun sekarang Di Parung hehe
Iya, Mba. Tapi sama tetangga nggak kenal juga karena jarang ketemu. Rumah saya di Parung di Bukit Dago, Mba, Gunung Sindur. Salam kenal sesama warga Parung.
MashAllah g nyangka jadi ngebayangin dulu waktu aku di pondok harus Gotong lemari dan itu cewek semua dong. Tidak ada bala bantuan. Tapi tiu yg bikin berkesan sih. TAPI alhamdullilah kakak ketemu krg Indo juga ya kak.
Wow, kalian perkasa sekali bisa gotong lemari hehehe. Di Pondok harus mandiri gitu ya, keren.
Aku baru banget pindah kontrakan dan beneran drama dan capeknya real.. huhu… karena nggak bisa angkat yang berat tugas packing aku yang pegang. Dan packing dengan ngasuh anak 1 tahun itu menantang sekali! baru masukin barang ke kardus, lupa nutup, dan barang berhamburan lagi di lantai :’)
Kesel ya kalau gitu, Mba. Kaya nggak selesai-selesai packingnya.
setiap pindah rumah biasanya aku sewa kendaraan mobil box gitu, atau kalo pindahannya deket pernah nih pinjem gerobak warung
Iya, Mba. Kemarin juga pakai truk bawa barangnya. Pakai gerobak warung lucu juga ya.
Alhamdulillah ya, semoga kerasan di rumah baru. Wah jangankan enam kali, saya pernah pindah satu kali saja, rasanya puyeng. Hehehe. Padahal itu jarak dekat
Tipsnya bermanfaat Mbak. Terimakasih ya…
Aamiin. Makasih, Mba Okti.
Jangankan pindah rumah mbak, la wong kamar belakang saja direnovasi saya sudah stress banget. Pindahan barangnya yang bikin capek…hahaha
Apalagi kalau barangnya banyak ya, Mba. Biasanya barang printilan itu lho yang bikin stres packingnya.
Ga nyebayangin kudu pindahan berkali-kali repotnya kaya apa huhu. Eh tapi dihitung-hitung saya juga ada pengalaman 4 kali. 2 kali ketika masih kecil, jadi ga ikut repot, karena taunya main doang. Yang 2 kali lainnya baru deh ngerasain capenya gotong-gotong barang :” dari Sidoarjo (yeay sama-sama dari Sidoarjo ^^) ke Bogor, dan dari Bogor ke Bogor yang lain.
Karena masih berdua ya ga seberapa repot sih. Bayangin pindahan kakak yang udah ada anak2+barang2nya, wah superr!!
Dari semua poin di atas, kerjasama sih yang paling membuat ringan (fisik dan mental) hehe.
Wah halo sesama dari Sidoarjo. Salam kenal ya, Mba Zahra.
MashaAllah.. Alhamdulillah ya.. tempat tinggal barunya lebih nyaman.. deket masjid dan bisa denger kicauan burung dipagi hari.. tempat tinggal idaman banget sih mbak.. boleh dong pan kapan ajak ajak main kerumah barunya dong mbak
aku baru tahu nih ada rumah bebas Stres ini. Tentunya memang kita tidak bisa sendirian ya dan kita selalu membutuhkan pertolongan orang lain
Betul, Mba. Tanpa bantuan orang lain tentu proses pindahan jadi lebih bikin stres.
hehehe ayo, Mba. Kalau saya masih di Brunei dan mba Elly main ke Brunei main ya ke tempat saya.
Wah bermanfaat sekali nih kak tips nya apalagi emang bener banget kalo pindahan itu bikin stress bangeetttt, padahal aku cuman pindahan kostan tp rasanya udah super duper puyeng huhu
Awalnya pindahan kost nanti jadi terbiasa kalau pindahan rumah nih.
mamahku termasuk hebat banget mengalami 4x pindahan rumah. Ini pindahan rumah lho, bukan pindahan kos-kosan, kalo aku mengalami pindahan kos-kosan aja udah mumetnya ya ampun haha. Tapi bener, dengan mengorganisir dan memberi label pada barang yang masuk pada kardus untuk dibawa pindahan, ini makin mempermudah. Namun, berdasarkan pengalaman mamahku, ada aja barang hilang dan harus d ikhlaskan hehe
Wah, barang hilang saat pindahan itu hal yang biasa terjadi kayanya hehehe.
Pas nih artikelnya, karenaku sedang beberes untuk pindah rumah. Bawa barang-barang dicicil setiap minggu kala suami libur ngantor, yang paling PR kalau mindahin furnitur sebenarnya. Ini kayaknya bakal jadi terakhir dan mau sewa jasa pindahan saja.
Iya, Mba. Furniture dan barang-barang berat mending pakai jasa mover. Lebih praktis.
Woahh mbaknya udah expert dalam pindahan hehehe makasih tipsnya. Aku baper sih pindahan dari rumah mama ke rumah sendiri, walaupun satu rumah. I have to pay my own bills hahaha. Tapi begitulah biar mandiri sebagai keluarga kecil 🙂
Hehehe pay our own bills memang bagian paling berat ya, Mba. Tapi lama-lama terasa menyenangkan lho mengurus rumah sendiri lepas dari campur tangan orang lain. Semoga enjoy dan berkah di rumah baru yaaa.
Tadinya aku ada rencana pindah rumah, tapi akhirnya gak jadi. Emang bakalan repot banget ya mindah-mindahin barangnya. Gak kebayang orang yang pindah-pindah rumah kontrakan deh.
Nah, iya. Mungkin solusi untuk yang sering pindah-pindah adalah punya barang yang secukupnya aja ya biar nggak ribet mindahinnya.
Benetan memang pindah rumsh bisa bikin stres, berasa kayak pindah jiwa wkwk. Apalagi kayak aku yang jarang pindahan dan anak ada 4..kebayang preparenya
Apalagi barang anak-anak itu biasanya yang paling banyak dan bikin pusing packingnya, Mba hehehe.