Panduan Menghadiri Resepsi Pernikahan Adat Melayu di Brunei

Panduan Menghadiri Resepsi Pernikahan Adat Melayu di Brunei

Bagi foreigner seperti saya, menghadiri resepsi pernikahan di negara orang bisa membuat bingung. Meski sudah 8 tahun tinggal di Brunei, bisa dibilang jarang sekali kami mendapat undangan pernikahan. Seingat saya, sampai saat ini baru 5 kali diundang ke Majlis Pernikahan Adat Melayu di Brunei. Plus suami 1 kali menghadiri Chinese Wedding. Kenapa dibedakan begitu? Karena kelompok etnis di Brunei ini terdiri dari 3 besar suku, yaitu Melayu, China dan (Dayak) Iban dengan adatnya masing-masing.

Tidak seperti resepsi pernikahan di Indonesia yang biasanya megah dengan aneka hiburan dan aneka makanan yang berlimpah, majlis pernikahan adat melayu atau yang biasa disebut Majlis Bersanding (Resepsi) relatif lebih sederhana. Namun, bukan berarti menjadi tidak istimewa.

Pernikahan Adat Melayu di Brunei terdiri dari banyak upacara, yang biasanya dilakukan selama 2 minggu. Secara tradisional, ritualnya adalah sebagai berikut:

  1. Mengagai atau Berjarum-jarum
  2. Menghantar Tanda Pertunang
  3. Menghantar Berian
  4. Berbedak Mandi
  5. Akad Nikah
  6. Malam Berbedak
  7. Malam Berinai/Berpacar atau Pengganggunan
  8. Majlis Bersanding
  9. Majlis Ambil-Ambilan
  10. Muleh Tiga Hari

(Sumber: Wikipedia dan Brideculture)

Namun, konon saat ini banyak pengantin modern dan keluarganya yang hanya melaksanakan beberapa upacara saja, bahkan ada yang cukup dengan Akad Nikah dan Majlis Bersanding.

Malay Wedding

Nah, akhir pekan kemarin, salah satu teman kami sesama orang Indonesia yang tinggal di Kuala Belait (KB), Brunei Darussalam menikahkan anak gadisnya dengan pemuda Brunei dan mengundang komunitas keluarga Indonesia di KB dan Seria untuk merayakan pernikahan mereka. Meski sebelumnya pernah menghadiri Brunei Malay Wedding, saya masih suka bingung tentang apa yang harus dilakukan di tempat pesta. Secara ini di negara orang gitu lho, kalau sampai salah bersikap kan bisa bikin malu ya.

Akhirnya saya dan seorang sahabat berkonsultasi dengan sahabat kami yang lebih senior dan lebih paham urusan tata cara menghadiri resepsi pernikahan di Brunei, khususnya pernikahan cara Melayu. Dan inilah panduan yang kami peroleh.

Panduan Menghadiri Majlis Pernikahan Adat Melayu di Brunei

BUSANA

Di Brunei sini orang Melayu biasanya beragama Islam, jarang sekali menemukan Melayu non Muslim. Jadi saat menghadiri majlis seperti ini tamu biasanya diharapkan berpakaian sopan. Bagi orang Brunei Melayu, umumnya yang perempuan mengenakan Baju Kurung dan yang laki-laki mengenakan Baju Cara Melayu.

Baju Kurung dan Baju Cara Melayu Anak

Oya, budaya sarimbit alias mengenakan busana senada dengan pasangan atau keluarga juga ada di sini lho. Banyak sekali suami istri yang mengenakan baju kurung dan baju cara melayu senada sekaligus dengan anak-anaknya. Kadang ada yang senada warnanya aja dan ada yang benar-benar kembaran warna kain sampai motif sinjang. Bagus-bagus deh. Senang hati ini melihat parade baju kurung dan baju cara melayu.

Tapi ini nggak wajib ya. Kalau nggak punya baju kurung atau baju cara Melayu boleh pakai baju yang sopan, seperti batik, kaftan, gamis, dress, celana panjang kain, dll. Tidak harus tertutup dari atas kepala sampai kaki kok, minimal untuk perempuan ya pakai baju dengan panjang di bawah lutut dan jangan pakai baju tanpa lengan. Seperti yang kami kenakan ini misalnya. Ada yang pakai baju kurung (saya, sementara suami pakai batik, nggak matching sama sekali hahaha), ada yang pakai gamis (atau jubah disebutnya di Brunei), ada yang pakai tunik dan rok bermotif tenun Asmat, ada yang pakai celana juga. Sekali lagi yang penting sopan yaaa. Biar cuma datang ke acara resepsi pernikahan juga tetap aja kita membawa nama negara ya, kan.

Ibu Indonesia di Brunei Darussalam
Jangan remehkan emak-emak berdaster, karena kalau mereka dandan kelar lo semua!

Baca juga: Tips Hunting Kain Seragam Pernikahan di Jembatan Merah Plaza

WAKTU KEHADIRAN

Dalam undangan biasanya tertulis lengkap itinerary atau jadwal acara, mulai dari kedatangan tamu sampai pukul berapa acara di mulai. Untuk resepsi pernikahan Melayu yang umumnya diadakan siang hari, tamu diharapkan hadir mulai pukul 11.00 – 12.00. Setelah itu, baru rangkaian acara dimulai. Ketepatan waktu ini sangat penting karena acara setelah itu nggak bisa diprediksi apakah cepat atau lama. Bisa-bisa kalau telat, kita nggak bisa lihat prosesi bersandingnya pengantin atau malah kehabisan makanan. Jadi kalau diundang ke Majlis Bersanding datanglah tepat waktu ya.

MASUK KE AREA MAJLIS

Penting untuk kita tahu yang mengundang kita dari pihak pengantin laki-laki atau perempuan. Karena saat masuk tempat majlis, kita akan mendapat pertanyaan, “Jemputan (undangan) pengantin perempuan atau laki-laki?” dari penerima tamu.

Kenapa?

Karena tempat duduk tamu dari pihak pengantin perempuan ditempatkan di bagian yang berbeda dengan tamu dari pihak pengantin laki-laki.

Pernikahan Adat Melayu

Setelah itu, penerima tamu akan mengarahkan di bagian mana kita bisa duduk. Kalau pergi bareng suami atau kerabat atau teman laki-laki jangan harap bisa duduk bareng ya, karena tempat duduk perempuan dan laki-laki dipisah. Tapi tenang, di Brunei nggak pakai sekat pemisah kok, hanya dipisah kanan dan kiri atau laki-laki di bagian depan ruangan, sedangkan yang perempuan di bagian belakang. Jadi masih bisa ngintip-ngintip ke sisi sebelah kalau perlu.

Bahkan, kalau misalnya di sisi perempuan penuh namun masih ada yang baru datang, akan diarahkan ke meja kosong di sisi tamu laki-laki. Yang jelas laki-laki dan perempuan nggak boleh duduk barengan di satu meja, meski suami istri sekalipun.

Oya, ketika disambut oleh penerima tamu, ada yang meminta kita menulis daftar hadir dan ada yang tidak. Tapi yang jelas tidak perlu mencari kotak tempat memasukkan amplop berisi uang atau hadiah ya. Karena umumnya memang tidak disediakan. Jadi setelah mengisi daftar tamu dan menerima suvenir, langsung aja ikuti penerima tamu yang akan menunjukkan tempat duduk kita.

ACARA

Begitu mendapat tempat duduk, silakan bergaul dengan teman di sebelah kanan dan kiri. Agak canggung memang kalau kita nggak kenal siapa-siapa di acara tersebut. Makanya kadang kalau yang diundang suami aja istri jarang ikut dan sebaliknya. Cuma kalau suami saya sih tiap ada jemputan Majlis Bersanding selalu ngajak saya meski saya nggak kenal sama yang punya acara. Jadinya ya main hape deh daripada bengong atau duduk manis mengikuti prosesi acara.

Untungnya acara resepsi pernikahan adat Melayu di Brunei ini cenderung singkat dan sederhana. Baik yang diadakan di gedung maupun di rumah. Yah, setidaknya begitulah yang pernah saya hadiri. Seperti yang ada di foto ini:

Pernikahan Adat Melayu

Jadi kalaupun bengong ya nggak lama-lama amat. Begitu selesai makan langsung deh nelpon suami ngajak pulang hahaha. Minusnya jadi nggak bisa datang terlambat. Karena kalau kita masuk saat acara dimulai otomatis banyak mata memandang kan ya. Jadi makin canggung deh hehehe.

Berziarah

Berziarah di sini tidak sama artinya dengan di Indonesia yang berarti mendatangi tempat pemakaman atau tempat keramat. Berziarah dalam bahasa Melayu berarti mengunjungi atau pergi ke suatu tempat atau pergi melawat. Dalam konteks acara majlis bersanding, prosesi berziarah adalah ketika pihak keluarga (dipimpin ibu/bapak mempelai) mendatangi tamu-tamu yang datang dan mengucapkan terima kasih atas kehadiran para tamu.

Inilah salah satu alasan kenapa tetamu dari pengantin laki-laki dipisah dengan tamu-tamu dari pengantin perempuan. Jadi, ibu dan kerabat perempuan dari pengantin perempuan akan mendatangi tamu-tamu perempuan yang mereka undang. Begitu pula dengan ayah dan kerabat laki-laki dari pengantin perempuan akan berziarah ke meja tetamu laki-laki. Hal ini juga dilakukan oleh ibu/bapak dan kerabat dari pengantin laki-laki kepada tetamu jemputannya.

Majlis Bersanding

Setelah kedua orang tua pengantin selesai berziarah, giliran wakil dari keluarga pengantin memberikan sepatah dua patah kata menyambut para tamu dan bercerita tentang pengantin berdua. Biasanya ini nggak terlalu lama, paling 10-15 menit lah. Setelah itu masuk ke prosesi Majlis Bersanding.

Prosesi ini bisa berbeda di masing-masing keluarga, tergantung apakah mereka menggunakan upacara adat (macam di Jawa yang pakai lempar telur, cuci kaki, suap-suapan nasi kuning, dll) atau tidak. Tapi di semua acara majlis bersanding yang saya amati nggak ada yang pakai upacara adat jadi belum pernah liat adat tradisional bersanding ala Melayu Brunei huhuhu.

Prosesi Majlis Bersanding yang saya hadiri selama ini adalah ketika pasangan pengantin memasuki tempat resepsi diiringi oleh orang tua dan kerabat lalu duduk di pelaminan. Biasanya yang duduk di pelaminan hanyalah pasangan pengantin, sementara orang tua akan duduk bersama keluarga di meja prasmanan.

MENIKMATI JAMUAN

Seusai pengantin berdua duduk di pelaminan, keluarga dan tetamu akan mendoakan pengantin dipandu seorang Ustadz atau pihak keluarga yang dituakan. Dan kemudian tamu akan dipersilakan menikmati jamuan yang sudah dihidangkan di meja masing-masing.

https://www.instagram.com/p/B00WnuThVEj/?igshid=d53k5f1s07xf

Rata-rata hidangan ini terdiri dari nasi putih, 2 sampai 3 macam lauk, sayur, buah dan kue-kue. Minumannya air mineral, minuman bersoda atau sirup. Semua ini disajikan secara prasmanan di meja tempat kita duduk. Kita bisa mengambilnya sendiri sesuai dengan kemampuan kita makan. Usahakan jangan ambil terlalu banyak ya, selain harus berbagi dengan tamu yang lain, sayang banget kan kalau sampai makanan yang kita ambil bersisa.  Mending ambil secukupnya saja lah, Kalau kurang baru nambah lagi. Toh mejanya juga nggak jauh dari tempat duduk kita.

Begitu selesai makan, pihak keluarga pengantin akan memberi tahu bahwa seluruh rangkaian acara sudah selesai. Para tetamu akan dipersilakan berfoto bersama mempelai atau boleh meninggalkan ruangan.

HADIAH

“Trus gimana kita ngasih angpawnya?”

“Harus angpaw atau boleh ngasih hadiah?”

Pertanyaan ini benar-benar mengganggu saya saat pertama kali datang ke jemputan pernikahan. Saking bingungnya karena nggak ada kotak angpaw, akhirnya saya nggak ngasih sama sekali hihihi. Untungnya, pesta pertama yang saya hadiri waktu itu adalah pernikahan teman kantornya suami, dan teman-teman sekantornya sudah patungan untuk membelikan si pengantin baru peralatan rumah tangga. Jadi saya nggak terlalu merasa bersalah.

Baru di jemputan ketiga saya tahu kalau amplop berisi uang itu diberikan kepada ibu/bapak mempelai ketika mereka berziarah ke tempat kita duduk. Cara ngasihnya ya model salam tempel gitu. Saat kita salaman dan cipika cipiki dengan ibu dan kerabat mempelai, saat itu juga kita selipkan amplop ke tangan beliau. Kalau kita datang dengan suami, boleh masing-masing ngasih (suami ngasih ke bapaknya mempelai), boleh juga cuma salah satu aja.

Malah ada teman yang bilang kalau ngasih angpaw di acara pernikahan adat Melayu ini nggak wajib. Mostly mereka memang mengadakan pesta sebagai bentuk rasa syukur atas pernikahan ini. Sehingga nggak terlalu mengharap dapat hadiah dari tamu, apalagi kalau yang ngadain pesta orang kaya.

Tapi sepantasnya menghadiri undangan pesta, ya sebaiknya kita memberi hadiah. Tidak harus berupa uang kok, hadiah berupa benda juga boleh. Cuma agak repot ya kalau misalnya kita bawa misalnya bungkusan berisi sprei gitu trus dikasih ke ibu mempelai saat beliau berziarah ke meja kita. Jadi kalau kita membawa hadiah berupa barang bisa langsung dititipkan ke penerima tamu saat kita masuk ke ruangan majlis.

Begitulah sedikit panduan menghadiri Jemputan Majlis Bersanding di Brunei. Kalau teman-teman ada yang lebih paham tentang acara ini dan menemukan hal-hal yang perlu ditambahkan atau mungkin tidak tepat dari artikel ini, silakan tinggalkan pesan di kolom komentar atau hubungi saya via email.

Oya, sharing yuk pengalaman menghadiri pesta pernikahan yang paling menarik.

Credit image: Image by Janislylove from Pixabay

Suka dengan artikel ini? Yuk bagikan :)

alfakurnia

Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com

24 thoughts on “Panduan Menghadiri Resepsi Pernikahan Adat Melayu di Brunei

    1. Bisa gitu juga Awin. Kalau memang sempat ketemuan sebelum resepsi sebaiknya diberikan saat itu. Biar pas resepsi nggak repot lagi bawa-bawa kado.

  1. Mba, aku pengen loh baju kurung jarang banget ada yang jual di Bandung hahaha pernah liat seliweran yang open PO baju kurung lihat ini hasrat pengen punya kembali lagi wkwkw..
    btw baru tahu loh ga wajib angpaw tapi iya juga minimal kasih hadiah ya mba

  2. Ternyata banyak juga rangkaian acaranya Mbak. Aku baru tahu juga kalau ternyata di sana untuk tamu perempuan dan laki-laki dipisah duduknya ya, berarti kalau pergi bareng suami duduknya sendiri-sendiri ya Mbak ๐Ÿ˜€

  3. Senang bisa tahu cara hadir ke resepsi pernikahan di Brunei. Saya punya pengalaman unik datang ke resepsi nih. Agustus dua tahun lalu kami naik gunung Ciremai. Pulangnya baru dapat sinyal dan baca di group kalau teman menikah. Karena kalau pulang dulu gak bakal keburu, sementara yang nikah lokasi di jalan kami pulang, akhirnya saya datang ke resepsi pernikahan teman dengan pakaian naik gunung yang dekil. Plus keril segede gaban di pundak. Sepatu juga sepatu gunung dong. Hahaha … Saya sih cuek saja. Dan teman saya tahu wong kami baru turun Ciremai gak mungkin pulang dulu ke Cianjur

  4. Waah, terima kasih sudah bergagi, Mbak. Iya juga ya, di mana bumi dipijak di sana langit dijunjung, sebaiknya kita memang meluangkan waktu belajar adat setempat dulu. Apalagi ini beda negara, betul seperti yang Mba bilang, kita membawa nama baik negara kita sendiri. Sedih, kan, kalau gara-gara kita salah langkah (padahal bisa jadi tidak sengaja) trus dicap bahwa orang di negara kita memang sudah adatnya begitu.

  5. Bisa gitu, ya, ternyata, hadiah pernikahannya di hari sebelum resepsinya. Menarik banget, adatnya, Mbak. Aku sendiri belum pernah menghadiri pesta perhelatan nikah yang menurutku unik, selama ini ya dengan tradisi adat istiadat Jawa, yang memang unik, tapi nggak kental sekali, jadi jatuhnya ya normal-normal saja.

    1. Lain ladang lain belakang, lain lubuk lain ikannya. Adat tiap daerah berbeda-beda. Apalagi beda negara begini. Dengan adanya panduan begini, maka tidak akan salah-salah menghadiri acara seperti ini.

    2. Betul, Mbak. Kalau lagi di daerah atau negara orang sebaiknya tanya-tanya dulu ke warga setempat sebelum menghadiri acara pernikahan supaya nggak salah tingkah.

  6. Kurang lebih ada yang mirip ya menghadiri pernikahan adat di sana dengan di sini. Kalau yang terpisah juga ada ya, soalnya waktu daku kecil pernah juga menghadiri walimatul ursy yang terpisah laki-laki dan perempuan.

  7. Pernikahan dengan adat budaya gini emang rangkaian acaranya banyak dan panjang ya, tapi aku amazed sih sama pengantin dan keluarga yg ngikutin step by step semua acara adatnya

  8. Hahahha unik juga ya mbak. Terutama ngasih angpao nya pas acara ziarah alias ngucapin Terima kasih. Yg jelas lain padang lain belalang.. Kudu adaptasi dimanapun berada ya. Makasih sharringnya

  9. Unik banget ya acara adatnya brunei ini. Banyak bgt tahapannya. Rata2 org2 brunei berduit ya mba makanya mereka ngadain pesta pernikahan sebagai bentuk syukur. Thanks for sharing. Aku belum pernah hadir ke acara pernikahan yg unik kayak gini.

    1. Iya, kayanya ya, Mbak. Mereka memang bikin acara sesuai kemampuan sih. Yang bikin acara di rumah dengan menu sederhana juga banyak.

  10. Beda ya sama pernikahan di Indonesia. Di sana ada aturannya ya. Aku juga pasti bakal canggung sih kalau pertama kali hehe. Anw suamiku pengen banget berkunjung ke Brunei Mbak, tapi masih belum tau di sana mau ngapain aja haha. Kapan-kapan boleh aku gangguin buat tanya2 tentang Brunei kah mbak?

    1. Betul, Mbak. Saya nikahan dulu juga pakai baju adat dan ada acara adatnya. Salah satu cara melestarikan budaya lokal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top
error: Content is protected !!