Ketika Nilai Anak Jelek, Ini yang Sebaiknya Dilakukan

Ketika Nilai Anak Jelek, Ini yang Sebaiknya Dilakukan

Menjelang waktu anak terima rapor di sekolah biasanya apa yang teman-teman Pojokmungil rasakan? Optimis karena tahu anak akan dapat nilai bagus? Deg-degan karena khawatir nilai anak jelek? Atau pasrah aja deh apapun hasilnya yang penting anak sudah usaha sebaik mungkin.

Sejak anak pertama saya mulai masuk Kelompok Bermain di tahun 2010 saya selalu merasa biasa aja saat harus ambil rapor. Bagi saya yang penting mereka bersikap baik di sekolah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dan senang di sekolah sudah cukup.

Alhamdulillah hasil rapornya memang selalu baik. Meski bukan yang teratas tapi dominan dengan nilai A dan B. Hanya sesekali guru mengingatkan supaya anak-anak lebih fokus saat belajar di kelas dan lebih rajin belajar.

Nah, sejak anak-anak sekolah di Indonesia setelah kami pindah dari Brunei akhir tahun 2019 lalu, hampir setiap rapor nilai mereka kurang baik. Untuk si kakak nilai jelek ini terutama di mata pelajaran Fisika dan Matematika. Sedangkan nilai Keenan jelek di pelajaran bahasa dan ilmu sosial.

Nilai Anak Jelek, Masalah atau Bukan?

Awalnya saya menganggap ini karena mereka masih adaptasi dengan lingkungan dan cara belajar baru. Jadi saya berusaha memaklumi. Tapi, ketika semester berikutnya nilainya semakin banyak yang jelek tentu saja saya merasa ini adalah sebuah masalah.

Tentu saya tahu bahwa nilai bukanlah segalanya. Saya pun bukan anak yang selalu dapat nilai bagus saat di sekolah dulu. Saya juga enggak menuntut anak saya untuk selalu dapat nilai bagus. Bagi saya dapat nilai rata-rata aja sudah cukup.

Namun, ketika anak yang selalu dapat nilai bagus saat di Primary School bahkan nilai Penilaian Sekolah Rendah (PSR)nya dapat 4A 1B. Saat masuk SMP di Indonesia sebagian besar nilainya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)* berarti kan ada sesuatu yang salah.

Apakah nilai anak jelek ini karena dia nggak semangat belajar? Atau dia kesulitan memahami materi yang diberikan gurunya tapi takut untuk bertanya.

Kalau anak malas belajar apa penyebabnya? Adakah hal-hal yang mengganggu perhatiannya seperti mulai naksir lawan jenis, terlalu lelah beraktivitas atau kecanduan gawai?

Atau apakah kesehatan mentalnya terganggu? Misalnya dia mengalami perundungan dari teman, stres yang berlebihan dan nggak tahu cara melepaskan beban pikirannya atau hal-hal lain yang luput dari perhatian kita sebagai orang tua.

*KKM adalah nilai minimal yang harus dicapai oleh siswa dapat mata pelajaran tertentu. Kriteria ketuntasan minimal merupakan tingkat pencapaian kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. KKM dibuat sebagai acuan guru dalam menilai kompetensi para siswanya, apakah mereka mampu mencapai kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.

nilai anak jelek

Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua Ketika Nilai Anak Jelek?

Yang harus dilakukan orang tua ketika nilai anak jelek bukanlah memarahinya dan menuduhnya malas belajar. Bukan ygy. Ini adalah hal yang pernah saya lakukan dan sangat saya sesali. Jadi jangan lakukan kesalahan yang sama dengan saya. Belajarlah dari pengalaman saya.

Perlu waktu berbulan-bulan bagi kami untuk menemukan penyebab anak sulung saya nggak termotivasi untuk belajar. Beberapa sesi terapi psikologi dan les privat mata pelajaran diberikan untuk membantunya. Berhasil? Alhamdulillah di tahun terakhirnya di SMP nilainya membaik. Dia pun lulus SMP dengan nilai rata-rata.

Masalah yang sama kembali terjadi saat mereka pindah sekolah di Brunei. Tiga bulan aja anak-anak mengikuti pelajaran di sekolah dan sudah harus menjalani Year End Exam alias ujian kenaikan kelas.

Jujur aja saya dan suami nggak berharap nilai mereka akan bagus. Meski di sekolah sekarang mereka mengulang kelas dari sekolah di Indonesia, hasil second assessment si kakak dan Topic Test si Keenan sudah ngasih bayangan nilai-nilai mereka.

Namun, mendapati nilai si kakak jelek banget bikin kami kaget juga Apalagi guru kelasnya made that a big deal. Si kakak kena ceramah panjang lebar di depan kami. Kami sampai nggak bisa bilang apa-apa.

Concern wali kelas sangat beralasan karena di Brunei ini Secondary School hanya berlangsung selama 5 tahun. Karena si kakak sekarang di Year 9, hanya ada dua tahun lagi sebelum dia menjalani ujian ‘O’ Levels* di akhir Year 11.

Namun, kali ini kami berusaha untuk melakukan pendekatan yang berbeda daripada memarahi anak. Dari beberapa sumber yang saya pelajari, berikut adalah hal yang bisa dilakukan saat mendapati nilai anak jelek.

* Brunei-Cambridge G.C.E. ‘O’ Level adalah ujian akhir yang diikuti oleh siswa Secondary School. Siswa mengikuti ujian dalam mata pelajaran yang mereka pilih dalam area Science atau Arts. Untuk dinyatakan berhasil menyelesaikan ‘O’ Level, siswa harus lulus dengan nilai minimal 60 untuk minimal lima mata pelajaran.

Tetap Tenang

Bersikap reaktif dan marah-marah bukan hal yang tepat. Saat mengetahui bahwa nilainya jelek, saya yakin sebagian anak sudah merasa malu, takut dan sedih.

Pada momen seperti ini yang diperlukan oleh anak adalah keyakinan bahwa orang tuanya tetap menyayanginya meski nggak menyukai hasil yang diperolehnya di sekolah. Bersikap tenang meski nggak mudah bisa membantu anak untuk terbuka tentang kesulitan yang dihadapinya di sekolah.

Ajak Anak Berdiskusi Tentang Nilainya

Setelah terima rapor, saya dan suami tetap mengajak anak-anak merayakan hari terakhir sekolah sebagai penghargaan atas usaha mereka 3 bulan ini. Apalagi nilai si bungsu cukup bagus.

Dua hari kemudian saat kami sebagai orang tua sudah bisa menerima kenyataan nilai anak jelek, kami ajak kakak ngobrol. Tentu nggak mudah ya ngobrol sama anak remaja yang pernah dimarahi dan dihukum karena nilainya jelek.

Namun, teman-teman Pojokmungil sebaiknya tetap melakukan ini. Berbicaralah dengan suara yang lembut. Jangan menuduh. Lakukan diskusi terbuka supaya kita memperoleh pemahaman tentang masalah yang dihadapinya saat menuntut ilmu.

Berdiskusi dengan Guru di Sekolah

Jika nggak dapat pencerahan dari anak, ada baiknya kita bicara dengan gurunya di sekolah. Karena mereka lah yang tahu bagaimana perilaku anak-anak di sekolah, kan.

Saya bersyukur karena Dean of Studies sekolah si kakak membuka kesempatan untuk berdiskusi. Pada pertemuan pertama saya, suami dan Kakak bertemu dengan beliau untuk membicarakan soal nilai yang diperoleh. Lalu beliau meminta bicara empat mata saja dengan anak saya di hari berikutnya.

Setelah pertemuan tersebut, kami kembali ketemu berempat. Beliau memberikan berbagai solusi untuk membantu si Kakak. She really bent over backward to help our daughter.

Nggak cuma itu, beliau berusaha membesarkan hati anak saya dengan beberapa kali berkata, “You are a smart girl. And you have to believe that.”

cara mengatasi anak nilai jelek

Beri Bantuan

Setelah mengetahui kendala apa aja yang dialami oleh anak. Tawarkan bantuan untuk mengatasi hal tersebut.

Kalau masalahnya adalah manajemen waktu, kita bisa membantu mereka untuk menyusun jadwal harian dan mengingatkan mereka untuk menjalankannya.

Bila masalahnya adalah kecanduan gadget, kecemasan, depresi dan sejenisnya boleh banget konsultasi ke psikolog, ya. Trust me it works.

Kita tawarkan juga bantuan les untuk membantu anak yang kesulitan memahami pelajaran di sekolah. Kadang anak lebih percaya diri saat belajar di kelas kecil daripada di kelas besar. Sehingga dia bisa memanfaatkan waktu les ini untuk bertanya tanpa merasa takut direndahkan oleh teman-teman atau gurunya.

Realistis

Setelah semua dilakukan kita juga tetap harus bersikap realistis. Berharap anak bisa meningkatkan nilainya dari D ke A dalam waktu singkat tentu nyaris mustahil, ya. Mungkin hanya Jungseok dari webtoon Second Life of a Gangster yang bisa melakukannya.

Setidaknya ajak anak untuk membuat target nilai berikutnya. Misalnya dari D jadi C atau setidaknya semua nilai jadi di atas 60 supaya masuk kategori lulus. Supaya anak juga ada motivasi untuk belajar tanpa terbebani.

Nah, semoga tips sederhana tadi dapat membantu teman-teman PojokMungil yang akan menerima rapor anak dalam waktu dekat.

Suka dengan artikel ini? Yuk bagikan :)

alfakurnia

Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com

2 thoughts on “Ketika Nilai Anak Jelek, Ini yang Sebaiknya Dilakukan

  1. Sepakat sekali dengan apa yang harus dilakukan di atas. Kita tidak perlu memaksakan nilai kepada anak, tapi tetap harus memotivasi dan memperhatikan nilai mereka. Bagaimanapun nilai adalah parameter.

    1. Betul, Mbak. Dan perbandingannya bukan dengan anak lain tapi dengan nilai mereka sebelumnya. Kalau tadinya bagus tiba-tiba jadi turun pasti ada sesuatu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top
error: Content is protected !!