Saat mengamati keseharian anak-anak pada liburan sekolah kali ini, saya menyadari bahwa mereka cenderung melakukan lebih dari satu hal secara bersamaan. Misalnya makan camilan sambil nonton tv, bermain game sambil ngobrol, membaca atau mewarnai sambil mendengarkan musik.
Yah, mungkin nggak ada salahnya, ya. Apalagi hal ini sepertinya umum dilakukan oleh banyak orang. Saya pun demikian. Teknologi memang memudahkan orang untuk melakukan berbagai hal secara bersamaan.
Namun, baru-baru ini saya membaca sebuah artikel yang menyebutkan bahwa multitasking dapat memberikan dampak negatif pada anak. Psikolog anak Ethan Benore, PhD, BCB, ABPP bilang bahwa multitasking bisa mempengaruhi produktivitas serta otak anak.
Artikel yang diterbitkan oleh Cleveland Clinic itu menyebutkan kalau multitasking membuat otak anak yang masih berkembang sulit menyerap informasi dan menghubungkan pikiran dan ide. Artikel lain dari Theguardian.com juga mengatakan bahwa multitasking mengurangi fokus dan konsentrasi anak serta menyebabkan kewalahan dan kelelahan.
Sumber lain mengutip penelitian bahwa multitasking dapat menciptakan stres dan kecemasan, membunuh kreativitas dan mengurangi kecerdasan emosional.
Wah, ternyata multitasking itu enggak selalu efisien, ya.
Mengenal Mindfulness
Salah satu cara untuk mengurangi kecenderungan multitasking adalah dengan fokus pada sebuah kegiatan. Bagi anak yang terbiasa melakukan beberapa hal sekaligus tentu bukan hal yang mudah. Untuk itulah sebaiknya kita mengenal dan melatih mindfulness pada anak.
Mindfulness adalah sebuah kondisi di mana kita sadar secara penuh, hadir dan terlibat penuh dengan apa pun yang kita lakukan saat ini — bebas dari gangguan atau penilaian, dan sadar akan pikiran dan perasaan kita tanpa terjebak di dalamnya.
Praktik mindfulness sendiri selama ini lebih difokuskan pada meditasi dan relaksasi. Padahal kita juga bisa melakukannya pada kegiatan sehari-hari. Kita juga dapat melatih mindfulness pada anak untuk mengurangi kebiasaan multitasking.
Baca Juga: Ritual Pagi untuk Mood yang Lebih Baik
Mindfulness Pada Anak
Menurut situs mindful.org, melatih mindfulness pada anak sama dengan memberikan mereka alat yang dibutuhkan untuk membangun kepercayaan diri, mengatasi stres, dan kemampuan menghadapi kondisi yang tidak nyaman atau menantang.
NY Times juga memuat sebuah artikel yang menyatakan bahwa dengan melatih mindfulness pada anak kita punya kesempatan untuk membangun kebiasaan untuk hidup damai, baik hati dan menerima (acceptance) keadaan. Di mana keadaan ini ke depannya tuh berguna untuk mengurangi stres.
Mengajarkan mindfulness pada anak punya kegunaan untuk membentuk tiga keterampilan penting yang dikembangkan oleh anak usia dini, yaitu:
- memperhatikan dan mengingat informasi,
- berpindah-pindah tugas,
- berperilaku yang tepat kepada orang lain.
Kemampuan ini sangat penting untuk melakukan hal-hal yang penting di kemudian hari seperti perencanaan, penalaran, pemecahan masalah dan membangun hubungan sosial yang positif.
Jadi memang being mindful itu berguna banget untuk anak, ya. Apalagi di era digital di mana semua bergerak dengan cepat dan tsunami informasi mudah mendera.
Melatih Mindfulness Pada Anak
Lalu gimana dong caranya melatih anak untuk being mindful? Mungkinkah anak yang sudah terbiasa aktif melakukan meditasi lebih dari lima menit?
Menurut instruktur mindfulness yang menangani anak-anak, Susan Kaiser Greenland, mempelajari mindfulness itu enggak seperti belajar piano di mana kita bisa minta orang lain untuk mengajari anak kita. “You have to learn it yourself,” katanya.
Artinya ya sebagai orang tua kita harus mempelajari dan mempraktikkan mindfulness itu dulu dalam kehidupan sehari-hari.
Dan meski latihan utama mindfulness itu pada pernapasan, bukan berarti satu-satunya cara berlatih adalah dengan meditasi. Ada beberapa cara menyenangkan yang bisa kita lakukan bareng anak untuk melatih mindfulness yang saya kutip dari situs psychologytoday:
Perhatikan dan Sebutkan Sensasi Tubuh, Pikiran, dan Emosi
Ajak anak untuk memperhatikan dan menyebutkan sensasi tubuh, pikiran, dan emosi yang mereka rasakan saat melakukan sesuatu.
“Dada mama terasa hangat dan mama merasa senang main di luar bareng kamu seperti ini. Kalau kamu saat ini merasakan apa?”
“Sepertinya kamu mungkin gugup dengan situasi baru ini. Apa yang kamu perhatikan terjadi di tubuh kamu sekarang?”
Semakin sering anak berlatih memperhatikan dan merasakan sensasi tubuh, pikiran, dan emosi, semakin banyak wawasan yang mereka miliki. Ini akan membantu mereka memberikan respon yang tepat terhadap kondisi yang sedang mereka alami.
Berbagi Pelukan 3 Nafas
Peluk anak, ambil tiga nafas dalam-dalam secara sadar dan bersamaan. Jatuhkan bahu, rilekskan otot yang terasa kencang. Lepaskan dan rasakan ketegangan mencair.
Kita bisa melakukan ini saat melepas anak ke sekolah, berpamitan ke kantor atau saat kita merasa anak membutuhkan pelukan yang menenangkan. Kita juga dapat melakukannya saat ingin menunjukkan rasa sayang.
Gerakkan, Regangkan, dan Perhatikan Sensasi Tubuh
Ajari anak-anak untuk mengamati dan menghargai semua yang tubuh kita mampu dan lakukan untuk kita.
Berhenti dan Amati Lingkungan Sekitar
Saat berada di sebuah situasi menunggu sesuatu seperti antrian kasir di supermarket, antrian dokter, berjalan ke mobil, berjalan di taman, dll. Ajak anak untuk berhenti sejenak, selaraskan panca indera, dan bagikan apa yang kita perhatikan satu sama lain.
Jelaskan Proses Memperhatikan, Menamai, dan Menggunakan Napas untuk Menenangkan Diri.
“Wow, Mama merasa kewalahan sekarang. Sebaiknya mama pergi dulu ke kamar sebelah dan menarik napas dalam-dalam… Nah, oke, sekarang mama merasa lebih tenang.”
Fokus Saat Makan
Ini juga sudah sering dianjurkan oleh para dokter dan praktisi kesehatan, ya. Ajak anak fokus pada makanan yang sedang dihadapinya tanpa menonton tv atau gawai. Secara bersama-sama gunakan panca indera kita untuk mengamati makanan. Lalu nikmati beberapa gigitan pertama dengan memperhatikan penampilan, aroma, tekstur, dan rasa.
Hitung Napas
Ajak anak untuk berbaring dengan bantal kecil atau boneka di atas perutnya. Atau duduk dengan tangan bertumpu di perut. Perhatikan tarikan dan hembusan napas, serta naik turunnya perut. Hitung tarikan dan hembusan napas. Kita bisa melakukannya dengan suara keras di awal dan berlangsung perlahan hitung sendiri-sendiri dalam hati.
Lakukan Perjalanan di Alam Secara Mindful
Bawa anak untuk berjalan-jalan di taman atau pantai atau alam bebas. Bergeraklah mengikuti kecepatan anak. Tanyakan suasana dan kondisi yang ia rasakan, suara yang ia dengar di sekitarnya serta pengalaman positif yang ia rasakan.
Minta anak untuk fokus pada kegiatan yang sedang ia lakukan dan enggak memikirkan hal-hal lain.
Latih Pernapasan Perut
Letakkan satu tangan di dada dan satu lagi di perut. Saat kita menarik napas, isi perut seperti balon dan saat mengeluarkan napas, biarkan balon mengempis. Ini sering terasa berlawanan dengan intuisi pada awalnya, karena kebanyakan dari kita sering bernapas dengan dangkal ke dada. Pernapasan perut secara otomatis mengaktifkan respons relaksasi dalam tubuh.
Let Them Be
Alias biarkan mereka melakukan sesuatu sesuai pace-nya. Menurut Shonda Moralis, MSW, LCSW, seorang psikoterapis dan pelatih mindfulness, sebenarnya secara naluriah anak-anak itu lebih mindful. Itulah sebabnya kadang mereka memerlukan waktu lama untuk beralih dari suatu tugas ke tugas lain atau berpindah dari titik A ke titik B.
Saat memungkinkan, biarkan anak menjelajah atau melakukan sesuatu dengan kecepatan mereka sendiri. Berikan waktu pada jadwal kita agar dapat mendampingi mereka menjelajah sesuatu dan being mindful.
Beri Contoh Melakukan Mindfulness Pada Anak
Seperti yang sudah disebutkan di atas, jadilah contoh bagi anak dalam melakukan mindfulness. Karena ya anak belajar lebih baik dari meniru orang tuanya, kan.
Melatih mindfulness ini akan sangat berguna karena dapat digunakan anak sampai mereka dewasa dan memasuki dunia kerja.
Saat ini tuntutan pekerjaan dan persaingan memang lebih tinggi sehingga pekerja cenderung lebih stres. Akibatnya produktivitas dan kinerja pegawai berkurang dan mempengaruhi performa perusahaan.
JNE Sebagai Mindful Company Brand 2022
Untuk mengatasi hal tersebut, beberapa perusahaan mulai meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan mental karyawannya. Salah satunya adalah JNE Indonesia yang berhasil menjadi salah satu pemenang Mindful Company Award 2022 pada acara ALIVE Fest 2022.
ALIVE Fest 2022 adalah festival yang digelar oleh The Golden Space Indonesia. Acara ini fokus pada isu tentang wellness atau kesehatan mental.
Beragam program di ALIVE Fest 2022 dikemas secara holistik berdasarkan lima pilar kehidupan yang diusung The Golden Space. Kelima pilar tersebut adalah ALIVE Abundant Wealth, Loving Relationship, Inspiring Work, Vibrant Health, dan Empowering Earth.
Tahun ini ALIVE Fest berkolaborasi dengan Markplus, Inc. mengadakan Mindful Company Award 2022. Melalui ajang penghargaan ini, The Golden Space Indonesia berusaha menginspirasi perusahaan untuk tidak hanya mengejar keuntungan, tapi juga peduli terhadap purpose, people, dan planet.
MarkPlus sebagai kolaborator percaya bahwa kesehatan mental karyawan memainkan peran esensial bagi berjalannya roda perusahaan. Sebagai salah satu penerima award di bidang Transportation & Logistic Sector, JNE diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi ribuan perusahaan lain di tanah air agar dapat membangun ekosistem yang sehat di lingkungan kerja.
Selamat untuk JNE. Tagline Connecting Happiness benar-benar diwujudkan bukan hanya untuk pelanggan melainkan juga bagi karyawan dengan membangun kondisi lingkungan kerja yang sehat dan nyaman.
Teman-teman Pojokmungil juga dapat membaca berita seputar pencapaian dan aktivitas JNE Indonesia melalui media internal JNE di tautan https://jnewsonline.com/,
Sumber:
– https://www.nytimes.com/guides/well/mindfulness-for-children
– https://www.mindful.org/mindfulness-for-kids/
– https://health.clevelandclinic.org/multitasking-why-its-bad-for-you-and-your-kids/
– https://www.theguardian.com/science/2015/jan/18/modern-world-bad-for-brain-daniel-j-levitin-organized-mind-information-overload
– https://www.understood.org/en/articles/mindfulness-kids-who-learn-think-differently
– https://www.psychologytoday.com/us/blog/breathe-mama-breathe/201605/12-simple-ways-teach-mindfulness-kids
– https://www.marketeers.com/alive-fest-2022-pentingnya-penerapan-mindfulness-di-perusahaan/
alfakurnia
Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com
2 thoughts on “Mengenal dan Melatih Mindfulness Pada Anak”
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.
Sebelum anaknya berlatih mindfulness sebaiknya orang tua juga kudu mindful waktu menghadapi tingkah polahnya anak.
Makasih tipsnya mba, pengen coba praktik ke diri sendiri sama anak-anak. Mudah-mudahan usai liburan sekolah ada pengaruhnya buat mereka.
betul, Mbak Fani. Ortu dulu yang harus menerapkan mindfulness which is susaaaaah hahaha. Karena anak-anak kan melihat, mengamati dan meniru, ya.