Jangan Memilih Aku, Jika Kau Tak Bisa Setia

“Jangan memilih aku, bila kau tak bisa setia. Kau tak mengerti aku, diriku yang pernah terluka”

Lagu baru Anang ini memang enak didengar, apalagi suara teman duetnya mirip banget sama mantan teman duet dalam karir dan hidup. Tapi saya rada tergelitik dengan lirik diatas, bisakah kita memilih untuk setia atau tidak di awal sebuah hubungan?

Setahu saya, ketika kita memutuskan untuk memilih seseorang sebagai kekasih atau suami/istri yang dirasakan adalah cinta yang besar dan keinginan untuk bisa bersama berbagi hidup selamanya. Namun, dalam perjalanannya cinta itu bisa berubah bentuk menjadi lebih baik dan sebaliknya atau bahkan memudar. Hal itulah yang menjadi pemicu timbulnya ketidaksetiaan.

Ketika jatuh cinta yang tampak dari pasangan tentu hal-hal baiknya. Perhatian, penyayang, pandai mengatur uang, tegas, romantis, dan sebagainya. Tapi setelah menjadi kekasih atau suami/istri hal-hal yang dianggap baik itu belakangan justru menjadi nilai minus pasangan dimata kita. Keinginan pacar untuk tidak ada rahasia di antara kita, mengantar jemput kemana-mana, mengetahui semua teman-teman kita, isi handphone yang awalnya bagi kita adalah bentuk perhatian, dianggap sebagai kecenderungan cemburu berlebihan atau posesif. Kepandaiannya mengatur uang ternyata adalah bentuk lain dari pelit. Ketegasan dalam menghadapi sikap kita belakangan menjadi kekerasan fisik.

Kedekatan emosional pun seringkali menimbulkan tuntutan yang tinggi terhadap pasangan. Sebagai perempuan single yang biasanya bisa melakukan segala hal sendiri sekarang dikit-dikit harus sama pacar. Bujangan yang biasa masak mie instan dan bikin kopi sendiri ketika istrinya sesekali lupa menyiapkan kopi untuk sarapan dianggap tidak bisa mengurus istri. Pacar nggak bisa mendengarkan kita curhat karena sedang sibuk dianggap tidak perhatian. Suami/istri sesekali ingin punya sedikit waktu untuk dirinya sendiri dikira tidak sayang keluarga.

Selain itu karena merasa telah memiliki, kadang keberadaan pasangan dianggap sebagai hal yang biasa, bukan lagi keistimewaan yang harus dijaga. “Ya sudah jadi pacar kok, harus bisa terima apa adanya.” Benar memang harus bisa menerima kekurangan pasangan sebagaimana kita dengan senang hati menerima kelebihannya. Tapi kita pun harus mau berkompromi dengan harapan-harapan pasangan. Istri tidak suka kita merokok misalnya, kalau tidak bisa berhenti merokok ya minimal jangan merokok di dekatnya apalagi anak-anak. Suami meminta kita untuk memasak, ya kalau tidak bisa setiap hari minimal saat akhir pekan memasak untuk keluarga. Pacar melarang kita untuk nongkrong dan dugem sama teman, coba dikurangi dari 3x seminggu jadi 1x seminggu. Bagi saya yang penting adalah usaha pasangan dan saya pun harus bisa menerima jika harapan saya tidak semuanya bisa menjadi kenyataan.

Sebuah hubungan adalah suatu produk dari hasil kerja keras yang tidak akan pernah selesai. Kadang berhasil, kadang gagal. Akan selalu ada pahit dan manisnya. Jika sebuah keinginan atau harapan tidak diutarakan atau kita tidak bisa menerima kenyataan bahwa pasangan tidak bisa memenuhi harapan kita maka akan muncul kekecewaan. Tumpukan kekecewaan inilah yang akan memudarkan rasa cinta terhadap pasangan. Dan di saat seperti itu akan mungkin sekali muncul sosok lain yang mampu menimbulkan lagi gairah, semangat bahkan butterfly effect di dada saat bertemu dengannya. Lantas terjadilah sebuah pengkhianatan, ketidaksetiaan.

Namun, selingkuh bukan merupakan suatu jawaban dari masalah yang dihadapi dengan pasangan. Seringkali malah menimbulkan masalah baru. Jika memang sudah berusaha sekuat tenaga dalam mempertahankan sebuah hubungan dan lelah ketika tidak mencapai hasil yang diharapkan. Lantas kita merasa akan bisa menjadi pribadi yang lebih baik (begitu pun pasangan) tanpa pacar/suami/istri kita, sebaiknya memang disudahi saja. Baru kemudian mencari orang lain yang bisa mengeluarkan the best in me. Walaupun kadang tidak bisa dipungkiri keberadaan orang ketigalah yang memberikan kekuatan bagi seseorang untuk keluar dari sebuah hubungan tidak sehat.

Kalau saya, tidak bisa memutuskan untuk akan tidak setia ketika memilih seseorang sebagai pasangan hidup. Apalagi ketika telah berjanji di hadapan penghulu dan Tuhan serta para malaikatnya untuk selalu bersama dalam segala keadaan. Bagi saya, kesetiaan adalah sebuah pilihan dalam proses menjalani hubungan dengan seseorang dan sampai sejauh ini saya masih berusaha untuk setia karena saya tahu tidak akan bisa mencintai dua orang pria dalam waktu bersamaan. Bagaimana dengan ngerumpiers?

Suka dengan artikel ini? Yuk bagikan :)

alfakurnia

Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com

0 thoughts on “Jangan Memilih Aku, Jika Kau Tak Bisa Setia

  1. garwo artinya sigare nyowo. dari gak ada menjadi ada kemudian diadakan lagi. dari satu menjadi dua dan terus bertambah banyak. yang gak ada sebenarnya ada yang ada sebenarnya gak ada. allah hu akbar. klu kau mengerti maka kau akan menemukan jati dirimu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top
error: Content is protected !!