Belajar Parenting dengan Dukungan Paket Internet Cepat IndiHome

Belajar Parenting dengan Dukungan Paket Internet Cepat IndiHome

Paket internet cepat bisa membantu kita belajar parenting? Bisa, dong. Secara saat ini kita berada di era digital di mana kita dapat melakukan banyak hal di dunia maya. Salah satunya adalah belajar tentang pengasuhan anak.

Zaman orang tua saya dulu, para generasi baby boomer, memang memiliki akses yang terbatas terhadap ilmu parenting. Mereka hanya mengandalkan sumber informasi parenting dari orang tua mereka, lingkungan atau tenaga kesehatan atau ya feeling mereka aja dalam mengasuh anak yang belum tentu benar.

Akibatnya ya tanpa mereka sadari banyak anak ketika dewasa memiliki wounded inner child. Sedihnya luka-luka pengasuhan ini dapat diturunkan ke generasi berikutnya dan berlanjut sampai salah satu memutus rantainya.

Dan itu adalah tugas kita sebagai orang tua di era digital yang sudah punya banyak akses ke ilmu parenting. Dengan dukungan paket internet cepat kita dapat belajar ilmu parenting dengan cara berikut:

  • Berkonsultasi atau melakukan terapi dengan para ahli yang kredibel untuk menyembuhkan luka pengasuhan di masa lalu.
  • Mengikuti webinar tentang parenting dari para ahli.
  • Mencari informasi dari situs-situs terpercaya tentang pengasuhan anak.
  • Update ilmu parenting melalui media sosial dengan mengikuti psikolog, dokter atau para ahli pengasuhan anak di Instagram, TikTok, Facebook atau platform apa saja yang kita miliki.
  • Membeli dan membaca buku elektronik tentang pengasuhan anak.

Baca Juga: Rekomendasi Buku Parenting Favorit Pojokmungil.com

Jadi nggak ada lagi ya alasan kita nggak ngerti cara mengasuh anak karena “jadi ibu itu nggak ada sekolahnya.”

paket internet cepat

Memang nggak ada sekolah resmi yang diakui dan terakreditasi oleh Kementerian Pendidikan, tapi hanya dengan Paket Internet Cepat IndiHome dari Telkom Indonesia, kita bisa belajar parenting dari rumah saja.

Lalu bagaimana jika kita sudah terlanjur melakukan kesalahan dalam mengasuh anak? Jangan khawatir, kita masih dapat memperbaikinya.

Memperbaiki Cara Pengasuhan Anak dengan Dukungan Paket Internet Cepat

Sebelum memperbaiki cara kita mengasuh anak, yuk kenali dulu kebiasaan buruk dalam mengasuh anak. Siapa tahu ada yang sering kita lakukan.

Bereaksi Berlebihan

Saya tuh jadi inget reels yang mengilustrasikan perbedaan ibu bule dan Asia ketika anak menumpahkan susu.

Si ibu bule dengan sabar bilang, “Nggak papa, Nak, kamu kan nggak sengaja. Ayo kita bersihkan sama-sama. Lain kali hati-hati, ya.”

Sementara ibu Asia dengan nada suara tinggi berkata, “Nah, kan tumpah. Ceroboh banget sih jadi anak. Makanya dengerin kata mama. Bikin repot aja kan gini berantakan semua.”

Hayooo, teman-teman tipe yang mana, nih? Tahu kan mana yang bereaksi berlebihan?

Mengkritik Anak Setiap Waktu

“Kenapa sih kamu ini kok makannya lambat?”

“Duh, masa gini aja nggak bisa, Nak? Ini pelajaran kelas 3 SD lho, kamu kan sudah kelas 4. Mestinya tahu dong.”

“Kok ulangannya banyak salah gini, Dek? Tadi malam kan kita sudah belajar.”

Aduh, saya tuh merasa tertampar lho saat membaca tentang salah satu kebiasaan buruk dalam mengasuh anak ini. Karena ya secara nggak sadar tuh cukup sering mengkritik anak.

Tujuannya sih baik, ya, supaya anak-anak itu dapat memperbaiki diri tapi ternyata caranya salah. Kita juga nggak suka kan kalau dikritik terus-menerus.

Kritik yang berlebihan bisa membuat anak menyembunyikan sesuatu dari kita atau justru menarik diri, lho. Yang membuat hubungan kita dengan anak jadi makin jauh.

Ingkar Janji

Kepercayaan adalah kunci hubungan antara orang tua dan anak. Menurut teori Perkembangan Psikososial Erik Erikson, rasa percaya anak terhadap orang tua atau pengasuhnya dimulai sejak usia 0 – 18 bulan. Secara alami ya anak itu percaya dengan semua yang dikatakan oleh orang-orang terdekatnya.

Kalau kita sering menjanjikan sesuatu bahkan trus diingkari bahkan yang sepele sekalipun ya lama-lama anak nggak akan percaya lagi dengan kita.

Terlalu Banyak Membantu

Pernah dengar istilah helicopter parent? Nah ini kurang baik juga, ya. Contohnya kalau anak dapat tugas dari sekolah kita yang heboh ngerjain. Kita juga yang milihin teman mana yang boleh main sama anak dan kegiatan apa aja yang boleh diikuti anak.

Kebiasaan ini bisa membuat anak jadi mudah cemas, memiliki harga diri yang rendah, nggak bisa mengembangkan keterampilan hidup atau bagaimana menyelesaikan suatu masalah. Kasian, kan?

Tidak Menetapkan Aturan

Niatnya sih pengen jadi orang tua yang asik, yang membebaskan anak untuk melakukan apapun yang dia inginkan karena menganggap dia tahu yang terbaik untuk dirinya. Contohnya nih mentang-mentang ada paket internet cepat dari IndiHome di rumah, anak dibebaskan untuk berselancar di dunia maya kapan pun dia mau.

Betul, dengan cara ini anak akan lebih nyaman dengan orang tua, ya. Tapi mereka juga akan cenderung mendominasi orang lain, sulit meregulasi diri sendiri dan egois, lho.

kesalahan parenting

Membandingkan Anak

Meski konteksnya memberi contoh yang baik, membandingkan anak dengan saudaranya atau orang lain dapat menyebabkan anak stres. Mereka juga dapat kehilangan kepercayaan diri dan merasa nggak punya sesuatu yang bisa dibanggakan.

Terlalu Memanjakan

Siapa yang waktu kecil tuh susah mau punya sesuatu karena kondisi keuangan orang tua dan setelah jadi orang tua kek balas dendam mau ngasih semua ke anak? I’m guilty as charged huhuhu.

Ternyata terlalu mudah memberi dan memanjakan anak tuh nggak bagus. Anak akan cenderung malas untuk berusaha sendiri mendapatkan sesuatu. Dan ketika kita nggak bisa ngasih hal yang dia mau, mereka bisa memaksa sampai kita kasih hal tersebut. Anak juga kurang bisa menghargai apa yang dia punya.

Nah, jadi itu tadi 7 kesalahan atau kebiasaan buruk dalam parenting yang sering dilakukan orang tua. Saya sendiri mengakui masih melakukan beberapa hal di atas. Mostly karena selama ini ya dibesarkan dengan cara seperti ini.

Namun, sejak tahun 2021 saya belajar menyembuhkan luka pengasuhan melalui program Innerchild Healing Parade yang diadakan oleh Ibu-Ibu Doyan Nulis dan Ruang Pulih. Belajarnya cukup dari rumah dengan dukungan paket internet cepat IndiHome dari Telkom Indonesia.

Melalui beberapa sesi webinar dan konsultasi lewat group chat di aplikasi Whatsapp, saya belajar untuk memutus rantai pengasuhan yang tidak sehat. Tentu tidak mudah sebab menghilangkan kebiasaan itu perlu waktu dan usaha yang keras.

Resolusi Parenting 2023

Untuk itu pada tahun 2023 ini saya membuat resolusi parenting supaya kebiasaan-kebiasaan buruk saat mengasuh anak tidak lagi saya lakukan. Resolusi tersebut adalah:

Belajar Lebih Sabar

Sabar memang kunci dari pengasuhan anak. Sayangnya nggak ada yang jual stok sabar, ya. Jadi ketika perilaku anak memicu emosi saya, alih-alih langsung bereaksi saya mencoba untuk menarik nafas panjang dan mengucap istighfar.

Kalau belum berhasil biasanya saya meminta waktu untuk menenangkan diri. Kadang mengikuti tuntunan Rasulullah dengan berwudhu atau sekadar mengusap wajah dan tangan dengan air dingin. Kadang juga rebahan aja di kamar sambil thinking a happy thought.

Setelah tenang baru menghadapi anak dengan kondisi emosi yang lebih baik.

Fokus Pada Usaha Anak

Ketimbang mengkritik hasil yang diperoleh, saya berusaha untuk menghargai proses yang dilakukan si anak. Tentu secara adil, ya.

Kalau misalnya anak nggak belajar atau mengerjakan tugas asal-asalan trus dapat dapat nilai jelek, ya nggak mungkin juga saya bilang, “Ya nggak papa, yang penting adik sudah berusaha yang terbaik.” Lha, usaha apa? Hahaha. Nanti malah nggak mendidik anak untuk berusaha, kan.

Saat terjadi hal seperti itu ya saya evaluasi kenapa dia malas belajar, terlalu banyak main, kah? Atau terlalu lelah. Lalu apa yang bisa dilakukan untuk memperbaikinya. Sambil anaknya dikasih motivasi, “Kalau tadi malam adik belajar pasti bisa dapat hasil yang lebih baik,” atau “Lain kali lebih teliti lagi, Dik. Di bagian ini adik bisa melakukan seperti ini.”

Memberikan Kesempatan untuk Belajar Mandiri dan Tanggung Jawab

Ini penting banget menurut saya. Anak harus diajarkan untuk bertanggung jawab sejak dini. Kita dapat memulainya dengan memberikan pekerjaan rumah seperti mencuci piring makannya sendiri, merapikan kamar, membantu menyiapkan meja makan sampai memasak bersama si kecil.

Anak juga diajak berdiskusi saat akan mengambil keputusan mengenai dirinya. Seperti pilihan les yang akan dia ambil, baju yang akan dikenakan, membuat meal plan mingguan. Hargai setiap pilihannya dan jika menurut kita kurang baik beri penjelasan. Ajari juga anak untuk menyampaikan serta berargumen mempertahankan pendapat dengan baik sebagai bekal bersosialisi dengan orang lain.

Menetapkan Aturan

Anak akan hidup di tengah masyarakat yang memiliki beragam aturan. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang sak enake dhewe kalau tidak dikenalkan dengan peraturan.

Peraturan sederhana di rumah saya adalah harus mandi dan sarapan dulu sebelum screen time pagi. Mereka boleh menikmati paket internet cepat untuk bermain game, berkomunikasi dengan teman-temannya, les coding online, asal semua tugas sudah selesai.

Dan masih banyak lagi aturan-aturan kecil yang ada di rumah. Ketika mereka melanggar aturan tersebut ya ada sanksinya yang berhubungan dengan hal yang dilanggar. Jika yang diabaikan adalah screen time hukumannya adalah mengurangi screen time mereka pada sesi berikutnya.

Selain itu saya juga berusaha lebih terlibat dengan aktivitas anak-anak karena selama ini jujur aja memang lebih sering membiarkan mereka beraktivitas sendiri. Sampai anak bungsu saya bilang, “Mama ini kok nggak pernah mau main sama aku.” Jleb banget, kan.

Jadi, sesuai saran psikolog anak-anak, saya akan kembali lagi meningkatkan bonding dengan anak. “Nggak perlu waktu lama, kok, Ma. Cukup 15-30 menit sehari beraktivitas sama-sama. Main monopoli, baca buku atau sekadar ngobrol.”

Konsultasi dengan psikolog ini juga selain tatap muka saya lakukan secara online, lho. Bagi saya nggaak ada salahnya meminta bantuan ahli untuk memperoleh arahan yang baik.

Jadi memang bagi saya koneksi internet itu penting sekali. Dukungan paket internet cepat IndiHome dari Telkom Indonesia tuh berguna sekali dalam belajar tentang pengasuhan anak.

Semoga dengan cara seperti itu hubungan saya dengan anak-anak akan semakin membaik. Tujuan saya adalah supaya anak-anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang jujur, mandiri, bekerja keras, menghargai diri sendiri dan orang lain, mampu menempatkan diri dengan baik dalam lingkungan sosial serta bahagia tentu saja.

Nah, kalau teman-teman PojokMungil punya resolusi parenting apa di tahun ini?

Suka dengan artikel ini? Yuk bagikan :)

alfakurnia

Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top
error: Content is protected !!