Judul Buku: Gadis Kecil itu Bernama Ara
Penulis: Bunda Ve
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Cetakan: Pertama, 2014
Tebal: 203 halaman
Harga: Rp 58.800,-
Dapat dibeli online di Gramedia Online
Jujur saja, sudah lama sekali saya tidak membaca buku-buku parenting. Malas. Isinya begitu-begitu saja. Menggurui. Tapi, saat strolling di rak buku Gramedia waktu mudik ke Surabaya bulan Desember lalu, saya tertarik dengan buku ini. Mungkin karena judulnya yang tidak berbau keparentingan bahkan lebih seperti novel fiksi. Mungkin juga karena kutipan yang ada di sampul buku ini yang rasanya cocok sekali dengan kondisi saya yang merasa susah memotivasi si sulung untuk lebih bersemangat di sekolah. Atau bisa jadi karena gambar sampulnya yang manis. Entahlah. Pokoknya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan buku ini.
Kegagalan anak usia sekolah, baik dalam bidang akademis atau bidang lainnya, bukan karena mereka bodoh, melainkan karena mereka kurang percaya diri. (Prof. Sumantri)
Ternyata pilihan saya enggak salah. Buku yang mengisahkan pengalaman pribadi penulis dalam mendampingi kliennya yang bernama Ara ini sangat menarik untuk dibaca. Bagaimana Ara yang tadinya didiagnosa sebagai anak dengan fungsi kecerdasan terbatas atau slow learner ((A slow learner can be described as a student who has the ability to learn necessary academic skills, but at a rate and depth below average when compared to their peers. In order to grasp new concepts, a slow learner needs more time, a number of repetitions, patience and often more resources from teachers to be successful. In children with this condition, reasoning skills are typically delayed, which makes new concepts difficult to learn and grasp. – Surabhi Verma, director, Sparsh for Children. Taken from The Health Site)) dan selalu mendapatkan nilai akademis di bawah rata-rata kelas bahkan nyaris tidak naik kelas ini dengan pendampingan yang dilakukan Bunda Ve dan tim serta dukungan dari orang tuanya, mampu mematahkan diagnosa tersebut. Kisah ini dituliskan dalam bahasa yang menarik dan alur waktu yang runut, benar-benar seperti membaca sebuah novel.
Aktivitas yang dilakukan Bunda Ve, nama panggilan dari Dra. Vincentia Dwiyani, penulis buku ini dalam sesi-sesi pendampingannya bersama Ara dan ibunya dijelaskan secara detil lengkap dengan tujuan dan manfaat yang dicapai. Berguna sekali buat pembaca yang ingin mempraktikannya di rumah. Eksplorasi penulis tentang latar belakang ibu Maryam yang selalu menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang dialami Ara dan adik-adiknya, juga ketakutan Ara untuk bergerak secara spontan memberikan pemahaman bahwa hal-hal kecil yang mungkin dilakukan suami kepada istrinya atau orang tua kepada anaknya ternyata bisa memberi dampak psikologis yang besar sekali.
Boleh jadi, ada banyak orang tua yang tanpa disadari menolak keberadaan anaknya. Penolakan ini sesungguhnya bisa tercermin dalam keseharian. (Bunda Ve)
Bab favorit saya adalah “Ujian Cinta” di mana ibu Maryam dalam keadaan tenang diminta untuk membayangkan Ara dan memeluknya. Ternyata meski di bibir kita mengucap, “Tentu, saya sangat mencintai anak saya.” Ketika diminta untuk membuktikannya tidak semudah itu. Hohoho sepertinya saya tertarik untuk mencoba, demi membuktikan apakah benar saya mencintai anak-anak saya dari lubuk hati terdalam *wink*
Sayang, dalam buku ini tidak diceritakan peran ayah Ara dalam proses pendampingan tersebut. Hanya terfokus pada Ara dan ibu Maryam. Sosok ayah Ara yang bekerja di luar kota dan hanya berkumpul dengan keluarganya di akhir minggu cuma diceritakan pada awal dan akhir pendampingan, seolah sebagai pelengkap saja. Padahal parenting masa kini banyak menekankan pentingnya peran ayah dalam mendidik anak.
Tapi secara keseluruhan buku parenting ini cukup menyegarkan di antara berbagai buku bertema sama. Apalagi bagi saya yang hanya bisa membaca di sela-sela waktu luang rasanya buku ini bisa menambah wawasan baru tentang pengasuhan anak tanpa terkesan menggurui. Jadi enggak sabar menunggu terbitnya Serial Senandung Hati yang lain.
alfakurnia
Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com
One thought on “Mendobrak Label Diri Bersama Ara”