Combo DPaT & IPV

Doctors do not yet have drugs to cure diseases caused by viruses. But they can give you shots to prevent some of these diseases.”
Germs Make Me Sick – by Melvin Berger, Ilustrated by Marylin Hafner.

Usia 5 tahun adalah waktunya Cinta mendapatkanĀ booster imunisasi DPT, Polio dan MMR. Jauh hari sebelumnya saya sudah memberitahu Cinta tentang hal ini yang selalu mengakibatkan dia histeris karena masih trauma saat imunisasi Typhoid dan Hep. A tahun kemarin. Entah kenapa semakin besar, anak-anak semakin takut disuntik, padahal sampai usia 2 tahun si bocah ini anteng-anteng aja tiap waktunya imunisasi.

Berdasarkan hasil konsultasi dengan mbak Anna Surti Nina melalui akun twitternya, saya pun mencoba berbicara lagi dengan Cinta. Tepat di hari ulang tahunnya yang ke-5, setelah makan malam saya bilang, “Kak, kan sekarang sudah 5 tahun nih, berarti waktunya untuk…” “Imunisasi ya Ma? dia balik bertanya. “Iya, sudah waktunya untuk imunisasi,” jawab saya. “Oke Ma, sekarang?” Huoooo jawaban yang sama sekali nggak saya duga. “Enggak kak, kita pilih sama-sama yuk tanggalnya, kapan kakak mau imunisasi,” saran saya.

Akhirnya ditentukanlah tanggal 23 Juni 2012 yang jatuh di hari Sabtu. Beberapa hari sebelumnya saya bertanya-tanya ke mbak Suci, teman sesama warga negara Indonesia yang tinggal di Brunei dan Fey, resepsionis apartemen kami mengenai di mana kami bisa mendapatkan imunisasi untuk anak-anak. Mereka pun menyarankan ke Pusat Kesihatan. Dan kebetulan di dekat apartemen ada Pusat Kesihatan (semacam puskesmas kalau di Indonesia sih) yang bagus.
Sepulang Cinta sekolah, kami pun ke Pusat Kesihatan Sg. Liang yang sayangnya sedang tutup karena istirahat makan siang. Akhirnya diputuskan untuk kembali lagi sore hari. Saat kembali, ternyata kami belum beruntung karena klinik anak tidak lagi menerima pasien imunisasi di Sabtu sore dan kami diminta kembali di hari Kamis, tanggal 28 Juni 2012.

Awalnya mereka nggak mau lho memberikan vaksinasi setelah tahu kami bukan penduduk lokal atau permanent resident Brunei. “Sebaiknya imunisasi di Indon sajalah, kan bulan delapan kamu mau pulang toh?” kira-kira begitulah ujar salah satu suster, tentu saja dalam bahasa Melayu. Baiklah kakaaaaak. Tapi suster yang lain sambil memeriksa kartu imunisasi Cinta (yang untungnya selalu saya bawa ke mana-mana sampai lecek) terus bertanya banyak hal, sampai akhirnya memutuskan Cinta bisa dapat imunisasi di sana karena ia bersekolah di Brunei.

Dibantu satu orang suster senior yang sangat ramah, suster muda yang baik ini mengisikan kartu medis untuk Cinta. Didata lagi imunisasi apa saja yang pernah didapat dari lahir. Lalu menuliskan waktu perjanjian dan tata cara bertemu dokter. Selama itu Cinta merengek-rengek di pelukan papanya karena takut disuntik dan akhirnya tersenyum lega karena batal.

Sesuai saran mbak Anna, pada tanggal 28 Juni, apapun yang terjadi kami kembali ke Pusat Kesihatan. Setelah ambil nomer antrian, dicek data dan kondisi kesehatan oleh suster, kami pun antri di bagian suntik untuk mendapatkan imunisasi DPaT dan IPV. Cinta yang kali ini cuma pergi sama saya nggak tampak cemas sama sekali. Malah asik main sampai namanya dipanggil. Dipikir-pikir, ini bocah cuma ngalem kalo ada papanya.

Begitu masuk ruang suntik, bidannya ngecek lagi umurnya Cinta dan memastikan kami ke situ untuk mendapatkan suntikan bagi anak usia 5 tahun sesuai yang ditulis suster di bagian pendaftaran. Setelah siap, saya diminta memangku Cinta yang sudah mulai menangis heboh. Sekian detik kemudian imunisasi pun selesai dan kami dipersilahkan pulang tanpa harus membayar sepeser pun. Hah, lunas sudah hutang imunisasi tahap pertama. Tinggal nanti saat mudik mau melengkapi booster MMR dan Hep. A.

Oya, tadinya saat membujuk Cinta untuk imunisasi saya menjanjikan Cinta membelikan mainan apa saja yang ia inginkan tapi selalu ditolak. Nah, setelah selesai vaksin, saya kembali bertanya apa yang Cinta inginkan sebagai hadiah karena sudah berani disuntik dan dia bilang cuma mau tidur sambil dipeluk mama sambil baca buku “Germs Make Me Sick” karangan Melvin Berger dan Marylin Hafner terbitan Scholastic favoritnya yang ada adegan anak diimunisasi.

Jadilah siang itu kami tidur berpelukan, sambil membaca tak lupa saya puji dan ucapkan terima kasih atas kesediaannya melakukan imunisasi. Saya juga bilang, “Insya Allaah setelah ini kakak makin sehat dan kuat, karena imunisasi tadi akan membentuk kekebalan tubuh di badan kakak.” Aamiin…

Selamat hari Jumat, semua…. Sudahkah imunisasi anak-anak dilengkapi? Yuk cek jadwal imunisasi IDAI 2012 atau jika berencana pindah ke luar negeri cek jadwal imunisasi CDC atau WHO. Jangan lupa selalu bawa kartu medis atau medical record anak ya, minimal kartu imunisasinya. It would come in handy when you visit a doctor or need to catch up their vaccination.

Jadwal vaksinasi CDC untuk Usia 0 – 6 Tahun (PDF)
Jadwal vaksinasi CDC untuk Usia 7 – 18 Tahun (PDF)

Suka dengan artikel ini? Yuk bagikan :)

alfakurnia

Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com

One thought on “Combo DPaT & IPV

  1. waktu dulu saya diimunisasi pas usia 5 tahun saya benar-benar tak bisa mengingatnya

    seandainya ibu saya dulunya mengenal blog mungkin saya bisa membaca tulisannya di sana.

    tapi hingga hari ini bekas imunisasi tersebut masih ada di lengan saya, mengingatkan saya akan masa kecil saya dan sosok saya yang belum tahu apa-apa tentang dunia šŸ™‚

    terima kasih sudah menuliskan ini sehingga saya mengingat itu semua kembali

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top
error: Content is protected !!