Strict Parents, Apa dan Bagaimana Dampaknya Pada Anak

Strict Parents, Apa dan Bagaimana Dampaknya Pada Anak

Strict parents, apakah teman-teman PojokMungil familiar dengan istilah tersebut? Beberapa dari kita yang lahir pada tahun 80-an mungkin dibesarkan dengan pengasuhan strict parents.

Beberapa satu contoh yang saya alami adalah kalau pulang sekolah harus langsung pulang. Waktu tidur siang harus diem di kamar dan enggak boleh keluar rumah setelah Maghrib. Kalau bikin salah dihukum tapi kalau melakukan hal baik enggak dipuji. Dan masih banyak lagi aturan-aturan yang dibuat dengan alasan disiplin.

Sebagai anak saya pikir pola asuh seperti itu adalah hal yang normal karena teman-teman saya pun dibesarkan dengan cara demikian. Bahkan ada yang dituntut untuk selalu mendapatkan nilai terbaik di kelas.

Namun, cara pengasuhan seperti ini menjadi kontroversi setelah buku Battle Hymn of The Tiger Mother yang ditulis oleh Amy Chua terbit pada tahun 2011. Terutama di negara barat sana.

Buku ini berisi kisah Amy mengasuh kedua anak perempuannya sebagai strict parents. Menurut Amy gaya pengasuhannya ini adalah tipikal Chinese mother yang ternyata juga diadopsi oleh banyak orang tua di negara Asia. Jadi sebenarnya apa sih strict parents ini dan apa dampaknya pada anak?

Strict Parents dan Dampaknya Bagi Anak

Beberapa waktu lalu, saya melihat informasi kulwap parenting gratis yang diadakan oleh Parents Lyfe Club dan PSiaga. Temanya seperti yang saya tulis di judul di atas dengan narasumber Desnita Zagoto, CBC., S.Psi., M.Psi., Psikolog.

Kebetulan banget saya lagi overthinking dengan pola asuh saya kepada anak-anak. Dibesarkan dengan pengasuhan otoriter yang sedikit banyak memberikan wounded inner child membuat saya bertekad enggak melakukan hal yang sama.

Rupanya tidak semudah itu, ya. Cara pengasuhan orang tua saya sedikit banyak membentuk cara saya mengasuh anak-anak meski saya tahu itu kurang sesuai diterapkan pada anak zaman now. Hukuman dan larangan ini itu masih sering saya berikan ke anak. Begitu juga dengan aturan-aturan yang diterapkan tanpa diskusi terlebih dahulu dengan mereka hanya karena saya anggap itu yang terbaik bagi mereka.

Berbeda dengan saya dulu yang berusaha menerima bagaimanapun pengasuhan orang tua, anak-anak saya bisa protes dan jarak mulai terbentang. Sebelum semakin parah, saya mau belajar lagi tentang parenting mulai dari mengenal strict parents dan dampaknya pada anak.

Apa Sih Strict Parents?

Istilah lainnya adalah Asian Parents atau authoritarian parenting. Orang tua dengan pola asuh ini biasanya menempatkan standar tinggi pada anak dan suka menuntut. Dengan gaya pengasuhan yang ketat, orang tua percaya dapat membentuk perilaku anak dan menjadikan anak-anaknya berhasil terutama di bidang akademi, musik atau olahraga.

strict parents

Menurut Desnita Zagoto, CBC., S.Psi., M.Psi., Psikolog, ciri-ciri strict parents adalah sebagai berikut:

  1. Menerapkan aturan yang kaku dan menghukum dengan menyakiti anak secara verbal maupun fisik ketika anak melanggar aturan tersebut.
  2. Tidak fleksibel baik secara pemikiran maupun perilaku.
  3. Memaksa anak mengikuti keinginan orang tua.
  4. Tidak menghargai pencapaian anak dan selalu membandingkannya dengan orang lain,

Ini sama banget dengan cerita Amy Chua di buku Battle Hymn of The Tiger Mother. Amy melarang anak-anaknya untuk ikut playdate atau tampil di pertunjukan sekolah. Mereka bahkan enggak boleh memilih kegiatan ekstrakurikuler sendiri.

Anak-anak Amy dituntut untuk selalu dapat nilai A dan jadi yang terbaik di kelas. Tidak cuma itu, Amy juga cerita kalau dia membuang kartu ucapan buatan anaknya hanya karena menurut dia they didn’t put enough effort to make it sehingga hasilnya biasa aja.

Ada yang pernah mengalami hal seperti ini sebagai anak? Atau sekarang tanpa sadar melakukan hal yang sama ke anak?

Dampak Strict Parents Kepada Anak

Sampai sekarang masih ada orang tua yang percaya bahwa pola asuh otoriter memiliki dampak positif kepada anak. Beberapa penelitian yang dirangkum oleh situs howtoadult.com menunjukkan efek positif pengasuhan ini antara lain:

  1. Anak belajar untuk menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka. Sehingga mereka belajar untuk membuat keputusan yang baik.
  2. Anak belajar untuk berusaha sebaik mungkin agar dapat mencapai hasil terbaik sesuai tuntutan orang tua.
  3. Anak dari strict parents cenderung sukses dalam bidang akademis atau bidang lain yang jadi tujuan orang tua.
  4. Anak belajar self-discipline supaya mereka belajar lebih banyak, fokus dan memperoleh hasil terbaik.
  5. Anak umumnya penurut dan memiliki prestasi yang baik di sekolah.
  6. Anak cenderung lebih mandiri, bisa belajar untuk berpikir sendiri, berkompromi dan memecahkan masalah mereka sendiri.

Namun, menurut Desnita Zagoto, CBC., S.Psi., M.Psi., Psikolog ada dampak negatif yang dialami anak seperti masalah emosi, sosial, perilaku, dan kepercayaan diri. Begitu juga dengan pengambilan keputusan, motivasi dan kesejahteraan mental.

dampak strict parents

Dari situs AHAparenting.com dan psychcentral.com, saya menemukan penjelasan lebih lengkap tentang dampak negatif strict parents sebagai berikut:

Pengasuhan yang ketat membuat anak-anak tidak belajar disiplin diri dan tanggung jawab.

Penting bagi anak untuk memiliki disiplin diri dan rasa tanggung jawab. Tapi kedua hal ini biasanya terbentuk jika orang tua menanamkannya dengan kasih sayang yang enggak didapatkan dari strict parents.

Pola asuh yang berdasarkan rasa takut membuat anak cenderung melakukan hal yang sama kepada anak lain dan menjadi perundung (bully).

Mungkin teman-teman sudah sering mendengar tentang ini, ya. Anak-anak yang suka membully di sekolah ternyata di rumah dikenal sebagai anak penurut yang orang tuanya sangat tegas dan disiplin tapi kurang kasih sayang.

Anak cenderung memiliki kecemasan berlebihan dan depresi

Desnita Zagoto, CBC., S.Psi., M.Psi., Psikolog memberikan contoh kasus nyata di mana seorang anak merasa depresi dan ingin mengakhiri hidupnya karena merasa tidak bahagia. Meski diberi fasilitas lengkap oleh orang tuanya dan terkenal berprestasi, Ani harus mati-matian mempertahankan prestasinya karena selalu dianggap sebagai anak yang tidak berguna dan bodoh setiap nilainya turun.

Akibatnya Ani sering merasa tidak berguna, sering menangis dan merasa ketakutan sampai seluruh tubuhnya bergetar ketika nilainya turun di bawah 95. Ia tidak merasakan adanya kasih sayang dan penerimaan diri dari orang tuanya.

Memiliki konsep diri yang rendah

Anak yang selalu ditekan tanpa kasih sayang akan kesulitan membentuk konsep diri yang baik saat ia remaja. Padahal konsep diri ini sangat berperan dalam membantu anak menentukan bagaimana ia harus bersikap dan bagaimana ia harus membuat pilihan dalam berbagai aspek kehidupannya nanti.

Ketika masa pembentukan konsep diri ini terlewat begitu saja bahkan dipenuhi oleh hal yang menyakitkan bagi anak akan membuatnya mencari kepuasan dari self-harm bahkan berusaha mengakhiri diri sendiri.

Kecenderungan anak untuk memberontak atau memiliki konflik dengan orang tuanya cenderung lebih tinggi.

Anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan yang ketat cenderung memendam kemarahan dan memberontak saat mereka remaja.

Yah, tidak ada orang yang suka terlalu dikontrol berlebihan, kan, termasuk anak-anak. Akibatnya anak mengalami kesulitan untuk mengendalikan atau mengatur dirinya dan diekspresikan dengan kemarahan atau kebencian pada sebuah aturan atau kritik.

Lalu Apa yang Harus Dilakukan Oleh Orang Tua

Generasi kita mungkin merasakan sedikit dampak positif dari strict parents seperti jadi lebih tough atau kuat dalam menghadapi tantangan hidup, enggak manja, punya ambisi untuk jadi yang terbaik, dll.

Sayangnya pola asuh ini sudah memperoleh nama jelek di dunia parenting. Sehingga kita enggak boleh juga menutup mata atas dampak negatifnya kepada anak dan sebaiknya enggak menerapkan ini dalam relasi kita kepada anak.

pola asuh yang sehat

Desnita Zagoto, CBC., S.Psi., M.Psi., Psikolog mengingatkan bahwa anak adalah manusia yang sama seperti kita, orang tua. Mereka juga punya perasaan dan keinginan.

Kalau kita merasa kesal ketika anak menunjukkan perilaku yang tidak sesuai keinginan kita, bayangkan perasaan anak ketika orang tua melakukan hal yang tidak mereka sukai.

Libatkanlah anak dalam pengambilan keputusan atas hidupnya. Dengarkan mereka karena hanya mereka yang paling tahu bagaimana rasanya menjalani kehidupan mereka.

Desnita Zagoto, CBC., S.Psi., M.Psi., Psikolog – Psiaga

Alih-alih mengatur semua segi kehidupan mereka dengan ketat, sebagai orang tua kita sebaiknya:

  1. Lakukan kesepakatan, bukan aturan yang kaku.
  2. Lakukan refleksi bersama, bukan menghukum.
  3. Rencanakan masa depannya bersama, bukan menentukan masa depannya.
  4. Beri dukungan bukan tuduhan.
  5. Beri rasa aman untuk anak, bukan ancaman.
  6. Koreksi perilakunya, bukan kehidupannya.

Sulitkah mengubah pola asuh otoriter menjadi yang lebih baik? Mungkin iya, terutama untuk yang anaknya sudah terlanjur remaja dan pra-remaja seperti saya. Di mana pola asuh sudah cukup lama terbentuk.

Tapi enggak ada kata terlambat untuk memulai. Seperti pesan psikolog anak-anak saya, kesalahan parenting yang sudah terlanjur terjadi enggak bisa diulangi. Tapi bisa diperbaiki. Mulailah dengan banyak meminta maaf kepada anak atas hal-hal yang pernah menyakiti mereka.

Parenting memang sesuatu yang harus kita lakukan seumur hidup sebagai orang tua. Bersyukur sekarang banyak channel untuk kita belajar. Tidak seperti orang tua kita dulu. Apa yang baik diterapkan menurut generasi ibu bapak kita belum tentu bisa diterapkan ke anak-anak termasuk strict parenting ini.

Semoga bisa jadi bahan refleksi dan pembelajaran, ya. Kalau teman-teman PojokMungil saat ini menerapkan pola asuh seperti apa ke anak-anak, nih?

Suka dengan artikel ini? Yuk bagikan :)

alfakurnia

Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top
error: Content is protected !!