Kenalkan anak-anak pada keindahan laut supaya mereka bisa mencintai dan menjaga kelestarian laut.
Susi Pujiastuti, Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia
“Mami, I want to go to the beach. I really miss playing at the beach.”
“Do you remember, that time we went to the island with boat? You said we can snorkling and see fishes in the ocean but we couldn’t because the water wasn’t clear enough? Can we go there again?” tanya anak bungsu saya suatu malam sebelum tidur.
Yah, nggak heran sih kalau Keenan kangen main di pantai. Rumah kami di Brunei dulu dekat dengan pantai. 3 kali pindah rumah, 3 kali pula lokasinya tidak jauh dari pantai. Bahkan rumah terakhir yang kami tinggali sebelum pindah ke Indonesia hanya berjarak 10 menit jalan kaki ke pantai. Jadi bermain di pantai adalah aktivitas yang sering kami lakukan di sana. Bahkan sejak Keenan belum genap 40 hari sudah pernah saya bawa main di pinggir laut menemani kakaknya yang juga suka bermain air laut. Kalau kedua anak saya ditanya liburan mana yang lebih berkesan, ke gunung atau ke pantai, pasti mereka akan jawab ke pantai.
Baca Juga: Mempersiapkan Anak Untuk Liburan di Pantai
Sayangnya, tidak semua pantai yang sering kami kunjungi itu kondisinya baik. Kalau sedang beruntung, anak-anak bisa bermain pasir dan berenang di tepi pantai yang bersih sambil melihat ubur-ubur yang terdampar di pinggir laut atau bayi kepiting yang berlarian di pasir. Kadang, kami cuma bisa duduk menikmati matahari terbenam karena air pasang membawa banyak kotoran dan sampah ke daratan sehingga pantai terlihat kotor.
Ancaman Untuk Laut
Sampah memang jadi salah satu masalah penting yang terjadi di laut. Saya ingat sekali, 30 tahunan lalu beberapa kali diajak nenek saya main di Pantai Kenjeran Surabaya. Dan itu bukan kenangan yang menyenangkan karena selain bau amis dari ikan hasil tangkapan nelayan, sampah yang tersebar di pantai dan baunya yang menguar mencemari udara membuat saya tidak nyaman.
Saya baru mengenal keindahan laut setelah mengunjungi Pantai Kuta di Bali dan Senggigi di Lombok. Mungkin karena pemerintah setempat dan warga sekitar cukup sadar akan pentingnya menjaga kelestarian laut dan pantai. Dan meskipun tidak seindah Kuta dan Senggigi, Pantai Camplong di Madura, Parangtritis di Yogya serta Pantai Tuban yang cukup bersih memberi kenangan manis bagi anak-anak saya.
Baca Juga: Pantai Camplong, Madura
Tapi bukan cuma sampah yang menjadi ancaman untuk laut Indonesia. Perubahan iklim karena pemanasan global ternyata merupakan satu dari 9 ancaman terbesar yang dihadapi oleh laut seperti yang dilansir oleh Newsweek pada bulan Maret 2019. Senada dengan pemaparan hasil Our Ocean Conference 2018 oleh Prof. Muhammad Zainuri, Guru Besar Kelautan Universitas Diponegoro Semarang tentang akibat perubahan iklim terhadap kelangsungan ekosistem laut.
Meskipun menurut Newsweek ada 9 ancaman besar terhadap laut, di tulisan ini kayanya akan saya tulis 7 aja ya, yang related dengan kehidupan sehari-hari kita, yaitu:
Polusi Plastik
Greenpeace, tahu kan ya? Itu lo, lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan hidup termasuk berusaha menjaga kelestarian laut. Nah, menurut Greenpeace, tiap tahun ada 12,7 juta ton sampah plastik yang berakhir di laut. 12,7 juta ton! Udah nggak bisa ngebayangin deh itu banyaknya segimana. Yang jelas, sampah-sampah itu selain membahayakan biota laut, microbeads atau partikel plastik kecil yang mencemari air dan tidak sengaja masuk ke dalam tubuh ikan-ikan di laut juga dapat membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi ikan. Gimana tuh, kata Bu Susi kalau nggak makan ikan kita bakal ditenggelamkan. Tapi kalau makan ikan ada ancaman microbeads yang bisa merusak kesehatan kita.
Penangkapan Ikan Berlebihan
Penangkapan ikan yang berlebihan sudah lama jadi masalah di perairan di Indonesia. Sedihnya lagi ikan-ikan yang ditangkap dengan cara yang tidak ramah lingkungan itu bukan untuk konsumsi masyarakat Indonesia, malah banyak yang ditangkap secara ilegal oleh nelayan asing untuk dijual di negaranya. Hiks, sudahlah hasil laut kita dieksploitasi, biota laut kita rusak akibat cara penangkapan yang tidak eco friendly, eh kita juga nggak dapat menikmatinya.
Pariwisata
Wisata laut ini bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi dapat menumbuhkan perekonomian di wilayah tersebut, menciptakan lapangan kerja dan tentunya menyejahterakan penduduk sekitar. Tapi, pariwisata yang tidak menjaga kelestarian laut dan tidak eco-friendly bisa mencemari dan merusak ekosistem laut.
Perjalanan Ekspedisi Laut
Dalam Talkshow Menjaga Laut di Tengah Pandemi, para narasumber Prof. Muhammad Zainuri, Guru Besar Kelautan Universitas Diponegoro Semarang dan Githa Anathasia, pengelola Kampung Wisata Arborek & CEO Arborek Dive Shop, Raja Ampat, sepakat bahwa kapal-kapal wisata menjadi sumber pencemaran laut. Baik itu dari kebocoran bahan bakar yang limbahnya dibuang ke laut, juga emisi sulfur dioksida, nitrogen oksida, dan karbon dioksida yang mencemari udara.
Minyak dan Gas
Pengeboran dan pencairan minyak dan gas bumi lepas laut juga menjadi penyebab sulitnya menjaga kelestarian laut. Salah satunya karena kebocoran crude oil atau minyak mentah. Kasus yang terbaru tuh kalau nggak salah kebocoran minyak dan gas pada bagian anjungan offshore (lepas pantai) blok YYA-1 di area Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ) yang berawal pada 12 Juli 2019.
Minyak mentah itu memiliki sifat B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dalam kasus kebocoran tersebut, selain berdampak pada biota laut, saat terbawa sampai ke garis pantai menyebabkan laut dan daerah pesisir pantai menjadi bau.
Pengasaman
Laut menyerap 30 persen karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer dan 90 persen suhu panas akibat perubahan iklim
Abdoulaye Mar Dieye, Asisten Sekretaris Jenderal PBB
Karbon dioksida yang larut dalam laut membentuk asam karbonat. Akibat perubahan iklim, kadar asam ini meningkat sehingga mengganggu proses kawin hewan laut. Akhirnya ya hewan laut sulit bereproduksi yang kemudian bisa menimbulkan ketidakseimbangan alam.
Selain 7 hal ini, menurut Prof. Muhammad Zainuri, aktivitas manusia berupa banyaknya industri di pinggir pantai juga dapat merusak ekosistem laut. Selain membuang limbahnya langsung ke laut, industri mengeksplorasi air tanah sedemikian banyak sampai air laut masuk ke darat. Pasang air laut juga naik menuju daratan dan terjadi intrusi laut yang menyebabkan batas antara air tawar dan air laut naik ke daratan, sehingga air tanah di wilayah pesisir pantai menjadi terasa asin. Akibatnya ya air tanah di daerah pesisir pantai nggak bisa lagi dikonsumsi oleh masyarakat.
Kondisi Laut Saat Pandemi Covid-19
Baik Mbak Ghita dari Arborek, Raja Ampat maupun Prof. Muhammad Zainuri bilang kalau pandemi Covid-19 ini membawa dampak positif terhadap kondisi laut. Di Raja Ampat, sejak masa pandemi, terumbu karang tumbuh dengan cepat dan optimal. Hiu dan tuna bisa bergerak lebih leluasa jadi bisa dilihat dari pelabuhan. Sampah wisatawan berkurang dan tumpahan minyak kapal wisata hilang.
Dari sisi industri sendiri, karena berkurangnya aktivitas selama masa pandemi, buangan industri mengalami penurunan. Sehingga proses pencucian limbah oleh laut dengan siklus pasang surut menjadi lebih baik. Akibatnya kemurnian kualitas perairan pun lebih baik.
Yah, memang sih di sisi lain pandemi membawa dampak negatif pada manusia. Bukan cuma di sektor kesehatan tapi juga sektor perekonomian. Tapi rasanya ini bisa jadi pengingat ya, kalau selain perubahan iklim, aktivitas manusia itu disengaja atau tidak bisa membawa kerusakan pada alam terutama laut. Dan kerusakan laut nggak cuma berpengaruh pada biota laut lo, kalau dari tulisan di atas udah jelas kan ketika kondisi laut rusak, manusia juga yang kena imbasnya.
Jadi sebagai ibu dari dua orang anak yang cinta banget dengan laut dan pantai, berharap sekali mereka bisa ambil bagian untuk menjaga kelestarian laut. Tentunya ini nggak bisa dilakukan dengan cara yang instan kan. Menjaga kelestarian laut bisa dimulai sejak dini dengan cara yang sederhana.
Edukasi Anak untuk Menjaga Kelestarian Laut
Seperti kutipan di awal tulisan ini, cara pertama mengajarkan anak untuk menjaga laut adalah dengan membuatnya cinta akan laut. Kata ibu Susi Pudjiastuti, nggak adil menyuruh anak menjaga laut kalau mereka nggak pernah tahu indahnya isi laut. Bu Susi yakin anak-anak hanya bisa mencintai pantainya kalau tahu apa yang harus dicintai.
Mencintai Laut untuk Menjaga Kelestarian Laut
Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menumbuhkan rasa cinta anak terhadap laut. Misalnya dengan ya main di pantai yang bersih. Kalau memungkinkan ajak mereka snorkeling supaya bisa melihat keindahan biota laut di bawah permukaan air.
Cara lainnya bisa dengan mengajak mereka ke kebun binatang yang punya akuarium air laut. Atau ya ke Sea World dan yang sejenisnya. Anak saya Keenan senang sekali waktu diajak ke Sea World akhir tahun kemarin. Nggak berhenti dia mengagumi keindahan aneka ikan yang lalu lalang di atas kepalanya saat berada di dalam terowongan berjalan.
Selain bermain di pantai, anak juga bisa kita ajak berwisata ke daerah konservasi laut seperti wisata Mangrove. Kalau sudah mencintai laut tentu lebih mudah untuk mengajak anak menjaga kelestarian laut ya, kan?
Mengurangi Penggunaan Plastik
“Mommy, no straw! Remember, straw can hurt the turtle in the sea.” ujar bungsu saya saat saya menawarkannya sedotan plastik untuk minum di sebuah tempat makan.
Iya, kita pasti tahu ya, kalau sampah plastik itu berbahaya sekali terhadap satwa laut. Jadi, dengan mengurangi penggunaan plastik dan produk-produk yang mengandung microbeads otomatis sampah plastik juga akan berkurang. Dimulai dari yang sederhana dulu seperti lebih tidak menggunakan sedotan plastik sekali pakai dan menggunakan tas untuk membawa belanjaan.
Membuang Sampah Pada Tempatnya
Ajarkan anak untuk membuang sampah pada tempatnya. Lebih bagus lagi jika sampah dipisahkan dalam kategori-kategori tertentu, agar sampah-sampah plastik bisa digunakan kembali atau diubah ke bentuk lain. Sedangkan sampah organik bisa kita jadikan pupuk kompos seperti yang sedang tren belakangan ini.
Oya, kalau sedang main di pantai bareng anak-anak ajak mereka sekalian mengumpulkan sampah plastik. Prince William dan Prince Harry dari Inggris sering cerita kalau waktu mereka kecil sampai remaja, sering diajak ayah mereka, Prince Charles untuk bersih-bersih pantai.
Menghemat Air dan Energi
Seperti yang dibilang oleh Prof. Muhammad Zainuri, penggunaan air tanah yang berlebihan dapat mengakibatkan intrusi air laut masuk ke tanah, sehingga air tanah di daerah tersebut nggak layak digunakan oleh masyarakat. Akibatnya ya lama-kelamaan kita bisa kekurangan air bersih kalau jumlah air tanah semakin menurun.
Jadi ajarkan anak-anak untuk menggunakan air secukupnya. Mulai dari menutup keran air saat sikat gigi, menyabuni tubuh dan nggak berlebihan saat menyiram tanaman. Memang nggak gampang sih, anak saya meski sudah dikasih tahu sampai berbusa tiap hari ya masih suka lupa. Tapi nggak apa-apa, tugas kita kan memang mengingatkan sampai lama-lama mereka terbiasa melakukannya sendiri.
Membantu LSM yang Bergerak Menjaga Kelestarian Laut
Selain cara-cara di atas, kita juga bisa mengenalkan anak-anak pada organisasi yang bergerak di bidang pelestarian laut. Lalu ajak mereka untuk mengikuti aktivitasnya jika memungkinkan. Di Brunei dulu, ada salah satu pengelola diving yang setiap bulan mengadakan acara bersih-bersih pantai untuk umum. Nah, kita bisa tuh ajak anak-anak ikut kegiatan tersebut. Atau ajak mereka menyisihkan uang saku untuk memberi donasi kepada organisasi-organisasi semacam itu.
Menjaga Biota Laut
Saat bermain di pantai, kita bisa meminta anak-anak untuk berhati-hati terhadap biota laut dengan tidak memegang karang, misalnya. Atau menginjak bayi-bayi kepiting yang tengah berlarian di pantai atau ubur-ubur yang sedang berusaha kembali ke laut. Juga tidak membawa pulang karang untuk hiasan atau oleh-oleh.
Lah, nggak seru dong main di pantainya. Ya, sudah saatnya kita menggunakan prinsip ini saat berwisata di alam bebas terutama laut untuk menjaga kelestariannya:
Semoga kelak generasi anak-anak kita bisa menjadi generasi pecinta alam yang bisa menjaga kelestarian laut dan keseimbangan alam dan manusia. Supaya aktivitas manusia nggak lagi menjadi penyebab kerusakan alam.
Kalau menurut teman-teman pojokmungil, cara apalagi yang bisa kita lakukan untuk menjaga kelestarian laut dari perubahan iklim maupun aktivitas manusia?
Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog “Perubahan Iklim” yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini
Sumber:
- Derlyansza, Y.D, Ramasi, A.R. (2019) Oil Booms Membrane Berbasis Bioadsorben Kitosan Sebagai In Situ Adsorption Tumpahan Minyak di Laut (Abstrak) diakses pada 4 Juli 2020 dari https://egsa.geo.ugm.ac.id/wp-scontent/uploads/sites/94/2019/12/5.NASKAH_Yuda-Daffa-Derlyansza.pdf
- NationalGeographic.grid.id (2019, 5 Maret) 9 Ancaman Terbesar yang Dihadapi Laut dan Isinya Akibat Ulah Manusia diakses pada 2 Juli 2020 dari https://nationalgeographic.grid.id/read/131656602/9-ancaman-terbesar-yang-dihadapi-laut-dan-isinya-akibat-ulah-manusia?page=all
- Berita KBR (2020) Talkshow Ruang Publik KBR – Menjaga Laut di Tengah Pandemi diakses pada 26 Juni 2020 dari https://www.youtube.com/watch?v=iXSJ1VGmBlo
alfakurnia
Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com
42 thoughts on “Menjaga Kelestarian Laut Bersama Anak”
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.
Menjelang new normal ini, apakah sudah sempat merancang ke pantai lagi, Mbak?
Salah satu hikmah pandemi ya. Aktivitas manusia banyak sekali berkurang, salah satunya di laut dan pesisirnya. Hal ini membawa dampak positif baik bagi vegetasi maupun biota lautnya ya, Mbak.
Keenan, sama dong, Mbak Najwa juga seneng banget main ke pantai.
Belum, Mbak. Pantai terdekat nggak nyaman untuk main pasir dan berenang. Kalau pergi jauh yang harus nginep masih belum berani.
Main di pantai memang menyenangkan ya, Mbak Najwa.
Whoaaa, seruuu banget mbaaa kalo rumah deket pantai
Tapi di Brunei kayaknya ga pernah tsunami ya?
Yappp, laut harus kita jaga sepenuh jiwa!!
Iya, nggak pernah tsunami karena pulau Borneo nggak terletak di zona tumbukan lempeng. Sehingga hampir nggak pernah gempa jadi ya nggak pernah ada tsunami juga. Tapi kalau pas air pasang di bulan-bulan tertentu ngeri juga ombaknya.
sedih banget lihat laut tercemar ya?
Susah banget kan tuh membersihkan hingga kembali normal
Karena itu perlu banget campaign seperti yang dilakukan KBR
Agar semakin banyak yang peduli
iya, Mbak. Salah satu upaya menjaga laut dengan mengadakan campaign seperti ini.
Masyaallah, si bungsu uda paham yaa mbak bahaya sampah plastik untuk ekosistem laut. Alhamdulillah makin banyak yg sadar dan peduli 😁 oiyaa saya jugaa pecinta laut, dibandingkan
wisata ke gunungg hehehe menanti senja di tepi pantai, atau sejenak menikmati deburan ombak dan semilir angin pantai yg menenangkan. Butuuh vitaminsea nih mbaaak wkkwkw
Sama, Mbak. Udah kangen main di pantai.
Rumah mertua saya di utara Jakarta. Dekat sekali dengan laut. Sedihnya, laut disana tercemar limbah, jadi ada buih-buihnya gitu. :(( saya pikir limbah itu dari pabrik, tapi ternyata enggak. Itu adalah limbah bekas rumah tangga, huhu. Ternyata hal-hal sederhana yabg kita lakukan di rumah dan kita pikir enggak berdampak besar ternyata juga sangat merusak. Jadi sedih deh. Upaya untuk menjaga ekosistem laut memang jadi tugas kita bersama. Misalnya dengan mulai mengubah kebiasaan di rumah, menggunakan produk yang lebin ramah lingkungan dan menghindari kantong plastik.
Industri rumah tangga juga mencemari laut ya, Mbak. Kata prof. Zainuri selama PSBB itu limbah paling banyak adalah buangan rumah tangga.
Pemahaman tentang hidup berdampingan dengan alam dan menjaga kelestariannya memang sudah harus ditanamkan sedari kecil pada anak-anak. Termasuk menjaga kelestarian laut yg merupakan bagian terbesar dr wilayah Indonesia.
Betul, Mas.
Benar ya mbak, laut punya banyak potensi yg wajib dijaga, dan anak anak pun harus mulai bisa menjaga laut.
Agar laut lebih lestari tentunya
Iya, Mbak Dian. Demi kehidupan mereka juga kelak.
Wisata ke laut bersama anak-anak bisa jadi sarana pembelajaran juga ya. Jadinya sambil wisata, sambil belajar juga.
betul, Mbak.
Duh kangen main ke pantai nih, sayangnya kami masih memilih di rumah saja dulu. Pasti menyenangkan bermain di pantai lagi… Aku lagi nonton Our Planet, dan salah satu episodenya membahas perairan dangkal. Sedih bangett banyak karang yang memutih dan keruskan yang terjadi di perairan dangkal karena ulah kita-kita. Entah bagaimana laut Indonesia ini kedepannya, padahal sebelumnya mulai mengalami perbaikan, tapi sekarang banyak illegal fishing lagi. Tapi jika masyarakat bersama-sama menjaganya… saya rasa gak ada yang gak mungkin.
Nah iya, pemutihan karang sama penangkapan ikan yang ilegal juga jadi ancaman laut. Semoga pemerintah bisa mengatasinya.
Kalau bawa anak2 ke laut pastin sangat menyenangkan. Menambah kecintaan anak pada laut dan alam. Karena kelak mrekalah yg akan menjaganya . Tapi kudu extra supervisi, supaya aman hehe
Sedih banget Indonesia termasuk penyumbang sampah plastik terbesar. Memang susah banget kayaknya mengubah masyarakat supaya bisa berhemat dan jangan berlebihan pakai plastik. Masih banyak yang belum mengerti pentingnya mengurangi sampah plastik 🙁
Semarang gak ada pantai, ada nya laut dan kotor. Sejak anak-anak kecil udah diajakin ke laut, waktu itu masih lumayan lah. Sekarang kami kalo kangen pantai ya mesti ke Jogja, Jepara, gitu yang pantainya baguuuus. Karena anak-anak udah sejak kecil diajakin buang sampah di tempatnya ya mereka ngerti kalo gak sembarangan gitu buang sampah. Apalagi sekarang udah dewasa semua
Setujuuu.. jangan mengambil apapun dari laut dan pantai kecuali gambar. Juga jangan meninggalkan jejak apapun (sampah) kecuali bayangan
Laut ku, laut mu
Yuk kita jaga slalu.
Setuju banget, kita mesti Mencintai Laut untuk Menjaga Kelestarian Laut. Tanpa rasa cinta, rasa peduli tidak akan ada. Mulai dari hal-hal kecil, dan mulai sejak kecil. Bagus banget mbak mengenalkan kecintaan pada laut pada anak-anak. Ini akan menumbuhkan kepeduliannya 🙂
Sampah wisatawan adalah salah satu penyumbang besar.
Sebagai orang yang kadag membantu membelikan tiket ke Karimunjawa, saya melihat rombongan besar membawa berkardus-kardus minuman dan makanan. Setelah dimakan/diminum, selebihnya akan jadi sampah di sana.
Sampah plastik itu sangat berbahaya bagi laut dan mahkluk hidup di dalamnya. Ngeri kalau membayangkan penyu mengonsumsi plastik yang mencemari laut.
Saya pernah waktu naik kapal ke Derawan di tengah laut tiba2 liat sampah banyaaakk banget entah drmana itu, langsung potek hatiqu~
Semoga masyarakat Indonesia bisa lebih sadar dan peduli dgn laut kita..
Selama ini saya tahunya permasalahan yang dialami laut cuma sampah. Ternyata masih ada masalah lain yang tak kalah mengkhawatirkannya, ya.
semakin harus kita mengurangi konsumsi sampah plastik ya mbak alfa..kasihan laut, duh aplagi semakin banyak abang pakeeet. semakin banyak juga plastik yang dihasilkan nih
Sayapun juga sama mbak alfa, lebih memilih laut atau pantai untuk sejenak merelaksasi pikiran. Tapi, memang kondisinya memang beda seperti dahulu. Air sudah tercemar dengan berbagai macam polutan, huhuhu. Selama pandemi ini biarkan alam rehat sejenak. Kita yang harus mengalah, sepertinya begitu ya mbak alfa
Membuang sampah pada tempatnya itu penting banget ya diajarkan pada anak sejak kecil. Tahu kondisi laut sekarang, semoga kelak anak cuci kita masih bisa menikmati kindahannya…
Aku yang tinggal di Bandung, jauh dari laut. Sampah juga jadi masalah di sini. Miris, sering ada yang sharing, sampah plastik mengganggu kehidupan di laut. Aku pernah ke Indonesia Timur, lautnya beningnyaaa. Suka jengkel, tau-tau nemu aja botol air minum kemasan yang ditinggalin oleh wisatawan. Duuuh…
Belum pernah mengajak anak ke pantai, tapi setuju untuk mengajari mereka mencintai laut. Alhamdulillah laut mengalami relaksasi, semoga kita semua semakin sadar pentingnya menjaga kebersihan laut
Amin, semoga kelak generasi kita lebih mampu menjaga laut sebagai warisan bumi ini.
Karena saya belum pernah melihat pantai dan laut. Baca tulisan ini saya jadi terheran-heran Mba, ternyata pantai itu bisa banyak sampah juga seperti disungai (efek kebanyakan nonton pantai untuk pariwisata doang, jadi yang diliat yang indah-indahnya aja) 😂
Wabah covid mungkin jadi cara alam menjaga keseimbangannya ya mbak. Memang perlu kesadaran besar dari semua pihak untuk menjaga alam, termasuk pantai dan lautan. Sedih saya pernah dengar cerita dari suami yang sempat snorkling di bajo terus nemu sampah pembalut. Itu kayak, “what?! Kok bisa sampai situ?” Tapi terus jadi mikir, jangan-jangan sampah saya juga ada yang bernasib serupa. Seketika saya merasa buruk banget karena sudah berkontribusi dalam kerusakan alam ini. 🙁
Laut kaya potensi yg sangat dibutuhkan oleh manusia..
Makanya laut wajib dijaga ya mbak..
Dan bisa mengajak anak untuk mulai menjaga laut
Saya setuju banget dengan langkah-langkah yang disebutkan di atas.Mendekatkan anak pada alam akan membuat mereka mencintai lingkungan sekitarnya. Selain itu membudayakan buang sampah pada tempatnya tuh ngefek banget loh sampai mereka dewasa nanti. Anak-anak yang tak pernah diajarkan hal ini sejak kecil, tingkat kepeduliannya amat sedikit di kemudian hari.
Sedih memang ya kalau lihat laut banyak sampahnya. Terus di pinggiran Pantai jadi menggenang sampah begitu bikin nggak Indah. Tapi di satu sisi kondisi ini bisa jadi sarana belajar Juga buat anak untuk menjaga laut ya..
Laut bukan cuma untuk dinikmati keindahannya tapi laut juga sumber kehidupan yang seharusnya bener2 di jaga. Semoga banyak orang yang sadar dan peduli dengan adanya tulisan seperti ini ya mba.
Benar sekali mbak, memang sejak kecil anak harus dikenalkan dengan laut. Supaya nanti dia mencintai laut dan menjaganya. Laut yang asri merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai harganya. Hal ini harus kita jaga dan kita lestarikan.