Menjaga Bumi dari Perubahan Iklim Bisa Dimulai dari Rumah. Pagi ini, seperti biasa saya keluar rumah untuk olahraga pagi. Waktu di sportwatch saya masih menunjukkan angka 5.30, matahari baru saja muncul dari arah timur, menyebarkan semburat warna oranye di langit yang tengah bertransisi dari malam ke pagi. Hembusan angin dingin menerpa wajah saya. Segar sekali rasanya. Ini yang membuat saya memutuskan untuk memulai hari dengan berjalan kaki di luar rumah pagi ini dan mengabaikan suara hati yang ingin menikmati kehangatan kasur. Demi sejenak menikmati dan mengisi paru-paru saya dengan udara pagi yang sejuk dan masih agak bersih.
Maklum, kabupaten tempat saya tinggal terkenal dengan hawanya yang panas. Sumuk, kalau orang Jawa bilang. Dan entah tepatnya sejak tahun berapa, rasanya tiap tahun suhu rata-rata daerah kami semakin meningkat. Sekarang saja paling sejuk hanya berkisar 21 – 22 derajat Celcius pada musim kemarau seperti sekarang. Sedangkan suhu terpanasnya sampai 36 derajat Celcius yang terasa seperti 40 derajat Celcius.
Eh, benar kan ya sekarang masih musim kemarau? Rasanya beberapa tahun belakangan ini kita nggak bisa lagi mengandalkan ilmu perubahan musim yang dipelajari di bangku sekolah dasar dulu. Masih ingat kan, Teman-teman? Di mana bulan April sampai September adalah musim kemarau. sedangkan bulan Oktober sampai Maret kita berada di musim hujan. Namun, rasanya musim kemarau kok semakin panjang. Kadang bulan Desember baru kita bisa menikmati hujan. Sayangnya begitu masuk musim hujan selain menikmati hawa yang sejuk kita juga terancam banjir.
Duh, ada apa ya dengan bumi kita sekarang?
Dampak Perubahan Iklim
Ternyata menurut Dr. Mubariq Ahmad, meningkatnya suhu di bumi dan musim yang makin tidak teratur dan ekstrim adalah salah satu dampak dari perubahan iklim. Di mana musim hujan makin pendek tapi puncaknya sangat intens. Sedangkan musim panas bisa panjang atau pendek. Namun ketika pendek, panasnya ekstrim.
Akibat dari keadaan ini adalah bencana alam juga makin sering terjadi, terutama karena perubahan cuaca dan kerusakan hutan di bagian hulu aluran sungai. Dan kalau daerah teman-teman akhir-akhir ini mengalami krisis air, itu pun merupakan dampak dari perubahan iklim. Duh, buat ibu-ibu kaya kita gini pasti berat banget ya kalau pasokan air berkurang. Nggak bisa mandi dan cuci-cuci. Tanaman pun mengering. Dan yang jelas harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli air untuk minum dan masak.
Selain itu adalah naiknya permukaan air laut adalah kerusakan lingkungan yang mengancam bumi Indonesia bahkan dunia. Meski mungkin banyak yang menyepelekan hal ini, tapi naiknya permukaan air laut menyebabkan banyak lahan di darat menjadi tidak produktif karena tergenang air laut. Selain itu air laut yang naik ke daratan akan mengontaminasi tanah pertanian dengan air laut. Dan mengakibatkan hilangnya habitat untuk ikan, burung dan tanaman. Naiknya permukaan air laut juga bisa mengakibatkan hilangnya mata pencarian penduduk di pantai utara Jawa.
Dan terakhir adalah kehilangan biodiversity (keanekaragaman hayati). Meski sepertinya sepele, berkurangnya keanekaragaman hayati ini akan berpengaruh besar pada manusia, lo. Karena menurut Davina Veronica, seorang pegiat lingkungan dan perlindungan satwa, semua satwa dan tanaman itu punya peranan penting dalam melestarikan, menyeimbangkan dan menjaga kesehatan alam di bumi. Di mana manusialah yang menjadi penerima manfaat semua itu. Jadi kalau sampaia ada satu aja binatang atau tanaman yang punah, maka keseimbangan alam akan terganggu.
Perubahan Iklim
Tapi apa sih perubahan iklim itu? Kalau secara sederhana sih, perubahan iklim adalah perubahan pada suhu, curah hujan, pola angin dan berbagai efek-efek lain secara drastis. Sedangkan menurut Konvensi PBB tentang Kerangka Kerja Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC), perubahan iklim didefinisikan sebagai:
Perubahan iklim yang disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga mengubah komposisi dari atmosfer global dan variabililtas iklim alami pada periode waktu yang dapat diperbandingkan.
Konvensi PBB tentang Kerangka Kerja Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC)
dikutip dari http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/info-iklim/perubahan-iklim
Penyebab Perubahan Iklim
Salah satu penyebab utama perubahan iklim adalah pemanasan global. Itu loh, yang menyebabkan es di kutub mencair. Kalau kata anak saya sih, mengutip komik favoritnya, pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan di bumi. “Pemanasan global itu bikin bumi menghangat seperti tungku, Ma,” lanjutnya menirukan salah satu penjelasan di buku yang sedang dia baca. “Tungku itu oven kan? Kalau buminya terus panas seperti oven, lama-lama kita bisa gosong dong, Ma!” ujarnya panik.
1. Pemanasan Global
Pemanasan global ini disebabkan oleh meningkatnya efek gas rumah kaca. Dalam kondisi normal, efek rumah kaca bermanfaat bagai kehidupan makhluk hidup karena membuat suhu rata-rata di bumi tetap stabil. Namun, karena konsentrasi gas rumah kaca yang semakin meningkat membuat lapisan atmosfer makin tebal sehingga jumlah panas bumi yang terperangkan di atmosfer semakin banyak yang mengakibatkan peningkatan suhu bumi. Kalau teman-teman masih bingung, silakan tonton video sederhana ini. Ini memang ditujukan untuk anak-anak sih, jadi mudah dipahami oleh orang awam seperti saya.
Tentu pemanasan global bukan satu-satunya penyebab terjadinya perubahan iklim. Masih banyak faktor lain yang secara bersama-sama menyebabkan dan atau memperparah perubahan iklim ini, yaitu:
2. Kerusakan Fungsi Hutan
Dari webinar Suara Kita Tentang Perubahan Iklim yang diadakan oleh KBR Indonesia, Dr. Mubariq Ahmad, Konsultan Senior Penasihat Perubahan Iklim Bank Dunia 2010 – 2015, menyebutkan ada dua persoalan hutan yang sedang kita hadapi dan rasakan dampaknya sekarang. Masalah tersebut adalah: deforestasi dan konverasi hutan.
Menurut jurnalbumi.com, deforestasi adalah proses penghilangan hutan alam dengan cara penebangan untuk diambil kayunya atau mengubah peruntukan lahan hutan menjadi non-hutan. Bisa juga disebabkan oleh kebakaran hutan baik yang disengaja atau terjadi secara alami. Deforestasi mengancam kehidupan umat manusia dan spesies mahluk hidup lainnya. Sumbangan terbesar dari perubahan iklim yang terjadi saat ini diakibatkan oleh deforestasi.
Davina Veronica, yang merupakan juru kampanye Kesadartahuan Borneo Orang Utan Survival Foundation (BOSF) bercerita bahwa akibat deforestasi dan konversi hutan, saat ini banyak sekali orang utan yang berada di pusat rehabilitasi. Mereka berada di sana akibat hutan tempat mereka hidup terbakar atau dialihfungsikan. Sejak pandemi Covid-19, yayasan tempat Mbak Davina bekerja belum bisa mengembalikan orang utan ke alam liar meskipun saat ini kondisi hutan seolah beregenerasi karena manusia harus diam di rumah. Namun, karena DNA manusia 70% mirip dengan orang utan, para relawan tidak berani mengambil resiko menularkan atau tertular penyakit yang sedang menjadi momok seluruh dunia.
Padahal orang utan ini adalah guardian of the forest. Mobilitasnya yang tinggi dan banyak memakan buah-buahan serta menyebarkan biji-biji buah tersebut di tanah akan membuat vegetasi hutan terjaga. Sebagai binatang arboreal yang tinggal di pepohonan, orang utan juga membuka kanopi hutan dengan menyibakkan pepohonan saat mereka berpindah tempat. Sehingga sinar matahari bisa masuk menyinari hutan dan membuat tanaman dan satwa di dalamnya hidup.
Sayangnya, akibat deforestasi dan konversi hutan, orang utan menjadi salah satu dari empat icon konservasi binatang bersama harimau, gajah dan badak karena mereka terancam punah. Dan ini bahaya sekali karena menurut Dr. Mubariq, ketika seekor binatang punah yang punah bukan cuma binatangnya, tapi juga seluruh biodiversity dalam rantai makanan tersebut. Dan tahukah teman-teman, kalau manusia pasti ada dalam rantai makanan setiap binatang, jadi kalau ada binatang punah, tinggal tunggu waktu sampai manusia ikut punah. Serem banget kaaaan.
3. Masalah Bidang Energi
Mengutip Dr. Mubariq, saat ini kita memang belum merasakan dampak nyata. Tapi masalah ini sedang kita buat karena negara tercinta kita ini masih mengandalkan sumber energi dan membangun sumber-sumber energi yang berbasis fossil fuel yang merupakan penyebab meningkatkan emisi gas rumah kaca.
4. Pengelolaan Sampah
Berdasarkan data dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang dikutip oleh detik.com, timbunan sampah di Indonesia tahun ini sebesar 67,8 juta ton. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar mengatakan, jumlah tersebut kemungkinan masih terus bertambah seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan dengan semakin membaiknya tingkat kesejahteraan.
Di banyak negara, salah satu cara efektif untuk mengelola sampah adalah dengan menggunakan insinerator. Tujuan dari pembakaran sampah dengan insinerator adalah untuk mengolah limbah sehingga dapat mengurangi volume dan bahayanya, selain itu juga dengan menangkap atau menghancurkan zat berbahaya yang mungkin dilepaskan selama pembakaran. Tapi di Indonesia sistem ini masih sulit dilaksanakan karena perizinan yang sulit.
Pemerintah juga belum memberikan perhatian terhadap pengelolaan sampah, tidak seperti Jepang misalnya yang mewajibkan warganya untuk memilah sampah dan hanya boleh membuang sampah rumah tangga di hari tertentu. Selain itu kita sendiri juga belum disiplin untuk membuang sampah dengan baik. Jadi akhirnya sampah menjadi salah satu penyebab pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim.
Peran Kita Menjaga Bumi dari Perubahan Iklim
Kalau mengikuti seri webinar Perubahan Iklim yang diselenggarakan oleh KBR Indonesia, hampir semua narsumber mengatakan bahwa dibutuhkan kerjasama semua pihak untuk bisa melestarikan lingkungan. Nggak bisa tuh Kementrian Lingkungan Hidup aja yang patroli setiap saat agar nggak terjadi kebakaran hutan tapi pengusaha masih melakukan konversi hutan dengan pembakaran yang tidak terkontrol. Nggak bisa juga Pak Zul Karnedi menjaga dan membidani kelahiran ribuan penyu tapi pemburu penyu nggak ditindak dengan tegas.
Peran Pemerintah
Tentunya pemerintah di sini punya peranan penting dalam menjaga bumi dari perubahan iklim. Sebenarnya, banyak kebijakan baik yang telah dibuat untuk mencegah kerusakan alam lebih parah lagi tapi sayang menurut Dr. Mubariq di tingkat implementasinya masih kedodoran. Di mana masih banyak perilaku koruptif pengusaha dan pengambil kebijakan yang membuat kebijakan-kebijakan tersebut sulit dilakukan. Dan ini adalah tantangan besar bagi pemerintah untuk menindak tegas oknum-oknum tersebut dan memastikan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan konsisten dan tidak bertentangan satu sama lain.
Peran NGO dan Komunitas
Tentu nggak semua masalah penanganan perubahan iklim ini harus dibebankan ke pemerintah. Diperlukan peran organisasi-organisasi kemasyarakatan dan komunitas-komunitas pecinta lingkungan untuk ikut berpartisipasi menjaga bumi. Seperti Yayasan Nata Satwa Nusantara (NSN) di mana Mbak Davina Veronica menjadi CEOnya.
Selain itu juga ada Pak Zul Karnedi yang dijuluki bidan ribuan penyu langka dari Bengkulu. Mantan pemburu penyu ini sejak tahun 2015 berubah haluan menjadi pelindung penyu, menetaskan dan mengeramkan telur penyu dan melestarikan mereka sampai berdiri Kelompok Alun Utara Bengkulu. Berkat peran aktif NGO dan komunitas seperti Pak Zul Karnedi ini lah binatang-binatang yang hampir punah dapat dilindungi.
Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, namun sangat diharapkan perannya untuk menjaga bumi dari perubahan iklim. Kenapa? Ya karena selain merasakan dampaknya, keluarga juga menjadi penyebab terjadinya perubahan iklim. Loooo kok bisa? Ya bisalah. Coba apa aja yang sudah kita perbuat: buang sampah sembarangan (check); menyumbang emisi gas buang dengan menggunakan kendaraan bermotor (check), energy waste dengan menggunakan listrik tidak bijaksana (check); menggunakan kertas dan tisu berlebihan terutama di masa sekolah daring ini untuk ngeprint materi pelajaran dan tugas anak-anak (check); membeli produk-produk dengan bungkus plastik dan menggunakan kantong plastik tapi tidak direcycle (check).
Padahal, Dr. Mubariq bilang pendidikan lingkungan yang dilakukan di rumah akan mengubah kesadaran lingkungan di republik ini di masa depan. Nah, gimana tuh supaya sebagai ibu kita bisa memberi pendidikan lingkungan yang efektif kepada keluarga? Ya dengan melakukan aksi nyata dalam menjaga bumi. Dari yang kecil aja misalnya membatasi penggunaan tisu dan menggunakan kertas sampai habis semua manfaatnya.
Kita juga bisa mulai menerapkan zero waste atau memilah-milah sampah untuk didaur ulang atau dijadikan kompos supaya beban tempat pembuangan sampah sedikit berkurang. Menggunakan air dengan bijaksana dan mematikan lampu, peralatan elektronik serta tidak tergantung pada pendingin ruangan juga dapat menghemat uang sumber energi.
Membuat lubang biopori, bercocok tanam dan ikut dalam aksi adopsi hutan juga dapat kita lakukan di rumah.
Kalau dilakukan sendiri mungkin nggak akan terasa perubahannya. Tapi bayangkan dampaknya kalau aksi ini dilakukan oleh satu RT, lalu satu kelurahan, satu kota. Semakin banyak yang ikut berperan aktif menjaga bumi dengan hal-hal kecil seperti yang saya sebutkan di atas. Pasti semakin nyata dampak positif yang bisa diperoleh bumi kita. Seperti yang sedang terjadi di masa PSBB, air laut semakin jernih, hutan beregenerasi, langit bersih dan udara jernih. Tentu menyenangkan kan ya?
Berani terima tantangan?
Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog “Perubahan Iklim” yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini (beri link artikel persyaratan ini)
Daftar Pustaka:
- Knowledge Centre Perubahan Iklim, Komik: Aku dan Perubahan Iklim diakses pada 31 Agustus 2020 dari http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/infografis/407-komik-aku-dan-perubahan-iklim
- Indonesiabaik.id (2019) Mengenal Perubahan Iklim, Faktor, dan Dampaknya diakses pada 31 Agustus 2020 dari http://indonesiabaik.id/infografis/mengenal-perubahan-iklim-faktor-dan-dampaknya#:~:text=Berdasarkan%20data%20yang%20diterima%20Indonesiabaik,Kerusakan%20lapisan%20ozon
- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Pengelolaan B3, Insenerasi Sampah diakses pada 31 Agustus 2020 dari http://sib3pop.menlhk.go.id/articles/view?slug=insenerasi-sampah
- Berita KBR (2020) Talkshow Ruang Publik KBR – Suara Kita Tentang Perubahan Iklim diakses pada 14 Agustus 2020 dari https://youtu.be/CJSMs2ufa2w
- Knowledge Centre Perubahan Iklim (2013) Mengenal Lebih Jauh Tentang Perubahan Iklim diakses pada 31 Agustus 2020 dari http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/video/119-mengenal-perubahan-iklim
alfakurnia
Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com
22 thoughts on “Menjaga Bumi dari Perubahan Iklim Bisa Dimulai dari Rumah”
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.
Saya dong liat iklan skin care tahun 90an gitu, saya liat kulit wanita Indonesia itu asli semua, nggak aneh-aneh.
Sekarang pada kinclong berminyak eh salah gluwinggghh..
Sebenarnya nggak semua wanita glowing itu sengaja mengglowingin mukanya, ada juga yang terpaksa melakukan perawatan salon dengan ngupas flek hitam, jadinya kinclong glowing.
Dulu, meski sunblock masih jarang digunakan, tapi nggak banyak loh wanita yang kulitnya jadi flek, saking sinar UV nggak separah sekarang yang ozonnya makin tipis ya.
Sudah saatnya seharusnya semua pihak menyadari hal itu dan bahu membahu menjaga alam.
Saya langsung ambil cermin kecil untuk periksa flek yang mendadak muncul di bawah mata. Ini mah faktor umur yang bertambah dan pernah salah pakai sabun wajah atau iseng coba skin care teman yang ternyata tidak cocok.
Sepertinya zaman sekarang kian banyak yang alami bercak demikian karena suhu bumi telah berubah. Umumnya yang kerja di kebun atau sawah. Termasuk saya yang harus jemur jagung jika panen. Panasnya, kayak dipanggang. Jagung saja cepat kering apalagi kulit manusia yang harus bekerja di bawah paparan sinar matahari.
Jadi kangen masa remaja karena pulang sekolah tengah hari rasanya tidak seterik sekarang. Malah sering pakai baju hangat di luar seragam karena merasa kedinginan meski bukan musim hujan. Atau pakai kaus oblong di balik seragam. Garut masih terbilang sejuk. Sekarang lahan terbuka kian lebar.
Semua yang dilakukan kita akan berbalik menimpa diri kita juga. Jadi betul paparan Mbak Alfa untuk mulai lekukan hal kecil dari diri sendiri dan keluarga.
Omong-omong, saya sekarang jarang melihat burung elang melintas di perkampungan. Dulu pernah lihat sepasang sekarang cuma seekor elang kesepian terbang berputar-putar. Sedih’ lihatnya, bagaimana jika kehilangan pasangan karena diburu pemburu?
HUaaaaaa… tertampar aku baca tulisan ini ^^ huhuhu
iya yah inget jaman dulu kayaknya asri bener.. apalagi kulit.. ga pake apa2 ga masalah.. sekarang?? ya ampunnn butuh bnyak perlindungan
alam memang kudu kita jaga kelestariannya ya Mba
semangaaattt untuk planet bumi yg lebih sehat
makasi artikel pencerahannya
perubahan iklim selalu menarik untuk dibahas ya?
Sayang pemerintah masih belum aware, padahal akibat jangka panjangnya sangat serius
mulai dari pangan, kesehatan hingga virus yang bermutasi
Semoga lomba yang diadakan KBR membuat perubahan ya?
Suka banget dengan paragraf ke-2 dari akhir tulisan ini. Sesuatu yang dimulai dari diri sendiri dampaknya akan lebih berasa ketika apa yang sudah dimulai tersebut semakin meluas dan melibatkan jumlah personal yang (jauh) lebih banyak. Seperti analogi sebuah lidi. Semakin banyak lidi yang terikat kuat, maka efek manfaatnya akan lebih terasa.
Makasih juga sudah memberikan berbagai Daftar Pustaka yang menjadi dasar penulisan ini secara ilmiah. Jadi bisa membaca referensi-referensi yang menjadi rujukan tulisan ini.
Sekarang ini ya musim hujan makin pendek tapi puncaknya sangat intens. Sedangkan musim panas bisa panjang atau pendek. Kita harus semakin hati-hati memperlakukan alam.
Benqr mbak, perubahan iklim bisa diatasi dgn cara cara sederhana ya, mulai dari rumah misalnya
Kenyataannya menerapkan zero waste itu susah sekali ya. harus kompak dalam satu keluarga. ini butuh effort khusus untuk meyakinkan keluarga terdekat. sampai saat ini saya belum berhasil.
Dimulai dari sendiri, dimulai dari rumah..kalau kita semua kompak melakukannya..Insya Allah manfaatnya akan sangat terasa. Saya juga hadir nih di acara talkshownya. Materinya bagus banget yaa mbak. Membuat kita berpikir, sudah sejauh mana langkah kita untuk jaga bumi.
Rindu sekali rasanya suasana hutan dan desa saat SD dulu. Sekarang perubahan alam ini tidak hanya di kota tapi sudah sampai ke desa desa… Saat saya pulang kampung tahun lalu, Setelah sekian lama tidak kesana,. Saya lihat desa yang dulu banyak hutan dan sejuk banyak pohon, sekarang jadi panas, pohon2 dan hutan di desa kami sudah banyak hilang.
Belum lagi sungai yang dulu jernih sekarang jadi banyak sampah bahkan sungai. Sedih rasanya melihat perubahan alam ini.
Ah, iya ya. Kepunahan salah satu spesies cepat atau lambat akan menjadi kepunahan makhluk lain karena terjadi ketidakseimbangan rantai makanan di alam. Sedih kalo inget ini.
mari kita sama-sama jaga bumi kita agar senantiasa sehat selalu untuk generasi yang akan datang. semoga perubahan iklim setelah banyaknya kampanye tentang isu lingkungan makin baik, makin banyak yang aware terhadap kondisi lingkungan kita saat ini yang sudah mulai menurun
Iya ya, perubahan kecil bisa dilakukan di rumah. Termasuk meminimalisir penggunaan pospak dan tisu basah terasa banget lingkungan kalau dilakukan penghematan
PEmanasan global, krisis air, bencana alam… rasanya cukup dekat ya Mbak.
Tapi harus tetap berusaha optimis dengan melakukan pencegahan dari rumah serta mengajak sekitar melakukannya
Memang menjaga bumi bisa dilakukan dsri hal yang kecil dan sederhana ya mba misalnya dari rumah
Iya, di rumah juga memang berusaha untuk menggunakan segala sesuatu sehemat mungkin dan sebaik baiknya.. Apalagi menurut ajaran Islam, kita tidak boleh mubazir dan harus menghargai lingkungan. Walaupun belum sempurna, tapi kami selalu berusaha untuk melaksanakannya
Semoga dengan makin banyak orang yang menulis soal perubahan iklim, makin banyak yang sadar kalau perubahan iklim bukan problem aktivis atau pegiat lingkungan hidup. Bukan urusan pemerintah. Tapi masalah kita bersama. Lalu mulai melakukan perubahan nyata dalam hal gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. 😊☺
Pemanasan global itu mmg isu dari dulu ya. Sekarang hrs extra aware lagi krn bumi makin tua dan hrs dijaga demi anak cucu kita.
Wah MasyaAllah keren banget mba masih sempat olahraga pagi ya, tapi emang akhir akhir ini sumuuuk banget. Dan memang kalau kita lihat sekeliling, hutan makin tipis dan sampah makin buanyak. Satu satunya cara untuk menyelamatkan bumi adalah jika setiap orang punya kesadaran tentang pentingnya lingkungan. Perlu banget edukasi keluarga ya Mba
Ternyata luar biasa ya Mbak dampak perubahan iklim. Dan bener banget, jika semua pihak sadar akan dampaknya dan bahu-membahu menjaga kelestarian bumi, insyaa Allah bumi akan terjaga kelestariannya ya, Mbak.
fakta sedihnya adalah sebaik apapun kita menjaga bumi dari gas emisi, artis hollywood selalu ke mana mana pakai jet pribadi yang gas emisinya bisa lebih dari beratus ratus orang yang pake kendaraan pribadi.