Manfaat Membacakan Buku Untuk Anak. Kemarin waktu jemput Keenan pulang dari sekolah, salah seorang temannya ngambek setelah memeriksa jurnal sekolahnya. Rupanya dia sedih karena bu guru belum mengganti buku cerita yang sudah selesai dia baca dengan buku yang baru. Memang, sejak tahun lalu, sekolah Keenan punya program ‘read aloud with your child‘ di mana setiap hari anak-anak dipinjamkan satu buku milik perpustakaan sekolah yang sudah disediakan di kelas.
Bukunya sih bukan buku-buku pop up atau ensiklopedia canggih yang lagi banyak diburu mamah muda millenial. Buku cerita sederhana aja yang kebanyakan bertema perkembangan moral dan bertujuan mengembangkan kosakata terbitan Scholastic, Usborne atau terbitan lokal yang disesuaikan dengan usia anak TK. Tapi, program ini rupanya disukai oleh anak-anak yang selalu menanti adanya buku baru di dalam jurnal sekolah mereka setiap pulang sekolah.
Program Read Aloud with Your Child
Sebelum ada program ini, saya sendiri sudah terbiasa membacakan buku untuk Keenan (dan Cinta sebelum dia lancar membaca) hampir setiap malam. Tapi, karena koleksi buku kami nggak terlalu banyak, akhirnya ya yang dibaca itu-itu aja.
Dengan adanya program read aloud with your child ini, hampir setiap hari Keenan membawa pulang buku dengan judul yang berbeda-beda untuk dibaca setiap malam. Sampai-sampai guru kelasnya tahun lalu bilang, “There’s no more new book for Keenan. He had read all the books we have.” Beliau lalu bertanya apakah Keenan mau membaca ulang buku-buku yang ada. Yang tentunya diiyakan dengan antusias oleh Keenan.
Bagi saya, buku-buku dari sekolah lebih ringan dibaca karena hanya berisi 10-20 halaman yang berisi 2-3 kalimat per halaman. Nggak seperti buku koleksinya di rumah yang bisa di atas 30 halaman dengan huruf yang kecil-kecil. Jadi dia minta baca 2-3 kali dalam semalam pun saya masih oke. Walaupun kalau sudah ngantuk banget saya biasanya cuma membacakan 1 kali, itupun kadang juga cuma 2-3 lembar.
Manfaat Program Read Aloud with Your Child
Selain itu, karena temanya tentang kehidupan sehari-hari, saya jadi bisa memasukkan satu dua pesan tentang kebiasaan baik seperti misalnya kalau bermain itu harus sharing dan gantian, kalau sukanya ngerebut mainan teman bisa-bisa nanti nggak ada yang mau main bareng lagi. Atau ke dokter itu sepertinya menakutkan, tapi sebenarnya enggak, seperti yang dialami tokoh di dalam buku.
Nggak mau kalah dengan divisi Kindergartennya, sekolah Cinta juga ikut semangat membuat program meningkatkan minat baca anak-anak. Sejak tahun kemarin saya mendapat surat edaran dari sekolah mereka untuk membawa beberapa buku bacaannya untuk ditinggal di sekolah. Rupanya mereka membuat book corner di kelas, sehingga di waktu istirahat atau jam pelajaran kosong, anak-anak punya pilihan untuk membaca selain bermain di luar kelas.
Menciptakan Kenangan Indah, Manfaat Membacakan Buku untuk Anak
Ketika saya tanya ke kakak mengenai buku apa yang akan dia bawa, dia menjawab, “Thea Stilton. Because I don’t read it anymore.” Cinta memang pernah punya banyak sekali koleksi buku Thea Stilton, hampir setiap kali ke toko buku atau supermarket yang jual buku selalu seri itu yang dia beli dan tentu mama yang harus bacakan meski waktu itu umurnya sudah 8 tahun dan sudah bisa baca sendiri. Sampai suatu saat nggak mau baca buku itu lagi dan beralih ke buku-buku ensiklopedia untuk anak yang penuh gambar. Saya pikir karena dia bosan dan lebih memilih untuk membaca buku yang lain. Tapi setelah ditanya bukan itu alasannya lo, ternyata bagi dia nggak seru lagi baca Thea Stilton ketika mama sudah nggak punya waktu untuk membacakan buku itu untuk dia.
“I like when you read Thea Stilton to me. I like the way you tell the stories. When I read it by myself, I try to read it like you. But I can’t. So, I don’t like it anymore.”
Beneran saya nggak nyangka. Kegiatan sederhana seperti membacakan buku favoritnya sebelum tidur ternyata jadi kenangan manis buat kakak. Waktu dia ngomong gitu, hati saya jadi hangat 🙂
Saya bukan ibu yang sempurna yang selalu tersenyum, sabar dan penuh kasih sayang. Ada masa-masa saya merasa sebagai ibu paling buruk sedunia. Namun mengetahui bahwa setidaknya anak-anak punya satu memori indah akan kebersamaannya dengan saya itu bikin saya bahagia.
“It’s so important to start reading from Day One,” she says. “The sound of your voice, the lyrical quality of the younger [books] are poetic … It’s magical, even at 8 weeks old they focus momentarily, they’re closer to your heart.” – Liza Baker, the executive editorial director at Scholastic,
Dan selain memberikan kenangan indah bagi anak, membaca buku setiap malam untuk mereka itu punya banyak manfaat lain, seperti ini:
Manfaat Membacakan Buku untuk Anak
1. Meningkatkan Minat Baca Pada Anak.
Membacakan untuk anak dapat membuat anak tertarik dengan buku, apalagi kalau kita membaca dengan cara yang menarik, misalnya dengan mengeluarkan suara yang berbeda untuk setiap karakter. Di sekolah Keenan ada sesi storytelling oleh guru dan orang tua. Kadang mereka menggunakan alat bantu berupa boneka atau wayang kertas tapi lebih sering ya baca buku aja. Namun, anak-anak usia 4-6 tahun itu bisa betah lho mendengarkan orang dewasa itu bercerita, bahkan ikut semangat berinteraksi dengan penceritanya.
Nah, kalau anak sudah tahu serunya membaca buku bersama orang tua, lama-lama dia akan merasa bahwa buku itu menarik sehingga mau membaca sendiri sampai akhirnya membaca menjadi kebiasaan baik seumur hidupnya.
2. Mengembangkan Kemampuan Bahasanya
Psikolog Jessica Montag, seperti yang ditulis di melbournechildpsychology.com.au, mengatakan bahwa anak yang terbiasa dibacakan buku cenderung memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik, karena bahasa yang ada di dalam buku lebih terstruktur dan memiliki kosakata lebih banyak daripada bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Beberapa hasil penelitian juga sepakat bahwa membacakan buku untuk anak bermanfaat membentuk kemampuan literasi dasar pada anak seperti memahami jalannya suatu cerita, mengenal suara dan huruf, mengenal lebih banyak variasi kosakata, dan meningkatkan kemampuan mendengarkan. Di mana semua keahlian ini akan sangat dibutuhkan saat anak mulai sekolah dan belajar membaca nanti. Dan kemampuan literasi yang baik sangat mendukung kesuksesan seseorang di semua bidang pekerjaan yang digelutinya.
Sahabat PojokMungil tentu sering membaca atau mendengar keluhan orang tua tentang anak-anaknya yang lebih suka main gadget daripada baca buku, atau para dosen yang kesal karena menerima pesan singkat atau email yang kurang beretika dari mahasiswanya. Nah, harapan saya sih supaya anak-anak nggak kaya gitu, karena meski teknologi sudah canggih, tetap kemampuan literasi ini penting. Sayang kan kalau sampai gara-gara nggak bisa nulis laporan yang baik kesempatan promosi jabatan jadi melayang atau nggak diterima saat melamar pekerjaan hanya karena nggak tahu cara menulis surat lamaran di badan email yang bagus.
Kemarin pas suami buka lowongan arsitek, gampang aja dia nyeleksinya. Pokoknya yang di badan email nggak ada basa-basi atau kalimat sapaan dan hanya kirim lampiran portofolio aja, otomatis udah didiskualifikasi. – Arinta, blogger di kayusirih.com… Pssst, tulisannya tentang Reward & Punishment untuk anak di blog kayusirih menarik lo untuk disimak.
3. Sarana Bonding Dengan Anak
Membacakan buku adalah salah satu sarana untuk mengeratkan ikatan kita dengan anak-anak. Seperti kutipan dari Liza Baker di atas, pelukan hangat kita, suara kita dan kalimat dalam buku cerita yang puitis dan berima itu istimewa sekali bagi anak, sehingga kalau dilakukan secara rutin dengan sepenuh hati dapat membuat anak menjadi lebih dekat secara emosional dengan orang tuanya.
Jadi buat para orang tua yang merasa kurang meluangkan waktu untuk anaknya, manfaatkan momen membacakan buku untuk anak ini sebagai quality time. Misalnya ayah membacakan koran sambil memangku si kecil di pagi hari sebelum berangkat bekerja atau mama membacakan buku cerita atau majalah anak sebelum mereka tidur akan jadi kenangan manis bagi anak-anak lo.
4. Buku Adalah Jendela Dunia
Pepatah yang mungkin sudah kita hafal di luar kepala itu juga berlaku bagi anak-anak. Nggak semua anak beruntung memiliki kesempatan untuk pergi ke berbagai tempat di seluruh dunia. Jangankan merasakan naik Shinkasen di Jepang, jalan-jalan naik bis kota di daerah tempat tinggal mereka saja mungkin belum pernah, apalagi untuk anak-anak balita yang memang lingkup jalan-jalannya masih terbatas. Nah, di sinilah kita bisa menggunakan buku untuk memperluas wawasan mereka tentang tempat-tempat yang belum pernah mereka kunjungi, benda-benda yang belum pernah mereka lihat, sampai mungkin masa yang sudah lalu dalam buku cerita dengan latar belakang sejarah.
Lalu gimana caranya supaya anak tertarik saat kita membacakan buku untuk mereka?
Cara Membacakan Buku Untuk Anak yang Efektif
Ini adalah beberapa langkah read aloud yang pernah diajarkan oleh seorang storyteller saat parents teacher meeting di sekolah Cinta beberapa tahun yang lalu:
- Sisihkan waktu yang cukup untuk membaca, bisa 15-20 menit sebelum tidur atau saat santai sore. Selain untuk membaca, gunakan waktu ini untuk menikmati gambar dalam buku dan berdiskusi dengan anak tentang isi bukunya.
- Pilih buku yang menarik minat anak. Untuk batita, buku-buku dengan gambar yang bagus mungkin lebih menyenangkan bagi mereka. Sedangkan untuk anak yang lebih besar, jalan cerita yang menarik, karakter yang kuat dan bahasa yang mengugah bisa mengikat perhatian anak.
- Buka buku bersama-sama dengan anak dari halaman depan sampai belakang, sambil berkata, “Yuk sini, kita lihat di buku ini ada apa saja ya?”
- Tunjukkan bagian-bagian yang menarik tanpa membaca satu tulisan pun di dalam buku tersebut, Tarik perhatian anak dengan interaksi yang menarik, seperti, “Eh, ada harimau, Dek. Harimau tuh suaranya gimana ya? Auuuumm. Wah, di sini ada tikus warnanya abu-abu. Hmmm, kenapa ya harimau dan tikusnya ini?”
- Setelah anak mulai tertarik, kembali ke awal buku dan mulai membaca. Supaya anak nggak bosan, gunakan ekspresi. Nggak usah terlalu drastis atau ngoyo, nanti kita capek sendiri trus malas ngelanjutinnya. Cukup dengan membedakan intonasi atau menaikturunkan volume suara saat membacakan buku biasanya sudah dapat membuat anak tertarik untuk mendengarkan.
- Jangan membaca terlalu cepat. Beri anak waktu untuk mencerna setiap kalimat yang kita ucapkan, mengamati gambar dalam buku dan berkomentar.
- Anak yang sudah besar bisa diajak untuk menebak jalannya cerita. “Wah, harimaunya marah karena tikus mengganggu tidurnya. Aduh, abis ini tikusnya diapain ya sama harimau?” Beri pujian pada setiap jawaban anak baik yang sesuai dengan jalan cerita maupun yang tidak sesuai dengan mengatakan, “Hmmm, bisa jadi ya begitu. Yuk kita baca sama-sama, kalau menurut penulisnya apa yang dilakukan oleh harimau,” atau “Itu ide yang menarik lo, apa yang bikin kamu berpikir seperti itu?”
- Saat cerita selesai, diskusikan bagian mana yang paling menarik bagi kita dan bagi anak dalam buku tersebut. Jawaban nggak harus sama lo, makin seru kalau berbeda. Apresiasi semua pandangan anak.
- Dan yang paling penting adalah menikmati momen tersebut. Nggak perlu melakukan semua langkah yang sudah saya tulis di atas kalau yang dibutuhkan oleh anak adalah suara hangat mama bercerita sederhana sebagai pengantar tidurnya, apalagi ketika anak sudah ngantuk banget. Bisa-bisa dia cuma bakal jawab, “Aku nggak tahu,” trus kita kesel akhirnya marah-marah. Gagal deh hepi momennya :))
Nah, selamat membaca buku untuk anak, Sahabat PojokMungil. Yuk share, buku cerita apa sih yang paling sering dibacakan untuk anak?
alfakurnia
Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com
3 thoughts on “Manfaat Membacakan Buku Untuk Anak”
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.
kalau saya masih dalam tahap mengenalkan buku sih, mbak ke anak saya. kadang saya cuma jelasin beberapa gambar yang ada di bukunya. kalau soal dibacain anaknya kayaknya masih belum konsen dan dia lebih tertarik membalik-balik halamannya
Itu sudah bagus, Mbak. Kalau saya dulu kadang pakai pop up book atau sensory book yang di dalam ada tekstur atau suara jadi anak agak betah di satu halaman. Sambil dia eksplore pop up atau sensorynya sambil dibacain.