Belajar membaca sendiri merupakan tantangan bagi tiap anak, terutama yang mau masuk SD. Nah, belajar membaca dalam bahasa asing bisa jadi membuat tantangan tersebut makin berat. Itulah yang dialami Cinta ketika memasuki jenjang Kindergarten (KG) 3, beberapa tahun lalu. Meskipun sudah cukup fasih berbahasa Inggris, untuk membaca dia masih mengalami kesulitan. Salah satu penyebabnya adalah cara pengucapan huruf yang berbeda saat dirangkai dalam satu kata. Misalnya huruf C, ketika berdiri sendiri, dia akan berbunyi “si” sedangkan saat dirangkai dengan huruf lain membentuk satu kata, ia dibunyikan menjadi “keh”.
Ternyata, kesulitan itu juga dialami oleh teman-teman sekelasnya dulu. Sehingga pihak sekolah membuat program membaca bersama. Jadi, orangtua diminta membeli buku yang sudah ditunjuk oleh sekolah dan kemudian buku itu dibaca anak bersama-sama dengan gurunya di sekolah, lalu dibawa pulang untuk dibaca bersama orangtua di rumah. Setiap minggu selalu ada target halaman yang harus dibaca bersama.
Memberatkan? Menyiksa anak? Oh enggak, sama sekali enggak. Buku yang dipilih sekolah adalah seri Very First Reading Book keluaran Usborne. Buku ini sangat children friendly karena gambarnya banyak, ukuran hurufnya besar-besar dan jumlah kata perhalamannya disesuaikan dengan level bukunya. Semakin rendah tingkatannya semakin mudah dan sedikit jumlah kata yang harus dibaca oleh anak.
Buku ini mengajarkan membaca dengan sistem phonic yaitu membaca per suku kata, bukan mengeja tiap huruf. Dengan begini anak nggak lagi kesulitan membedakan huruf yang berbeda.
Saat program membaca bersama ini, guru di sekolah akan mengajarkan kata yang harus dibaca oleh anak, seperti gambar di bawah ini, yaitu Pat, is dan sad. Dan dalam satu buku, anak hanyak akan belajar kata yang dikombinasikan dari 8 huruf saja, sehingga mereka mudah mengingatnya.
Nah, di rumah. Orangtua tinggal mengulangi halaman yang telah dibaca oleh anak di sekolah. Biasanya perminggu anak diminta untuk membaca 1=2 halaman. Iya, cuma sedikit, jadi nggak memberatkan kan. Apalagi bentuknya adalah buku cerita dengan banyak gambar, sehingga anak pun tertarik untuk membaca hingga tuntas.
Nggak sekadar membaca, di bagian akhir buku, ada 2 permainan yang bisa digunakan untuk memastikan anak memahami isi buku, seperti memasangkan gambar suatu halaman dengan kalimat yang ada di dalamnya. Orangtua bertugas membacakan kalimatnya dan anak diminta untuk menunjuk gambar yang sesuai. Selain itu juga ada mengurutkan cerita sesuai dengan isi buku.
Seri ini juga “memaksa” orangtua untuk duduk bersama dan membantu anak membaca, karena tanpa orangtua membaca bagiannya, anak nggak bisa membaca bagian mereka. Dengan berbagi dan bergantian membaca cerita, acara membaca menjadi menyenangkan bagi anak. Aktivitas ini pada akhirnya membiasakan orangtua dan anak untuk memiliki ritual membaca bersama dan meningkatkan bonding antara kita serta meningkatkan kepercayaan diri anak dalam membaca. Asik kan.
Buku ini bisa dipakai untuk anak usia TK, Cinta dan teman-temannya mulai menggunakan buku di KG 3 dengan range usia 4-6 tahun, dan sudah mengenal huruf dan kata dengan sistem phonic.
Phonics is a method for teaching reading and writing of the English language by developing learners’ phonemic awareness—the ability to hear, identify, and manipulate phonemes—in order to teach the correspondence between these sounds and the spellingpatterns (graphemes) that represent them.
The goal of phonics is to enable beginning readers to decode new written words by sounding them out, or in phonics terms, blendingthe sound-spelling patterns. Since it focuses on the spoken and written units within words, phonics is a sublexical approach and, as a result, is often contrasted with whole language, a word-level-up philosophy for teaching reading (see History and controversy below).
Since the turn of the 20th century phonics has been widely used in primary education and in teaching literacy throughout the English-speaking world. More specifically synthetic phonics is now the accepted method of teaching reading in the education systems in the UK and Australia. – sumber Wikipedia.
Seri ini juga dapat digunakan secara mandiri di rumah dengan orangtua sebagai pendampingnya karena ada panduan menggunakan buku Very First Reading di bagian belakang buku-buku tersebut.
Setelah program membaca di sekolah selesai dengan satu judul di buku 1 dan satu lagi di buku 2, saya pun jatuh cinta dengan seri ini. Sampai Cinta benar-benar lancar membaca, kami menggunakan 8 buku dari buku 1-6. Kemudian dia pindah ke seri Usborne First Reading. Kenapa memilih buku keluaran Usborne? Karena paling mudah untuk dibaca bagi early reader, buku ini juga gampang didapat. Hampir di supermarket di kota kami menjual buku ini dan harganya nggak terlalu mahal, mulai dari B$7,9 per bukunya.
Bagi pembaca yang tinggal di luar UK dan US, mungkin bisa mendapatkan buku-buku keluaran Usborne di toko-toko buku besar atau membeli secara online seperti bookdepository.com.
Selamat belajar membaca dan bersenang-senang.
alfakurnia
Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com
4 thoughts on “Belajar Membaca Dalam Bahasa Inggris Dengan Seri Usborne Very First Reading”
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.
Wahhh bagus memang anak anak diajarin bahasa inggis denga media yang menyenangkan, saya sendiri membiasakan berbicara dengan bhs inggris yang simple dirumah sejak anak masih bayi hehehe
Iya, belajar bilingual sejak dini ya.