Siang ini, saya lagi mengedit beberapa foto di laptop dan Cinta sedang bermain dengan boneka-boneka dan buku-bukunya. Tiba-tiba dia memanggil,

“Ma, tolong ambilin gunting.”
“Buat apa, Cin?”
“Ini lho, buat gunting gambar yang di majalah Elmo (majalah Sesame Street)”

Setelah ngambil gunting, saya kembali berkutat dengan laptop sedangkan Cinta asik dengan majalahnya. Nggak lama kemudian dia ke lemari mencari sesuatu. Karena tempatnya tinggi dia ambil kursi dan naik ke atasnya. Tapi ternyata yang dicari nggak ada. Lalu dia menghampiri saya.

“Ma. lemnya Cinta abis. Cinta beli di warung Opa ya. Minta uang buat beli lem.”
“Mama anterin ya?”
“Nggak usah, Cinta aja.”
“Berani?”
“Berani dong. Kan Cinta udah besar.”

Akhirnya saya bawakan uang Rp 5.000,00 lalu saya antar sampai depan pagar dan Cinta pergi sendiri ke warung yang cuma berjarak 2 rumah dari rumah kami. Nggak lama kemudian dia kembali dengan lem kertas dan sebotol Yakult dingin 🙂

Cinta pergi ke warung sendiri memang bukan untuk yang pertama kalinya sih, tapi kalimatnya yang menegaskan bahwa dia sudah besar dan bisa pergi sendiri entah kenapa mengusik saya siang ini. Nggak terasa anak kecil itu tahun ini akan berusia 4 tahun dan akan masuk TK. Jujur aja selama ini saya memang agak protektif dan terlalu banyak membantu dia dalam hampir setiap aktivitasnya. Bukan apa-apa sih, cuma karena saya suka nggak sabar atau takut kotor kalau dia melakukan sesuatu sendiri.

Padahal, menurut teori perkembangan psikososialnya Erik Erikson, anak usia  18 bulan – 3-4 tahun berada pada fase Otonomi vs Perasaan Malu/Ragu-ragu. Di mana tugas yang harus diselesaikan pada tahap ini adalah kemandirian. Sebagai orangtua seharusnya saya memberikan lebih banyak kesempatan buat Cinta untuk mengeksplorasi lingkungan dan kemampuannya sendiri, supaya dia bisa mengembangkan rasa percaya diri bahwa dia mampu melakukan sesuatu. Tentunya dengan batasan-batasan tertentu. Kalau tahap ini berhasil dengan baik, anak akan mandiri. Sedangkan kalau orangtua nggak memanfaatkan momen ini dengan baik, anak akan cenderung merasa dirinya nggak bisa melakukan sesuatu dan tergantung pada orang lain.

Untungnya sejak sekolah Cinta terbiasa untuk melakukan beberapa hal sendiri dan itu terbawa sampai di rumah, sehingga saya pun akhirnya belajar untuk membiarkan Cinta melakukan hal-hal sederhana tanpa bantuan. Misalnya memilih dan memakai baju atau sepatu, menyabuni badannya dan sikat gigi sendiri saat mandi, ambil minum, sendok, bermain sendiri dan lain-lain. Walaupun akhirnya waktu yang dibutuhkan jadi lebih lama atau rumah jadi lebih berantakan. Agak terlambat sih memang tapi better late than never kan ya 😀

Suka dengan artikel ini? Yuk bagikan :)

alfakurnia

Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top
error: Content is protected !!