6 Tips Agar Anak Tidak Takut Disuntik Saat Imunisasi. Imunisasi adalah salah satu tindakan preventif mencegah penyakit pada bayi dan anak-anak. Sesuai dengan namanya, imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun atau kebal terhadap suatu penyakit dengan cara memberikan vaksin yang merangsang sistem kekebalan tubuh agar imun terhadap penyakit tersebut. Pemberian vaksinasi ini biasanya dilakukan dengan media jarum suntik. Seingat saya hanya satu vaksin yang diberikan dengan cara tetes, yaitu Polio. Sisanya disuntikkan ke dalam tubuh. Saat anak masih bayi, mungkin pemberian imunisasi dengan cara suntik tidak terlalu jadi masalah. Saat kesakitan, bayi cukup diberi kenyamanan dengan disusui atau dipeluk. Tapi, semakin besar anak bisa mengasosiasikan jarum suntik dengan rasa sakit. Sehingga lama-lama anak takut disuntik.
Seperti saat anak-anak saya masih rutin diimunisasi. Ketika mereka masih bayi, ya nggak ada masalah. Malah kadang-kadang nggak nangis saat disuntik. Tapi, semakin besar, mereka semakin susah diajak imunisasi. Apalagi waktu di Indonesia dulu, jadwal vaksin itu rasanya sering sekali ya. Jadi buat anak sulung saya, Cinta, imunisasi itu lumayan bikin dia trauma. Mungkin karena dia tahu disuntik itu sakit dan punya pengalaman tidak menyenangkan karena diimunisasi secara paksa.
Anak Menolak Imunisasi
Akibatnya saya pernah mengalami kebingungan membujuknya untuk imunisasi. Bahkan tiap diingatkan jadwal imunisasi selalu histeris dan menolak meski sudah diiming-imingi berbagai macam reward. Nah, saat ulang tahun Cinta yang ke-5, adalah waktunya dia mendapatkan booster DTP, MMR dan Hep. A. Tapi saya dan suami tidak berhasil membujuk Cinta agar mau ke klinik kesehatan untuk mendapatkan imunisasi karena anak takut disuntik.
Tips dari Psikolog
Kebetulan waktu itu saya masih aktif main di sosial media twitter dan mengikuti akun mbak @AnnaSurtiNina seorang psikolog anak dan keluarga, yang pernah menjadi salah satu narasumber situs MomsGuideIndonesia, tempat saya bekerja sebagai contributing editor waktu itu. Saya pun mencoba meminta saran beliau bagaimana cara membujuk anak untuk imunisasi, dan lewat akun twitternya, Mbak Anna menjawab seperti ini:
Kalau masih histeris emang susah. Kalau dipaksa, bisa, tapi resikonya akan semakin nolak imunisasi berikut, juga nolak pergi ke dokter karena dokter kemudian diasosiasikan dengan ‘makhluk mengerikan’ atau ‘yang bikin susah’. Padahal kita masih sangat perlu dokter kan.
Jadi yang paling pas tetap dibujuk, tapi tarik ulur ya. Dalam hal ini, diiming-imingi boleh kok :D.
Pakai sistem ‘kalender’, tunjuk tanggal, sepakati di hari H ya tetep pergi apapun yg terjadi. Setelah itu jangan lupa iming-imingnya diberi.
Ohya, supaya lebih positif, bisa juga beri pujian, “Wah kamu pasti tambah kuat dan sehat sekarang”, atau “Mama bangga sama kamu”.
Saran ini akhirnya saya praktikkan dan setelah menemukan kesepakatan tanggal berangkat imunisasinya, yaitu hari Sabtu 23 Juni 2012 sepulang sekolah, kami membawa Cinta ke klinik kesehatan di Sungai Liang, Brunei.
Baca juga tentang Vaksin 6-in-1 untuk anak di Brunei
Apakah Tipsnya Berhasil?
Tentu ada penolakan saat tiba di klinik dan diakhiri dengan tangisan histeris. Tapi alhamdulilllah vaksin itu berhasil dilaksanakan juga. Di Brunei anak-anak cukup divaksin sampai usia 5 tahun, plus tambahan vaksin Japanese encephalitis (JE) saat dia berusia 6,5 tahun bersama dengan adiknya di usia 9 bulan karena saat itu Brunei sedang banyak yang terkena virus JE, sehingga semua anak wajib vaksin. Sehingga setelah vaksin terakhir pada Desember 2013, Cinta belum pernah lagi diimunisasi sampai sekarang.
Sementara saat anak bungsu saya, Keenan, masih masa wajib imunisasi, alhamdulillah nggak terlalu sulit membujuknya. Walaupun awalnya pasti ada penolakan, dia lebih mudah dibujuk dengan reward mainan atau es krim. Kadang saya juga memperbolehkannya membawa benda favoritnya untuk dipegang anak tidak takut disuntik. Biasanya bidan dan suster juga meminta orang tua untuk memeluk dan memegangi anak saat divaksin supaya anak merasa lebih nyaman.
Nah, berdasarkan pengalaman mengantarkan anak-anak untuk mendapatkan imunisasi. Saya memahami bahwa ketakutan anak terhadap jarum suntik itu wajar. Tapi, bukan berarti kita mengalah dan memutuskan untuk tidak memberi mereka. Yang bisa kita lakukan adalah membantu agar anak tidak takut disuntik sehingga tidak lagi menolak diimunisasi, dengan cara berikut:
6 Tips Agar Anak Tidak Takut Disuntik Saat Imunisasi
1. Perhatikan Jadwal Vaksinasi
Mengingat jadwal vaksinasi penting sekali untuk kita lakukan, agar kita bisa mempersiapkan anak menghadapi jarum suntik. Jangan mendadak mengajak anak untuk imunisasi karena hal itu bisa membuatnya panik dan histeris. Beri tahu anak setidaknya 1 minggu sebelum jadwalnya supaya dia bisa mempersiapkan diri. Atau jika anak sudah cukup besar, ajak dia memilih tanggal untuk berangkat ke dokter. Terlambat atau lebih cepat beberapa hari nggak masalah kok, asal jangan sampai lewat berminggu-minggu.
2. Jujur
Penting bagi anak untuk tahu bahwa disuntik memang menyakitkan, jangan menyepelekan ketakutan anak dengan berkata bahwa disuntik itu nggak sakit. Karena reaksi tiap orang terhadap jarum suntik bisa berbeda-beda. Dan kalau kita bilang bahwa jarum suntik tidak menyakitkan sementara anak merasakan sebaliknya, bisa-bisa mereka nggak percaya lagi dengan kita.
Supaya anak nggak panik berlebihan, kita bisa bilang, “Nanti saat disuntik adik akan merasa sakit tapi sebentar kok. Kalau adik merasa sakit peluk mama saja ya biar sakitnya berkurang dengan cepat”. Atau, “Nanti kalau mau disuntik tarik nafas yang panjang ya, Dik. Trus keluarkan nafas sambil berhitung sampai sepuluh supaya rasa sakitnya nggak terlalu terasa”. Dengan begitu anak akan lebih tenang dan lebih siap menghadapi rasa sakit dari jarum suntik.
3. Bermain Peran
Membacakan cerita yang bertemakan vaksinasi atau bermain dokter-dokteran sebelum pergi ke dokter bisa membantu mengurasi rasa takut anak pada dokter dan jarum suntik. Dengan bantuan cerita dan permainan kita juga bisa menjelaskan bahwa vaksinasi meski menyakitkan bisa membantu anak untuk tetap sehat, sehingga anak paham manfaat imunisasi.
4. Orang Tua Tetap Tenang
Kesalahan saya dulu adalah tidak tenang karena saya takut Cinta akan histeris ketika dan setelah divaksin. Secara tangisannya itu keras sekali (sampai sekarang pun kalau nangis bisa menggegerkan 1 gang, hiks). Cinta pun bisa merasakan bahwa ibunya stres sehingga dia ikut cemas. Padahal yang dibutuhkan anak adalah ketenangan orang tua.
Menurut Dr. Lindsay Uman, Phd, seorang psikolog klinis di IWK Community Mental Health & Addictions (CMHA) Clinic, perilaku orang tua selama proses vaksinasi adalah faktor kunci dalam menentukan jumlah rasa sakit dan kecemasan yang akan dialami oleh seorang anak. Jadi sebaiknya kita bersikap tenang dan tersenyum tapi nggak perlu juga berulang kali mengatakan, “Jangan khawatir, kamu akan baik-baik saja”. Karena menurut Dr. Uman, seperti yang dilansir oleh The Asian Parents Indonesia, hal itu justru bisa membuat anak merasa tertekan dan berpikir bahwa memang ada yang perlu dikhawatirkan.
Cukup katakan, “Mama tahu kamu takut disuntik. Mama ada di sini kalau kamu ingin dipeluk supaya rasa takutmu berkurang”.
5. Alihkan Perhatian
Jika memungkinkan, pangku dan peluk anak saat proses vaksinasi berlangsung. Tentu dengan pelukan sayang ya bukan pelukan yang bisa mengunci tubuh anak meski itu bertujuan supaya dia tidak meronta saat disuntik. Ajak dia melihat ke arah lain dan berbicara tentang hal-hal yang menyenangkan supaya perhatiannya tidak terfokus pada jarum suntik. Atau ajak anak menarik nafas panjang dan berhitung sampai selesai disuntik dan rasa sakitnya berkurang.
6. Beri Pujian
Setelah selesai disuntik, beri anak pelukan hangat dan pujian bahwa dia sudah melalui proses imunisasi dengan berani. Meski menangis, tetap puji keberaniannya untuk datang ke dokter dan mau disuntik. Kalau kita berjanji memberinya hadiah, langsung berikan tanpa ditunda lagi. Supaya anak juga punya kenangan baik saat imunisasi sehingga saat jadwal vaksin berikutnya tidak terlalu sulit untuk membujuknya.
Nah, PR saya sekarang adalah membawa Cinta untuk imunisasi HPV dan booster TD (Tetanus dan Difteri) karena usianya sekarang sudah 12 tahun. Sedangkan Keenan sudah waktunya untuk booster Campak. Karena mereka sudah besar InsyaAllah sudah lebih mudah bagi saya mengajak anak-anak untuk imunisasi, walaupun saya tahu mereka juga pasti masih punya rasa takut disuntik.
Apakah teman-teman punya pengalaman menarik saat membawa anak-anak imunisasi? Atau mungkin tips lain agar anak tidak takut disuntik? Yuk, sharing di komen yaaa.
Credit picture:
Photo by CDC on Unsplash
Image by Myriam Zilles from Pixabay
Jadwal Imunisasi dari situs IDAI
Dokumen Pribadi
alfakurnia
Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com
53 thoughts on “6 Tips Agar Anak Tidak Takut Disuntik Saat Imunisasi”
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.
Tips nya bermanfaat banget kak, betul anak diberi iming-iming hadiah tak ada salahnya. Toh dia sudah berani di imunisasi. Jujur rasanya sakit wajar kalau anak-anak histeris
Betul, sebagai penghargaan atas rasa beraninya. Apalagi semakin besar kan semakin jarang imunisasi jadi ya nggak papalah dikasih hadiah hehehe.
Anakku termasuk anak pemberani, dari batita sampe sekarang umur 8 tahun tidak pernah takut apalagi nangis pas mau disuntik. I’m lucky mom hehe
Alhamdulillah, beruntung sekali Mbak Gina nggak pernah menghadapi drama takut disuntik hihihi.
Waj belum kepikiran nih kalau nanti anak sudah besar. Ternyata prosesnya memang beda ya saat anak masih bayi. Kalau bayi manut aja wkwk.
Iya, bener. Waktu bayi paling nangis bentar aja dan nggak bisa berontak ehehe
Waktu si kecil masih usi setahun ke bawah, enak diajak imunisasi karena nggak ada drama nangis kejer eh kemarin pas imunisasi campak 2nya jangankan disuntik, di timbang dan diukur tinggi badannya saja dia sudah meraung2 duluan hehe. So bermanfaat sekali nih tipsnya dan yes salah satu cara ampuhnya dialihkan perhatiannya ya.
Kaya video dokter-dokter yang berhasil nyuntik anak-anak tanpa nangis itu juga perhatian mereka dialihkan dengan hal-hal lucu dan seru.
Waduhh… Aku takut loh di suntik
Ingat jaman anak anak dulu mau di imunisasi takutnya luar biasa, tapi ya pasrah aja huhu
Tq tips2 nya ya.. tidak takut lagi haha
hehe. tapi gak boleh nakut2i si kecil ya. kita kudu bergaya sok berani di depan mereka. meski saat mereka disuntik, kitanya merem. stay cool
Iya, Mbak. Jangan ditakut-takutin nanti mereka malah parno. Betul, saya banget itu, dalam hati deg-degan dan takut tapi harus berusaha tenang hahaha.
Sama-samaaa. Semoga nggak takut disuntik lagi ya, Mas.
Kalau Nai dulu triknya dikasih plester warna-warni. Dia lagi seneng pakai plester. Gak luka aja minta diplesterin. Jadi setelah imunisasi, dia langsung berasa jeren hihihi
Maksudnya berasa keren 😀
Hahaha anak-anakkuu pun pernah mengalami masa-masa itu juga, Mbak. Terima kasih untuk pencipta plester warna-warni.
Hihihi, memaaanggg ibu jaman now kudu pinter berburu tips agar buah hati berani diimunisasi ya Mba. Semangaattt buibuuu.
Hahaha betul, untung di zaman digital ini mudah cari tips asal sumbernya terpercaya aja.
Syukurnya anak-anak sudah tau, emaknya gak pernah bohong soal dokter, suntik atau dokter gigi. Jadi mereka udah dikasih tau sejujur-jujurnya tentang rasa suntikan. Dan emang bener kak, mereka jadi lebih tenang. Bahkan dulu saat di sulung umur 4 tahun, dia pernah dijahit dagunya, gak pake nangis. Diam saja setelah sebelumnya disuntik.
MasyaAllah, keren banget si kakak. Memang komunikasi yang baik bisa bikin anak lebih tenang menghadapi hal-hal yang menurut mereka menakutkan ya.
Hhi emang iya sii susah bnget klo anak mau di suntik tu harus bener” dirayu, diberi pujian, dikasih support atau dijanjiin sesuatu baru luluh ya hhi poin” diatas emg bener bnget deh tipsnya
Untungnya masa-masa itu sudah berlalu untuk saya. Tinggal bujuk ke dokter gigi aja yang belum berhasil nih.
Pertama dilakukan memang orangtua harus tenang dulu. Karena biasanya orangtua yang merasa ketakutan, jadinya menular ke anak. Aku juga selalu sounding ke anak-anak dari beberapa hari sebelumnya jika ada rencana vaksin.
Iyaa. Harus dikasih tahu dulu sebelumnya ya biar anak nggak kaget.
Alhamdulillah kalo.aku tipsnya yg no 2 jujur jd mmg no drama sih tapi krn anak cowok kali ya hehe
Nah, aku mikir juga gitu. Anak pertama cewek drama banget kalau mau disuntik, anak kedua cowok lebih tegar. Apa jenis kelamin ada hubungannya?
Hihihi susah susah gampang kalo anak mulai gede ya?
Kuncinya emang komunikasi ya ?
Iya, Mbak. Komunikasi yang baik adalah kunci sukses parenting.
Wah untungnya sekarang kalau.ke.dokter ga ada acara suntik2 kan lagi kayak dulu ya..cuman imunisasi aja yg disuntik
Betuuuul. Tapi sekarang pun minum obat juga bisa jadi drama karena ada aja yang nggak mau minum obat karena pahit.
Jujur.
Ini yang harus kita latih betul ya, Mbak, sebagai orang tua. Apalagi perkara yang berhubungan dengan kesehatan anak, seprti suntik, sakit gigi dan obat.
Betul, Mbak. Supaya mereka nggak antipati dengan kesehatan karena merasa dibohongi.
Kalau anak-anak saya cukup dengan dikasih imbalan boleh jajan es krim dan milih jenis es krimnya hehehe…. Karena memang kebetulan jarang jajan es krim, jadi rela deh di suntuk dulu demi bisa makan es krim yang udah lama di incar
hihihi es krim memang reward yang paling disukai anak-anak.
Hebat berani disuntik..
Awal2 pas imunisasi anak2ku juga drama gt pas d suntik..
Tapi smakim besar, mereka semakin santai
Nggak takut disuntik
Karena sudah biasa mungkin ya, Mbak, dan sudah lebih tahan sakit juga.
Saya sendiri termasuk orang yang takut dengan jarum suntik jadi untuk menjelaskan rasa takut jarum pada anak Saya biasanya meminta sang Bapak dan untuk menemani anak imunisasi pun yang bagian menemani juga bapaknya ibunya cukup menunggu di luar saja
Dulu saya gitu juga, Mbak. Tapi waktu di Brunei jadwal vaksin pasti pagi dan suami nggak bisa nemenin karena kerja terpaksa harus berani dan tega.
haha sampe udh besar gni aja saya masih agak takut disuntik mba, padahal ga sakit anet rasanyaa
Iya, Mas. Efek trauma waktu kecil kali ya.
Tips tambahannya 1 lagi mba, bawa anak vaksin ke dr. Spesialis, jarum suntiknya ga segede jarum di puskesmas..haduhj serem banget lihatnya
wah, tips yang bagus, Mbak. Baru tahu ini saya.
Kalo aku pribadi biasa pakai metode role play atau mengalihkan perhatian mbak. Sepanjang nemenin ibuk buat imunisasi, jadi tahu rasanya ribet kalo mak “drama,” gak mau disuntik. Lelah megangin 😝
Nah role play ini bagus banget.
Kayaknya suntik ini jadi momok buat anak-anak ya mbak, gak cuma anak-anak aja sih, dulu aku masih inget pas masih SMP ada beberapa temenku juga yang takut disuntik. But, lucky me, aku termasuk orang yang gak takut sama jarum suntik😁
syukurlah. saya mulai berani jarum suntik waktu ikut ekskul PMR di sekolah dan sering bikin kegiatan donor darah. Jadi mulai kebal hehehe
Ah iyaa ini masih PR banget Mbaak gimana caranya supaya ngga maksa karena akan bikin anak trauma. Kesepakatan adalah kunci yaa
Betul, Mbak
Kadang malah orang tuanya yang gak teh Mak kalo menyaksikan anak disuntik. Hahahaha.
Hahaha itu saya banget sebenarnya, Mak. Cuma akhirnya harus ditega-tegain.
Orang tua memang harus tetap tenang biar anak juga tenang yah, jadi anak ga takut . tapi saya sendiri suka susah buat tenang , ngeri aja liat anak disuntik, wkwk.
betul, Mbak. Rasanya nggak tega gitu ya liat anak disuntik.
Anakku sudah waktunya booster vaksin ini tapi masih maju mundur soalnya anaknya ogah disuntik wkwkwkkw eh pas bangwet baca postingan ini. Thank for share yaa, bsrguna banget mudah2an bisa dan lancar nantinya
Semoga lancar nanti proses vaksinya ya, Mbak.