Ajang pencarian bakat, khususnya singing competition sekarang banyak bermunculan di Indonesia. Yang awalnya hanya ditujukan untuk dewasa pun lama-lama berkembang ke anak-anak. Seingat saya ajang pencarian bakat anak tingkat nasional yang pertama kali populer adalah Mamamia Show yang disiarkan oleh Indosiar pada tahun 2007. Acara ini cukup sukses pada waktu itu dengan menangnya Mytha Lestari di season pertama. Kalau nggak salah pemain sinetron Kiki Farrel juga pernah menjadi finalis ajang pencarian bakat ini.
Kesuksesan Indosiar dengan Mamamia Show membuat RCTI mengikuti jejaknya dengan mengadakan variety show Idola Cilik di tahun 2008. Pada tahun 2014, Indonesian Idol Junior mulai diadakan, disusul dengan The Voice Kids di tahun 2016. Di setiap seasonnya, acara-acara ini mendapat peminat yang besar sekali, baik dari sisi peserta maupun dari sisi penonton. Banyak anak dengan bakat bernyanyi istimewa yang kemudian mencoba keberuntungannya mengikuti ajang ini. Termasuk anak saya.
Well sebenarnya sebelum kembali ke Indonesia akhir tahun lalu, anak saya tidak tahu sama sekali tentang ajang pencarian bakat seperti ini. Maklumlah, kami hampir nggak pernah nonton siaran tv Indonesia saat di Brunei dulu. Dan acara variety show seperti ini bukan jenis tontonan keluarga kami. Secara anak-anak lebih suka nonton serial animasi di saluran Disney dan suami lebih memilih nonton berita atau film. Sedangkan saya yang lebih sering nggak kebagian jatah nonton tv lebih suka baca buku atau nonton film-film di Netflix lewat gawai.
Cinta dan Hobi Menyanyi
Tapi memang si kakak ini suka bernyanyi dan suaranya lumayan bagus. Di sekolah lamanya dia pernah menjuarai kompetisi bernyanyi untuk kategori Senior (kelas 4-6 SD) dan mengikuti ekstra kurikuler paduan suara. Waktu wisuda kelulusan Primary School kemarin juga dia menjadi lead vocal paduan suara kelasnya. Jadi ya dia cukup percaya diri dengan kemampuan bernyanyinya walaupun belum pernah ikut les vokal.
Sayangnya, sekolahnya sekarang nggak punya ekstra kurikuler nyanyi atau paduan suara sehingga dia nggak bisa menyalurkan hobi bernyanyinya. Tapi sepertinya sih dia tetap suka nyanyi di manapun berada karena teman sekelasnya tiba-tiba mengajaknya ikut open auditions salah satu ajang pencarian bakat edisi Surabaya awal bulan Februari 2020 lalu.
Saya mengizinkan dia ikut tanpa persiapan yang matang karena kami tahu tentang audisi ini hanya 7 hari dari hari H. Dalam 1 minggu itu pun, kami memiliki kesibukan lain yang cukup menyita waktu sehingga nggak sempat berlatih atau mencari tahu apa saja yang akan kami hadapi di sana. Saya hanya memberi gambaran sekilas kepada anak gadis bahwa saat audisi nanti dia akan bernyanyi di sebuah ruangan tertutup di depan seorang juri. Juga tentang banyaknya anak yang akan mengikuti acara tersebut dan proses audisi yang biasanya berlangsung berjam-jam.
The Open Auditions Day Ajang Pencarian Bakat
Pada hari H kami berdua bersama adik ipar dan adik sepupu saya berangkat ke Batiqa Hotel Surabaya, tempat audisi berlangsung. Kami sengaja berangkat lebih pagi dari Sidoarjo dengan harapan sebelum pukul 9 pagi sudah sampai sana sehingga anak saya bisa dapat antrian awal.
Sistem Antrian yang Kurang Teratur
Ternyata perkiraan kami meleset, saat sampai di Batiqa Hotel sudah banyak sekali anak dan orang tua yang berkumpul di sana. Padahal masih 30 menit sebelum audisi dimulai. Dan anehnya tidak ada nomer antrian atau jalur khusus antrian peserta, sehingga semua anak dan orang tua bergerombol tanpa tahu siapa saja yang datang pertama kali. Akibatnya, ketika panitia membuka kesempatan peserta untuk duduk di kursi-kursi yang sudah disediakan, semua berebut. Nggak peduli mereka datang lebih awal atau datang belakangan. Siapa cepat, dia dapat kursi. Sisanya ya kembali bergerombol menunggu kursi-kursi tersebut kosong.
Setelah hampir 1 jam berdiri, sementara peserta yang sudah dapat kursi belum ada yang dipanggil masuk ke dalam ruangan, anak saya mulai stres. Dia menangis sambil bilang mau menyerah saja dan minta pulang. Walaupun saya bujuk untuk bertahan sebentar lagi dia tetap pada pendiriannya untuk mundur dari audisi. Saya pun menuruti permintaannya dan membawanya keluar dari kerumunan peserta dan orang tua menuju ke pelataran parkir hotel.
Di tempat parkir, anak saya Cinta bertemu dengan teman sekolahnya yang mengajaknya ikut audisi dan seorang teman yang lain. Melihat Cinta menangis, si teman (sebut saja Gio dan Nur) menenangkan dan memberinya semangat.
“Kalau mau ikut audisi ya harus semangat. Nggak boleh putus asa”, kata mereka.
“Ayo, nunggu sama aku aja. Jangan pulang”, ujar kedua anak itu meyakinkan Cinta untuk tetap bertahan.
Akhirnya, kami pun kembali ke tempat antrian. Kali ini antrian sudah mulai mengular, tidak lagi bergerombol tapi tetap saja ada yang baru datang langsung ke bagian depan antrian. Sementara panitia hanya berjaga di meja pendaftaran dan sekitar kursi-kursi peserta, tanpa memedulikan peserta yang bergerombol nggak jelas ini.
Sistem Antrian Akhirnya Dibenahi
Situasi ini bertahan sampai hampir pukul 12 siang. Jadi nyaris 3 jam anak-anak itu berdiri tanpa antrian yang jelas. Beberapa kali antrian merangsek sampai ke area kursi peserta lalu oleh panitia disuruh mundur lagi sambil mereka memasang pita pembatas. Sementara para orang tua mulai resah melihat ada peserta-peserta yang baru datang bisa langsung menerobos pita pembatas dan menuju meja pendaftaran.
Mungkin karena banyak orang tua yang protes ke media sosial penyelenggara open audition atau komplain langsung ke panitia, akhirnya jam 11.40 antrian baru ditertibkan. Saat itu orang tua diminta untuk keluar dari antrian dan anak-anak diatur menjadi 5 barisan. Setelah itu mereka disuruh duduk dalam barisan dan dibagi formulir pendaftaran dan nomer antrian. Bayangkan betapa leganya saya melihat Cinta dan teman-temannya akhirnya diperlakukan lebih manusiawi setelah hampir 3 jam berdiri.
Harapan Terhadap Penyelenggara Audisi Ajang Pencarian Bakat
Seusai anak-anak mendapat nomer antrian, proses audisi berjalan lebih tertib dan nyaman untuk mereka. Saya pun beranjak ke sebuah kafe kecil di depan hotel untuk meredakan ketegangan bersama adik-adik saya dengan memesan makan siang dan es kopi.
Di kafe tersebut, kami satu ruangan dengan orang tua lain yang anaknya juga mengikuti audisi. Dan semua sepakat menganggap penyelenggara kali ini nampak tidak profesional mengingat event ini adalah untuk anak-anak dan levelnya nasional tapi sistemnya semrawut nggak karuan. Harapan saya sih ini menjadi pelajaran untuk para penyelenggara audisi sejenis ya. Sebaiknya diberi jalur khusus peserta atau sejak awal langsung diberi nomer antrian berdasarkan siapa yang datang duluan, Jadi benar-benar first come first in untuk menghargai peserta yang sudah berusaha hadir lebih pagi serta menjadikan antrian lebih rapi dan teratur.
Peserta Fast Track Ajang Pencarian Bakat
Dari para pengantar lain saya tahu bahwa kebanyakan peserta audisi sudah sering mengikuti ajang lomba menyanyi di Surabaya dan sekitarnya. Beberapa di antaranya malah sudah profesional dan berlatih dengan lebih dari 1 pelatih vokal. Wow!
Adik-adik saya yang tadinya menunggu di kafe hotel juga bercerita bahwa banyak yang sengaja menginap di hotel supaya bisa antri sejak Subuh demi audisi ini. Tapi yang paling menarik adalah cerita tentang peserta dari jalur Fast Track. Mereka-mereka inilah yang kami lihat bisa langsung menuju meja pendaftaran tanpa harus ikut mengantri. Mereka-mereka ini juga yang membuat antrian di luar ruangan lambat majunya karena mereka bisa duluan diaudisi tanpa harus menunggu giliran. Wow lagi!
Jadi peserta fast track ini adalah peserta yang mendapat undangan khusus untuk mengikuti open audition ini. Untuk mendapatkan undangan ini, menurut salah satu peserta fast track, mereka menghubungi salah satu contact person open audition dan memberikan portofolio prestasi mereka sebagai penyanyi cilik. Portofolio ini bisa berupa link sosial media atau youtube yang berisi penampilan mereka bernyanyi. Jika penyelenggara menganggap mereka cukup bagus dari penampilan di sosial media atau youtube tersebut, mereka akan mendapatkan undangan untuk bisa audisi tanpa antri. Gitu.
Setelah mendengar pengalaman dan cerita dari para orang tua lain, saya pun menarik beberapa pelajaran yang saya ambil dalam pengalaman hari itu. Dan salah satunya adalah hal-hal yang perlu dipersiapkan saat anak mengikuti audisi ajang pencarian bakat seperti ini. Apa saja?
Persiapkan 5 Hal Ini Saat Anak Mengikuti Audisi Ajang Pencarian Bakat
1. Portofolio
Kalau kita tahu anak kita punya bakat khusus seperti bernyanyi, melukis, olahraga, dsb. Dokumentasikan setiap aktivitas mereka yang berkaitan dengan bakat tersebut, terutama saat mereka mengikuti lomba. Menang kalah nggak jadi masalah. Bagaimana kalau anak nggak pernah ikut lomba menyanyi? Buatlah video cover. Lalu unggah ke satu akun sosial media khusus atau channel Youtube. Jika beruntung, portofolio ini bisa menjadi jalan khusus ketika anak ikut open audisi. Walaupun tidak menjamin kemenangannya tapi setidaknya bisa audisi tanpa harus menunggu giliran selama 9 jam, ya kan.
2. Persiapkan Materi yang Ingin Ditunjukkan Dengan Baik
Untuk ajang lomba nyanyi seperti yang diikuti Cinta ini, alangkah baiknya anak sudah mempersiapkan dirinya terlebih dahulu dengan cara berlatih dan menghafalkan lagu-lagu favoritnya. Baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
3. Persiapkan Mental dan Fisik Anak
Ini yang paling penting sih. Kesalahan saya adalah menganggap acara ini seperti lomba-lomba menyanyi anak-anak level sekolahan atau ya tingkat kota kecil yang pesertanya tidak terlalu banyak dan sudah dipersiapkan dengan baik oleh panitia sesuai dengan kondisi anak-anak. Sehingga ketika mendapati kenyataannya tidak seperti harapan kami, Cinta pun kaget. Dia tidak siap mental.
Jadi sebaiknya cari tahu lebih dulu bagaimana sistem audisi yang akan diikuti. Hubungi sosial media atau contact person penyelenggara acara tersebut. Tanyakan bagaimana sistem antriannya, apa saja proses yang harus dijalani anak-anak selama audisi, apakah orang tua bisa mendampingi, dan lain sebagainya. Pokoknya tanya dengan jelas. Dan sampaikan kepada anak kemungkinan-kemungkinan terburuk agar ia siap mental.
Siapkan juga mental anak untuk kalah. Sebagai orang tua, kita memang harus memberi support kepada anak untuk melakukan usaha yang terbaik agar dapat mencapai hasil maksimal. Tapi, di setiap ajang kompetisi, anak-anak lain juga pasti akan berusaha sebaik mungkin. Jadi kemungkinan kalah itu selalu ada. Bukan karena anak tidak cukup bagus tapi karena ada yang lebih bagus dari dia.
Pastikan juga anak dalam keadaan sehat. Kemarin ada anak yang terpaksa bernyanyi dalam keadaan batuk sehingga gagal, padahal dia sudah antri berjam-jam. Kan kasihan ya. Anak yang kurang sehat juga nggak akan menikmati proses audisi yang panjang itu. Bahkan bisa jadi akan makin sakit. Jadi benar-benar jaga kondisi anak sebelum mengikuti audisi dengan cara memberi vitamin, olahraga yang cukup serta banyak minum dan istirahat.
4. Bawa Perlengkapan Pendukung
Kursi lipat kecil, kipas mini, air minum, baju ganti, pulpen, gadget atau buku menurut saya wajib sekali dibawa saat open audition seperti kemarin. Ketika antrian belum teratur kursi lipat kecil yang dibawa Gio dan Nurul dipakai bergantian oleh mereka dan Cinta sehingga nggak terlalu capek. Dan saat nggak kuat lagi berdiri, saya mengizinkan Cinta duduk di lantai sambil baca buku atau main gadget supaya moodnya tetap terjaga.
Pastikan anak dalam keadaan kenyang sebelum berangkat audisi. Bawakan juga dia snack dan minuman serta minta dia untuk banyak minum air putih selama menunggu. Jika harus melewati jam makan siang, bawakan atau belikan makanan kesukaannya agar dia tetap mau makan. Sehingga tetap segar dan sehat sampai proses audisi selesai.
5. Waktu
Saat mengikuti audisi terbuka begini, kita harus mempersiapkan waktu setidaknya satu hari khusus. Kalau memungkinkan, menginaplah di dekat tempat audisi agar bisa sepagi mungkin antri. Namun jika tidak memungkinkan datanglah pada saat yang nyaman bagi anak. Hanya saja, semakin siang kita datang, semakin besar pula nomer antrian yang kita peroleh, sehingga bisa jadi semakin malam anak akan selesai audisi. Jadi persiapkan waktu dengan matang agar nyaman untuk anak dan pengantar.
Cinta sendiri selesai diaudisi pada pukul 5.30 sore, sesaat setelah adzan Maghrib Surabaya berkumandang, setelah 9 jam menunggu. Hasilnya sebenarnya sudah sesuai dugaan, yaitu dia gagal melanjutkan ke tahap selanjutnya. Bukan karena saya meragukan kemampuan anak saya ya. Hanya saja saya tahu bahwa ada banyak sekali anak yang lebih berbakat dan lebih berpengalaman ikut lomba semacam ini. Sehingga dari awal saya sudah menyiapkan mental Cinta untuk kalah.
Baca Juga: Berani Menang, Berani Juga Untuk Kalah
Dan saya bersyukur sekali Cinta bisa menghadapi dengan dewasa. Bahkan dia memuji juri yang menurutnya sangat baik.
“She’s so nice. First she asked if I want her to talk to me in English or in Bahasa which of course I choose English. She’s even said sorry many times that she can’t pass me to the next step. I like her“.
Kata Cinta menurut juri dia punya bakat tapi dia bernyanyi terlalu pelan seolah-olah hanya bernyanyi untuk dirinya sendiri. Ini yang menyebabkan Cinta gagal. Untuk itu dia diminta berlatih vokal dengan pelatih profesional dan mencoba lagi tahun depan.
Hmmm… Apakah kami akan kembali lagi tahun depan? Entahlah. Kalaupun iya, sepertinya harus mulai ikut les vokal, lomba nyanyi dan bikin portofolio nih.
Adakah yang anak atau keponakannya suka mengikuti ajang Idol seperti ini atau lomba adu bakat lainnya? Share yuk di kolom komentar persiapan apa saja yang dilakukan.
alfakurnia
Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com
2 thoughts on “Persiapkan 5 Hal Ini Saat Anak Mengikuti Audisi Ajang Pencarian Bakat”
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.
Semoga anaknya gak kapok ya ikut audisi . Memang urusan antri selalu terjadi huru hara sih. Bukan hal yang mestinya dibiarkan terulang terus2an.
Again, semoga Cinta tetap semangat ya dan terus latihan, sukses kedepannya, amin
aamiin. Makasih, Mbak Ria.