Pernahkah punya tempat pelarian saat sedang sedih atau punya masalah? Tempat yang membuat kita merasa nyaman walau sesaat, bisa membuat kita sejenak bernafas lega dan berpikir lebih jernih. Tempat di mana kita tak perlu memikirkan apa yang sedang terjadi di luar sana meski hanya sekejap. Tempat kita bisa menjadi diri sendiri atau justru berpura-pura menjadi orang lain.
Saya punya, tempat yang secara naluri dibangun oleh alam bawah sadar saya sejak berusia 10 tahun. Saat saya mulai sadar bahwa kehidupan saya tidak seindah kisah Rumah Masa Depan. Sejak itu, setiap keadaan mulai tidak menyenangkan, saya mulai lari ke tempat itu, sebuah negeri khayalan dalam sebuah cerita.
Di tempat itu saya bisa berpura-pura punya keluarga bahagia yang hidup di padang rumput seperti Laura Ingalls Wilder atau berkhayal menjadi penyihir remaja yang ada di salah satu cergam Nina. Nggak jarang saya sok-sok jadi detektif, menyelidiki apa yang salah dalam keluarga saya dan berharap bisa memperbaikinya seperti anggota Lima Sekawan, STOP dan Trio Detektif.
Ya, tempat pelarian saya adalah buku. Komik, cergam, majalah, novel. Semua saya lahap saat sedang sedih. Bukulah yang membantu saya melewati masa-masa sulit. Buku pula yang menghibur ketika saya gundah atau malah membuat saya menangis dan mengeluarkan sesak di dada. Saya cukup masuk kamar dan mulai membaca, suddenly world seems brighter and more fun back then.
Sekarang sih karena berbagai macam kesibukan, saya sudah jarang tenggelam dalam suatu cerita. Paling saat membacakan cerita untuk anak atau ada novel yang bagus sekali atau buku parenting best seller yang wajib punya, saya menyempatkan bercengkerama dengan buku, benda yang pernah menjadi sahabat terbaik saya.
Namun, kenangan indah memasuki dunia fantasi bersama cerita-cerita dalam buku itu nggak akan pernah saya lupakan. Bersyukur sekali ibu saya paham kebutuhan anaknya, pun di sekitar saya tinggal saat itu banyak tempat persewaan buku, sehingga saya nggak pernah kekurangan bacaan.
Waktu membaca postingan Shelvy Waseso tentang impiannya membuka #RuangBaca untuk anak-anak panti asuhan, saya pun tergerak untuk ikut bergabung. Ingin saya membantu anak-anak itu memiliki dunia indah dan persahabatan yang lekat dengan buku. Apalagi mengingat buku adalah jendela dunia, gudang pengetahuan. Sedangkan kondisi mereka tidak memungkinkan untuk bisa memiliki buku-buku yang beraneka ragam.
Maka bersama beberapa orang teman lain, munculah gerakan #BukuBerkaki yang bertujuan untuk memberikan akses menuju jendela ilmu itu kepada anak-anak panti asuhan dengan cara membuka taman bacaan atau semacam perpustakaan keliling. Lewat media sosial, Buku Berkaki mencoba untuk mengajak teman-teman berbagi buku-buku layak baca untuk para anak panti asuhan. Yah, semoga dengan gerakan ini makin banyak anak yang bersahabat dengan buku yang bermanfaat.
Kelak, kalau punya rumah yang lebih besar, saya pun ingin membuka taman bacaan untuk anak-anak. Membayangkan banyak anak duduk santai sambil membaca buku di garasi rumah saya yang sudah diatur seperti perpustakaan mini, lalu mendengarkan celoteh riang mereka yang bercerita tentang dunia yang baru dijelajahinya. Pasti menyenangkan sekali 🙂
Siapa tahu, perpustakaan keliling #BukuBerkaki atau taman bacaan impian saya bisa menjadi tempat persembunyian terindah bagi anak-anak yang sedang bermasalah. Tempat mereka bisa bebas tersenyum dan membangun impian. Lingkungan yang bisa membantu mereka untuk tetap kuat saat diterpa badai. Kalau kalian, apa persembunyian terindahnya?
alfakurnia
Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com