Lelaki setengah baya itu asik bercerita tentang anak-anaknya sambil sesekali bertanya tentang kami, tamunya. Sementara sang istri sibuk menawarkan teh dan kue kering yang tak lama kemudian dicomot Cinta satu persatu. Dalam ruang tamu yang besar dan nyaman, kami pun tenggelam dalam percakapan yang menyenangkan. Sejenak mengingatkan saya pada kedua mertua yang berada di seberang lautan.

Pertama kali bertegur sapa dengan bapak ini di sekolah Cinta, pikiran saya langsung tertuju kepada yangkungnya Cinta. Perawakan, keramahan dan keaktifan beliau di usia senjanya mirip sekali dengan mertua.

Suatu kali beliau bertanya dari mana saya berasal, pertanyaan yang wajar karena memang banyak pendatang dari negara lain di Brunei ini. Awalnya beliau mengira saya orang Filipina, entahlah mungkin karena saya tidak mengenakan kerudung seperti layaknya kebanyakan orang Indonesia yang tinggal di Brunei atau karena saya berkomunikasi dengan bahasa Inggris.

Dalam sebuah percakapan sambil lalu saya bercerita sedang mencari rumah di daerah dekat sekolah Cinta supaya tidak terlalu lama menghabiskan waktu di jalan untuk antar jemput. Rupanya beliau ingat hal itu dan suatu hari saat nggak sengaja jumpa di parkiran apartemen, ia langsung mengundang kami ke rumahnya untuk melihat salah satu rumah tetangganya yang disewakan.

Meski pada akhirnya rumah itu belum jadi jodoh kami, senang sekali rasanya bisa ketemu dengan orang seramah dan sebaik itu di negeri orang. Selain beliau, banyak sekali orang-orang baik yang saya temui selama merantau hampir setahun ini. Mulai dari mbak-mbak kasir supermarket dan pelayan resto di bawah apartemen yang sayang sekali sama Cinta sampai guru Cinta di sekolah. Kepeduliannya sangat membantu Cinta beradaptasi di awal tahun pelajaran dan saat dia sedang mengalami masa-masa sulit karena mau punya adik. Bahkan saking baiknya, Cinta sampai bercita-cita jadi guru seperti Teacher Yee.

Nggak cuma itu, sejak merantau ke Jakarta 2 tahun lalu saya selalu beruntung mendapatkan tetangga yang baik dan peduli satu sama lain. Di Brunei pun, kami bertetangga dengan keluarga dari Jepang yang kebetulan anaknya bersekolah di tempat yang sama dengan Cinta, satu kelas lagi. Tetangga kami itu sering sekali membantu saya menjaga Cinta atau menjemput dia di sekolah sekalian jemput anaknya saat saya berhalangan. Nggak jarang juga tiba-tiba saya dapat bingkisan buah atau kue. Sampai sering merasa nggak enak saking baiknya mereka. I’m so lucky to have them as my neighbour.

Yah, memang benar ya kalau rejeki itu nggak selalu berupa limpahan uang atau barang. Kehadiran orang-orang baik di sekitar kita pun harus disyukuri. Sekaligus jadi pengingat untuk berbuat hal yang sama ke orang lain, ya kalaupun belum bisa menolong minimal nggak berbuat jahat atau sombong ke tetangga.

So, adakah pengalaman berkesan dengan orang-orang di sekitarmu yang patut disyukuri?

Suka dengan artikel ini? Yuk bagikan :)

alfakurnia

Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com

7 thoughts on “Good People Around Me

  1. akuuuu *ngacung*

    hehe… alhamdulillah, dihadiahkan orang tuaku rumah tidak jauh dari keduanya, jd tetangga-tetangganya sudah kenal lama, diperlakukan bak anaknya. hehehe…

    kalau Ramadhan, ngerti banget deh, aku yang baru berdua suami pasti males ribet, walaupun tetap masak klw sahur. Japi sering dikasih makanan. Dikasih rendang, rujak, dikirimin kebab, kering kentang, nasi briyani, macem-macem deh…

    klw pada umrah juga kecipratan oleh2 walaupun cuma kurma tiga biji… udh dua tetangga umrah ngasih oleh-oleh serbuk kurma supaya anggota keluarga saya “lekas bertambah”

    bener banget deh, mbak, punya tetangga baik itu sesuatu. apalagi klw di rantau seperti Mbak, bisa kebayang betapa senangnya punya tetangga baik hati.

    Salam untuk tetangganya ya, Mbaa *komen yg menyusahkan hihi..*

    1. Waaa… Beruntung sekali mak. Pasti nyaman ya tinggal di lingkungan kaya gitu 🙂

  2. nice sharing, etuju banget sama kalimat ini “rejeki itu nggak selalu berupa limpahan uang atau barang.”

  3. ya kalaupun belum bisa menolong minimal nggak berbuat jahat atau sombong ke tetangga.

    >> jadi inget pernah bertetangga dgn orang yg kalo disapa bolak-balik, dese senyum pun tidak. Boro2 senyum sih….. Yg ada malah mlengos. Dl kukira emang tabiatnya buruk. Belakangan kok rasa2nya dia BT ama aku untuk sebab yg ntah mengapa (she doesnt tell me anything). Pengalaman yg berkesan sih. Meski kesannya buruk.

    Sorry oot. Hehehehe

  4. salam kenal…nice sharing…yups setuju banget dengan kalimat ini “rejeki itu nggak selalu berupa limpahan uang atau barang” kadang kita tak menyadari kemudahan2 yg kita dapatpun suatu limpahan rezeki…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top
error: Content is protected !!