Memelihara kesehatan gigi anak harus dilakukan sejak dini, ya. Biasanya dokter anak akan menganjurkan orang tua untuk mulai merawat kebersihan gigi dan mulut ketika gigi pertama anak tumbuh.
Mengajarkan anak untuk menyikat giginya dengan baik dan benar dua kali sehari merupakan cara pertama agar gigi anak tumbuh dengan sehat. Namun ada baiknya kita juga memeriksakan gigi mereka ke dokter gigi secara rutin minimal enam bulan sekali.
Membiasakan anak ke dokter gigi sejak dini memiliki berbagai manfaat, antara lain:
- Mempelajari cara membersihkan gigi dengan baik dan benar.
- Mengetahui sejak awal jika ada masalah pada gigi anak.
- Membersihkan karang gigi yang dapat mengganggu kesehatan gigi dan mulut.
- Mengenalkan anak pada dokter gigi pada situasi yang lebih nyaman sehingga anak tidak trauma dengan dokter gigi.
Saat di Brunei, anak-anak mendapatkan pemeriksaan gigi di sekolah setidaknya setahun sekali. Jika ada gigi yang berlubang atau gigi yang akan lepas, orang tua akan diberikan surat pengantar untuk ke dokter gigi di Pusat Kesihatan (semacam Puskesmas di Indonesia).
Sayangnya kebiasaan bertemu dengan dokter gigi ini terhenti ketika kami pindah ke Indonesia beberapa bulan sebelum pandemi Covid-19. Sekolah baru anak-anak di Sidoarjo enggak ngasih fasilitas pemeriksaan kesehatan rutin, kecuali imunisasi rutin untuk anak sekolah dasar.
Pertengahan bulan Februari 2022, Keenan yang saat itu hampir berusia 9 tahun mengeluh giginya sakit sekali dan minta untuk ke dokter gigi. Satu-satunya dokter gigi anak yang saya tahu di Sidoarjo berada di sebuah Klinik Ibu & Anak dekat rumah. Tapi karena punya pengalaman buruk dengan layanan staf dan dokter kandungannya saya trauma pergi ke sana hahaha.
Tambal Gigi Anak pakai BPJS
Akhirnya saya putuskan untuk memeriksakan Keenan ke sebuah klinik medis di Sidoarjo. Selain lokasinya yang dekat rumah, klinik ini punya dokter gigi yang praktik setiap pagi dan sore hari.
Saya sudah beberapa kali memeriksakan gigi di klinik ini termasuk untuk mendapatkan rujukan impaksi gigi bungsu. Yup, klinik ini memang melayani pasien BPJS dan merupakan faskes pertama BPJS kami.
Pengalaman menjadi pasien di klinik gigi ini dengan dokter-dokter gigi yang masih muda namun ramah dan telaten, membuat saya yakin untuk memeriksakan Keenan di sini. Sedangkan pelayanan bagian pendaftaran menurut saya cukup baik.
Menggunakan fasilitas BPJS di sini enggak repot. Cukup membawa kartu BPJS untuk ditunjukkan ke bagian pendataan. Namun khusus klinik gigi pasien BPJS dibatasi 10 orang per sesi di mana ada dua sesi setiap harinya. Sesi pertama buka pagi pukul 08.00 – 12.00 sedangkan sesi sore dimulai pukul 16.00 – 20.00.
Antriannya sendiri cukup lama. Selama empat kali kunjungan ke sana, Keenan dan saya harus menunggu sekitar 1 sampai 1,5 jam sampai nomor kami dipanggil.
Proses Tambal Gigi Anak Pakai BPJS
Pemeriksaan dan Membersihkan Lubang di Gigi Anak
Saat pemeriksaan pertama dokter menemukan lubang yang sudah cukup dalam dan kotor pada gigi Keenan. Inilah yang menyebabkan giginya sakit. Tindakan pertama adalah membersihkan luka dan kotoran di daerah gigi yang berlubang.
Pada tindakan ini dokter gigi menggunakan alat yang bernama bur gigi. Suara bising yang dihasilkan oleh alat ini biasanya akan membuat anak sedikit takut dan mungkin menimbulkan sedikit rasa nyeri. Alhamdulillah meski terlihat tegang tapi Keenan berani mengikuti semua proses tersebut.
Sayangnya, tambal gigi enggak bisa dilakukan saat itu juga karena dokter harus memastikan bakteri yang menginfeksi gigi benar-benar sudah hilang. Kami pun diminta untuk datang kembali seminggu kemudian.
Tambal Sementara
Ketika melakukan pemeriksaan kedua dokter sempat bilang kalau masih ada sedikit kotoran pada gigi Keenan. Sehingga beliau melakukan pembersihan lagi sebelum menambal giginya.
Setelah dirasa semua sudah bersih dan enggak ada bakteri yang bisa menginfeksi gigi, baru deh dokter melakukan tambal sementara. Prosesnya apa aja saya enggak terlalu memerhatikan karena fokus pada Keenan tapi waktunya cukup cepat, kok. Tiba-tiba aja Keenan sudah diminta untuk tes gigit dan saya diminta untuk antri obat pereda nyeri serta harus kembali satu minggu kemudian.
Setelah dapat obat, saya ajak Keenan ke McDonald’s untuk makan malam lebih awal karena sudah pukul 6 sore. Dia sempat makan sedikit sebelum minta pulang karena merasa nyeri di area giginya.
Sesampainya di rumah langsung saya berikan obat pereda nyerinya. Entah karena obatnya kurang kuat, Keenan terus menerus mengeluh nyeri sampai nangis. Baru sekitar pukul sembilan malam dia bisa tertidur.
Alhamdulillah tidurnya cukup nyenyak. Mungkin efek pereda nyerinya baru bekerja dan bertahan cukup lama. Ketika bangun di pagi hari rasa nyerinya sudah hilang sama sekali.
Tambal Permanen
Selama seminggu itu Keenan enggak lagi merasakan sakit di giginya. Dia juga enggak merasakan ketidaknyamanan akibat tambalan giginya.
Sehingga saat kunjungan ketiga, dokter dapat mengganti tambal sementaranya dengan tambal permanen. Ini pun prosesnya cukup cepat menurut saya. Enggak sampai setengah jam sudah selesai.
Dokter meminta supaya Keenan tidak makan atau mengunyah sesuatu dalam waktu satu jam setelah giginya ditambal. Keenan sempat cemas bakal sakit gigi lagi seperti saat tambal sementara eh alhamdulillah kali ini enggak ada efek samping. Hanya saja dokter meminta supaya Keenan tidak makan atau mengunyah sesuatu dalam waktu satu jam setelah giginya ditambal.
Kontrol
Kunjungan terakhir adalah tiga hari setelah gigi Keenan ditambal permanen. Dokter hanya memastikan apakah tambalannya baik dan adakah ketidaknyamanan yang dirasakan Keenan. Alhamdulillah semua hasilnya bagus sehingga proses tambal gigi anak ini sudah dinyatakan selesai.
Kesimpulan
Pengalaman tambal gigi anak pakai BPJS di faskes pertama keluarga kami cukup baik dan menyenangkan. Dokter-dokter (iya, selama empat kali kunjungan dokternya berbeda) yang merawat Keenan telaten, ramah dan cukup komunikatif.
Untuk bahan tambal giginya saya kurang tahu. Namun setahu saya tambal gigi yang ditanggung oleh BPJS menggunakan bahan resin komposit atau bahan glass ionomer cement (IGC). Sebagai pasien BPJS ya pasrah aja ngikut kebijakan dokter dan klinik hehehe. Alhamdulillah sampai saat ini masih baik-baik aja tambalannya.
Proses pendaftaran pun mudah hanya antriannya aja yang bikin lelah, ya. Selain itu ruang pemeriksaan gigi ya standar aja ruangan dokter gigi karena memang bukan dokter gigi spesialis anak. Kesan yang formal bisa terasa intimidatif atau menakutkan bagi anak.
Jadi untuk anak yang lebih kecil dan ada pilihan lain sebaiknya bawa aja ke dokter spesialis gigi atau klinik gigi anak. Namun bagi saya dan anak-anak sih enggak ada masalah dengan memeriksakan gigi di klinik faskes pertama BPJS.
Maafkan juga enggak ada foto dari dokumen pribadi yang saya gunakan di postingan ini. Sebab, ada peraturan dari klinik untuk tidak memotret atau merekam selama proses pemeriksaan atau tindakan kesehatan. Kalau di klinik spesialis anak biasanya enggak masalah ya foto-foto, banyak akun-akun selebgram yang suka foto bareng dokter anak atau dokter gigi anaknya di ruang praktik.
Teman-teman ada pengalaman tambal gigi anak pakai BPJS atau di klinik gigi lain? Atau mungkin ada tips supaya anak enggak takut ke dokter gigi? Share di komentar, yaaa.
alfakurnia
Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com