Sebelum pindah, suami sudah wanti-wanti kalau nanti di sini kita nggak bisa punya ART seperti di Indonesia. Awalnya saya pikir nggak masalah, semua pasti bisa ditangani dengan baik. Yang penting bisa pindah dan kumpul dengan suami dan anak.
Tapiiiiii… Ternyata buat perempuan yang dibesarkan dengan fasilitas ART dan dimanjakan dengan oleh support system yang mudah didapat di Indonesia, nggak mudah untuk mengerjakan semua urusan rumah tangga plus ngurus anak sendiri. Belum lagi ngatur waktu untuk nulis. Rasanya ngos-ngosan.
Seminggu pertama sih masih santai, makan selalu diluar, Cinta juga gampang tidur dan makannya. Masih sering pergi jadi nggak suntuk di rumah. Masuk minggu kedua, mulai stres karena setrikaan numpuk, rumah berantakan terus, Cinta sudah mulai bosen pergi dan maunya nonton tv aja di rumah. Mau masak cari bumbu dapur dan bahan yang fresh susah, begitu dapet bingung mau masak apa. Makan di luar selain lama-lama tekor juga bosen terus-terusan makan masakan Cina dan India. Sekalinya nemu nasi bebek eh rasanya bikin pengen nangis. Aaarrrgghhh…
Di minggu kedua ini jadi sering marah-marah, pas lagi PMS pula. Cinta jadi makin nggak keurus dan ikut sering tantrum karena diomelin mulu. Hadeuuuhh. Super sutris.
Tapi masuk minggu ketiga tiba-tiba semuanya terasa lebih ringan. Nggak tahu deh kenapa. Padahal sering bangun kesiangan juga tapi selalu sempat bikin sarapan, setrika, masak untuk makan siang dan malam. Kamar meski nggak kinclong-kinclong amat (kecuali kalau abis dibersihin sama cleaning service) tapi juga nggak berantakan banget. Masih punya waktu juga untuk nulis artikel buat MomsGuide, hosting twitternya dan main di twitter dan facebook (terutama The Sims Social 😀 ). Pas suami sudah berangkat kerja dan Cinta belum bangun malah bisa nge “me time” sambil sarapan sendiri. Enak banget rasanya 🙂
Mungkin yah, karena sudah mulai beradaptasi dengan waktu. Juga memanfaatkan kemampuan multitasking yang dikasih Allah ke perempuan. Jadi sambil nungguin kompor listrik panas untuk bikin sarapan sederhana seperti nasi goreng atau manggang roti capati atau ngerebus spaghetti, cepat-cepat ngerendam underwear, cuci piring dan gelas yang abis dipakai ngopi, buang sampah. Sebelum mandi ngucek rendaman dan bilas trus mandi sekalian mandiin Cinta. Abis itu masukin baju ke mesin cuci lanjut sarapan sambil nyuapin si bocah.
Pengalaman di minggu kedua, saat setrikaan numpuk banget dan bikin putus asa. Mulai minggu ketiga ini berusaha setrika setiap hari. Mending dikit-dikit daripada sutris liat baju numpuk. Nggak licin-licin amat sih, yang penting kena setrikaan.
Kalau lagi nggak waktunya kamar dibersihkan, masak untuk siang dan malam sekaligus. 2 menu aja sih, sayur dan lauk. Tapi kalau pas malas masak ya goreng telur aja atau sosis dan nugget untuk siang. Ntar sore baru masak untuk malam. Setelah selesai makan malam, sambil cuci piring untuk kesepuluh kalinya dalam sehari, minta tolong suami ajak Cinta beberes mainannya trus bersiap tidur. Fffiiiuh, another busy day is over.
Suka bersyukur sih karena sementara ini kami tinggal di serviced apartment yang ada fasilitas cleaning servicenya meski nggak tiap hari juga. Jadi saya nggak harus tiap hari nyapu ngepel kamar. Alhamdulillah juga Cinta anaknya cukup mandiri, jadi nggak harus selalu ditemenin main. Buat dia yang penting mamanya keliatan ada di sekitarnya. Plus, suami yang nggak segan untuk bantu-bantu dan selalu menghabiskan apapun yang saya masak, bagaimanapun rasanya. Itupun suami kalau pagi bikin kopi sendiri karena harus berangkat pagi-pagi sementara saya seringnya belum bangun XD
Memang sih jadinya nggak seperti mamah-mamah idola yang bisa ngerjain semua pekerjaan RT dengan sempurna. Inipun banyak hal yang saya “terpaksa” kompromikan dengan idealisme, seperti Cinta makan nugget dan sosis siap pakai, nonton TV hampir sepanjang hari. Begitu juga memanfaatkan fasilitas yang meringankan pekerjaan seperti saus spaghetti instan, bumbu hainan rice instan, molto sekali bilas.
Minggu depan rencananya akan belajar untuk bangun dan menyiapkan sarapan lebih pagi karena Cinta akan masuk sekolah. Belum lagi mengatur waktu mengantar jemput sekolah dan melakukan pekerjaan sehari-hari dengan baik.
Yah, pelan-pelan lah berusaha mengalokasikan waktu lebih baik. Karena kalau sudah tinggal di rumah sendiri tentu lebih banyak lagi pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Saya akui deh, para mama yang ARTless tapi tetap bisa bikin rumah kinclong, masakan homemade semua, anak sehat dan terawat, suami bahagia itu super hebat.
Boleh dong mommies saya dibagi tips untuk bisa handle semua tugas RT tapi tetap punya waktu untuk main dan belajar sama anak plus bisa gaul dan aktif di sosmed *serakahmode: on*.
Foto koleksi pribadi, difoto oleh: Awie R
alfakurnia
Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com
2 thoughts on “One Step At A Time”
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.
Salam kenal mbak dari bundanya Pandu yang ditinggal jauh ayahnya he3x…
Akhirnya ketemu juga disini…Ternyata mbak yg pindah ikut suami ya?Enaknyaaaa..kapan ya aku juga bisa ikut sama suami *sad* *emak-emak lebay*
Tetep semangat mbaaa…aku juga kalo masalah setrika baju kalo ada suami aja,plus cuma setrika baju-baju yang mau dipake keluar rumah *ketauan yah malesnya*
Mudah2-mudahan betah ya mbak di brunei sana ^_^ Salam buat Cinta n Suami…
Like this one yoooo….:)