Ceroboh (Nyaris) Berakibat Fatal

Sebagai orangtua, kadang kita melakukan kecerobohan dalam mengasuh dan menjaga anak-anak. Nggak peduli sekuat apapun kita berusaha melakukan yang terbaik bagi mereka.

Hari Minggu yang lalu, saya kembali melakukan kecerobohan yang bisa saja berakibat fatal bagi keselamatan anak. Berawal dari permintaan kakak Cinta untuk main di playground Petani Mall, Tutong. Saya dan suami yang memang malas saat anak-anak main di playground karena berarti harus mengikuti kemana pun Keenan pergi, mengiyakan permintaan tersebut dengan syarat kakak harus jaga adik.

Kebetulan beberapa bulan sebelumnya kakak Cinta sanggup melakukan hal itu di playground yang lebih besar di Bandar. Dia bermain bersama Keenan sementara kami duduk mengawasi dari luar arena permainan. Sesekali saya masuk untuk menemani Keenan bermain supaya Cinta bisa main di tempat-tempat yang nggak terjangkau oleh Keenan. But overall she did a great job.

Kali ini saya nggak ikut masuk ke dalam arena karena lapar sekali dan ingin makan di tempat duduk yang berbatasan langsung dengan pagar arena bermain. Saya juga nggak bisa minta tolong suami untuk mengawasi anak-anak di dalam arena karena diapun sudah lelah nyetir. Selain itu kalau tiba-tiba ada mbak-mbak yang terpesona lihat suami saya momong Keenan main lalu ngebisikin kalau dalam Islam poligami itu diperbolehkan kan bisa bikin emosi jiwa ya hehehe.

Nah, dari tempat duduk itu kami bisa mengawasi bouncy castle, tempat main toddler serta pintu keluar masuk. Jadi saya pikir cukup aman membiarkan mereka bermain berdua, apalagi arenanya jauh lebih kecil daripada playground yang di Bandar.

Lima belas menit pertama semua berjalan lancar. Kemudian Keenan terdengar menangis, dan setelah dicek suami hanya karena dia jatuh di arena mandi bola. Setelah itu kembali aman. Sampai tiba-tiba terdengar rengekan Keenan di suatu tempat.

Suami pun langsung bangkit dari tempat duduknya, dan setelah kakak mengaku nggak tahu keberadaan Keenan, dia mencari di luar arena bermain yang memang jadi satu dengan area display mainan, stationary, kitchenwares dan benda elektronik. Ternyata Keenan sudah berjalan ke area stationary sendirian dalam keadaan sudah memakai sepatu di kaki kiri dan kesulitan memakai sepatunya di kaki kanan. Sementara salah satu SPG sudah bersiap menghadang Keenan di antara rak alat tulis dan eskalator.

Alhamdulilah Keenan masih dilindungi. Hal yang terus saya syukuri adalah dia nggak berhasil memakai salah satu sepatunya sendiri yang membuatnya merengek kesal sehingga kami bisa tahu bahwa dia keluar dari arena bermain. Dan mbak SPG yang cepat tanggap.

Jujur saya sempat kecewa karena Cinta tidak mengawasi adiknya sampai bisa keluar tanpa ada orang yang tahu. Padahal dari tempat keluar dan tempat penyimpanan sepatu memerlukan beberapa langkah. Belum lagi fakta bahwa Keenan sudah memakai sepatunya sendiri. Meski yang sebelah hanya masuk separuh, waktu yang dibutuhkan sampai Keenan mencapai lokasi tempat dia ditemukan untuk ukuran anak 2,5 tahun cukup lama.

Berarti selama itu pula kami sebagai orangtuanya lalai. Tidak seharusnya tanggungjawab mengawasi anak diserahkan sepenuhnya kepada kakaknya yang baru berusia 8 tahun. Tanpa mengabaikan kenyataan bahwa kakak sayang sekali sama adiknya, mengingat kesayangan pertama saya itu masih perlu diingatkan untuk menyiapkan buku pelajaran dan seragam sekolahnya setiap hari, rasanya tanggungjawab itu terlalu besar. Apalagi ketika ditanya alasannya tidak mengawasi adik, dia menjawab, “Because I want to play something else that he can’t do.”

Wiiii langsung tertohok rasanya. Kakak masih di bawah umur. Hak dia adalah bermain dengan bebas. Benar memang kita harus mengajarkan anak peduli pada saudaranya dan saling menjaga sejak dini. Tapi dia masih 8 tahun. Keinginan untuk bermain tentu lebih besar dari rasa tanggungjawabnya. Apalagi di tempat yang nggak setiap hari bisa ia datangi.

Jadi pada malam hari saat kami makan bersama, kami mengucapkan terima kasih karena kakak sudah bersedia menjaga adik di playground. Saya juga berpesan kalau lain waktu kakak sedang main berdua adik dan tiba-tiba ingin main sendiri tolong bilang mama atau papa, supaya ada yang mengawasi adik.

Semoga kejadian ini jadi pelajaran buat kami. Banyak hal yang harus diperbaiki dan diubah. Terutama rasa malas. Jadi orangtua harus mau repot demi keamanan anak-anak. Setuju?

Suka dengan artikel ini? Yuk bagikan :)

alfakurnia

Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com

2 thoughts on “Ceroboh (Nyaris) Berakibat Fatal

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top
error: Content is protected !!