Beberapa hari yang lalu saya membaca surel dari milis ibu dan anak yang saya ikuti. Penulis surel tersebut bercerita bahwa ia telah menegur saudaranya yang memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) instan untuk anaknya. Saking gemesnya si penulis kepada saudaranya ia mengatakan “percuma kamu kasih ASI Eksklusif kalau makannya bukan buatan rumah.” Beruntung moderator sekaligus pemilik milis bijaksana, ia mengingatkan penulis bahwa tidak semua orang suka dikritik seperti itu.
Saya pun teringat beberapa surel dari milis kesehatan yang memberi label bahwa orangtua yang membawa anaknya yang sedang sakit ke dokter dan tidak mengikuti guidelines hometreatment dari WHO adalah orang tua yang irrational medical use (IRUM) apalagi ketika si anak diberi antibiotik. Di milis satunya juga tidak sedikit ibu-ibu yang berhasil memberikan ASI Eksklusif dan diteruskan hingga 2 tahun seperti saran IDAI memberikan pandangan miring kepada ibu-ibu yang terpaksa memberikan susu formula kepada anaknya tanpa mau tahu penyebabnya. Hal-hal seperti ini yang kadang membuat saya enggan membaca satu persatu surel dari milis-milis yang saya ikuti. Tapi pengetahuan dan ilmu yang saya peroleh dari milis itu sangat membantu saya yang belum berpengalaman membesarkan anak.
Saya, alhamdulillah bisa memberikan ASI Eksklusif dan berhasil menyapih di usia 2 tahun walaupun sempat juga memberikan sufor karena suatu dan lain hal. Juga alhamdulillah bisa memberikan masakan rumah buatan sendiri untuk Nad walau tidak jarang ikut saya makan diluar rumah yang tentunya tidak bisa dipastikan bebas MSG. Saya juga berusaha untuk tidak mudah membawa anak ke dokter selama yakin penyakitnya hanyalah common problems in pediatric walaupun tetap menganggap bahwa dokter adalah sahabat dan partner terpercaya dalam masalah kesehatan anak. Hanya saja saya tetap merasa tidak berhak menganggap diri saya lebih baik daripada ibu-ibu lain yang tidak sealiran dengan saya.
Setiap orangtua pasti berusaha untuk merawat dan memberikan yang terbaik bagi anaknya sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan mereka. Dan ketika kita dikritik dengan keras mengenai cara kita membesarkan anak, sebagian besar pasti akan bereaksi defensif lalu semakin menutup diri dan berusaha meyakinkan bahwa caranyalah yang paling benar. Seandainya si penulis surel pertama tadi memberikan saran dengan mengajak saudaranya masak dan makan bersama di rumah serta memberitahu kiat masak MPASI rumahan yang praktis tentu saudara tadi akan sedikit terbuka hatinya. Atau daripada hanya mencemooh ibu-ibu pemberi sufor, bukankah lebih baik mendekati penggiat posyandu atau aktif disana lalu memberikan penyuluhan mengenai kebaikan ASI, tatacara pemberian ASI, membantu saat ada yang kesulitan menyusui.
Milis dan internet saat ini adalah sumber informasi yang sangat mudah didapat. Namun, tidak semua orangtua bisa menikmati fasilitas tersebut. Ada yang masih berpatokan dengan “kata orangtua, kata dokter atau biasanya begini” sehingga pengetahuan baru sulit diserap. Kita yang diberi kelebihan pengetahuan sebaiknya saling berbagi namun tetap memperhatikan cara penyampaian dan waktunya. Dengan bahasa dan cara yang baik, penyampaian suatu informasi terutama mengenai kesehatan anak tentu lebih mudah diterima. Jangan lupa, orangtua muda terutama yang baru pertama kali punya anak pastinya akan lebih suka bila memiliki sahabat berbagi daripada pengkritik.
Mailing list adalah tempat mencari ilmu, bertukar pikiran tapi bukan berarti orang lain yang tidak sealiran dengan kita di milis tersebut selalu salah. Jujur aja saya kasihan dengan anak-anak “sapi” yang terlanjur dicap nggak pinter karena nggak diberi ASI. Ada beberapa kasus balita meninggal karena orangtuanya terlalu ketat menerapkan home treatment tanpa memperhatikan kondisi anak sudah semakin parah. Saya berusaha tidak menganggap milis sebagai dewa walaupun diasuh oleh orang-orang yang ahli di bidangnya. Tetap cari pendapat di dunia nyata oleh orang-orang yang kompeten pula agar kita tidak dianggap lulusan sekolah internet 😀
alfakurnia
Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com
One thought on “Bijak berbagi ilmu”
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.
Terima kasih wawasan dan Ilmunya…