Inside Out: Ketika Emosi Punya Perasaan

Inside Out: Ketika Emosi Punya Perasaan

Jujur aja meski berkali-kali lihat trailernya di Disney Channel awalnya saya nggak tertarik untuk nonton film terbaru dari Disney Pixar ini. Apalagi baca resensinya di IMDB banyak yang ngasih kurang dari 5 bintang, bahkan ada yang 1! Beberapa top review bilang film ini membosankan, nggak seperti film-film Disney Pixar yang lain. Ada juga yang mengatakan bahwa film ini bukan untuk anak-anak dan masih banyak kritikan lain.

Tapi karena di minggu pertama penayangannya di Indonesia –yang kebetulan bertepatan dengan waktu penayangan di Brunei– banyak yang posting nonton Inside Out dan rata-rata bilang film yang dibintangi oleh Amy Poehler dan Phyllis Smith ini bagus, saya pun tergoda untuk nonton. Biar kekinian gitu lah.

Karena rating film IO adalah PG ((Parental Guidance Suggested: Parents urged to give “parental guidance.” May contain some materials parents might not like for their young children)) saya coba cek dulu di Parents Guide for Inside Out di IMDB untuk mengetahui apakah ada yang kurang sesuai ditonton oleh anak seumur Cinta. Setelah yakin semuanya cukup aman baru deh saya mengajak kakak Cinta untuk movie date nonton film Inside Out di PSB Dualplex Seria.

Dan ternyata film ini menguras air mata, sodara-sodara. Asli mulai dari 15 menit film ditayangkan sampai akhir berkali-kali saya harus diam-diam mengusap mata yang basah karena terharu melihat adegan-adegan di dalamnya.

Cerita dimulai saat Riley baru lahir dan muncul Joy yang mengontrol perasaannya bersama dengan keempat rekannya Sadness, Anger, Fear dan Disgust. Kemudian waktu pun bergulir dengan menampilkan Riley yang tumbuh menjadi gadis kecil yang ceria, punya hubungan emosional yang erat dengan ortunya, suka hoki dan melakukan hal-hal konyol berkat dominasi Joy, sampai suatu saat Riley harus pindah ke San Fransisco bersama ayah dan ibunya.

Di sinilah konflik perasaan mulai muncul. Joy, Sadness, Anger, Fear dan Disgust berganti-ganti memainkan peran pada emosi Riley yang harus beradaptasi pada banyak hal. Rumah baru, moving van yang nggak kunjung datang, sekolah baru dan pekerjaan ayah yang menyita waktunya.

Kebingungan menghadapi keadaan ini, Joy berusaha mengontrol perasaan, ia setengah memaksa teman-temannya untuk selalu bergembira. Joy meminta Fear untuk membuat daftar hal buruk yang bisa terjadi pada hari pertama sekolah dan berusaha mengantisipasinya. Bahkan ia berusaha mengisolasi Sadness yang beberapa kali membuat Riley sedih. Joy ingin Riley selalu senang apalagi saat Ibu mengatakan bahwa mereka sangat beruntung karena pada kondisi yang penuh tekanan seperti ini keceriaan Riley memberikan semangat bagi orangtuanya.

Tapi saking inginnya Joy membuat Riley merasa bahagia, kecelakaan pun terjadi. Joy dan Sadness tanpa sengaja terlempar dari markas dan terdampar di tempat penyimpangan long term memory. Mereka pun berusaha kembali ke markas dengan membawa core memories ((The core memories are objects of major importance inInside Out. Like all memory orbs, core memories represent past events of Riley’s life. However, they have a much greater importance than usual memories. They represent key moments that have defined Riley’s current personality. Core memories appear brighter than any other memory and power each Island of Personality. – source: Pixar Wikia)) .

Dalam perjalanan ini Joy dan Riley menyaksikan bagian-bagian masa lalu Riley yang membentuk kepribadiannya runtuh satu persatu. Sementara di markas keadaan semakin memburuk karena Fear, Anger dan Disgust kebingungan dan kendali emosi membuat Riley melakukan hal-hal di luar kebiasaannya.

Kondisi inilah yang saya sadari sering muncul dalam perilaku Cinta saat ia harus menghadapi pengalaman baru atau hal-hal yang tidak menyenangkan. Perubahan kepribadian dan perilaku yang tidak biasa. Seringkali saya bilang meminta ia untuk tetap ceria, nggak terima saat dia merasa sedih atau marah, bahkan takut. Padahal semua perasaan itu ya harus diterima apa adanya.

Kita nggak bisa terus-menerus menekan dan menyembunyikan kesedihan, nggak bagus juga menahan marah dan takut. Konon merepresi perasaan negatif ini akan membuat kita mudah sakit ya.

Ternyata boleh kok merasa sedih, marah dan takut, hanya saja harus disalurkan dalam perilaku yang aman dan nyaman.

Saat berduka boleh sedih dan menangis karena itu akan membuat kita lebih tenang. Seperti yang dilakukan oleh Sadness ketika Bing Bong merasa sedih. Alih-alih mengabaikan kesedihannya seperti yang dilakukan Joy, Sadness berempati dan menggali kesedihan Bing Bong sambil duduk di sampingnya sampai Bing Bong merasa lega. Persis pekerjaan psikolog.

Film ini benar-benar jadi pengingat bagi saya. Setelah beberapa waktu lalu membaca cuplikan buku “Kata Siapa Tidak Boleh Marah” karya Zhizhi Siregar di Instagram fufuelmart tentang perbedaan reaksi anak ketika ia marah dan diabaikan dengan dipeluk saat ia merasa marah. Kali ini saya diajari untuk menerima perasaan sedih. Tahu nggak benang merahnya adalah pada acceptance.

Menerima dan mengenali perasaan diri kita dan anak adalah hal yang penting. Sesungguhnya yang diperlukan saat kita berada pada kondisi yang tidak nyaman adalah, “Hey, saya mengerti kamu sedih/marah/takut/kecewa. Wajar kok kamu merasa seperti ini. Saya juga pasti akan merasakan hal yang sama,” plus pelukan hangat. Seringkali sebuah pelukan erat tanpa kata-kata saja sudah bisa mengungkapkan hal tersebut. Dan itu cukup.

Buat mahasiswa psikologi wajib banget deh nonton ini. Kalian akan tahu tentang short term memories, long term memories, subconcious, sampai imaginary friend yang selama ini nampak abstrak. Buat para orangtua film ini bagus untuk memahami kondisi emosi anak. Sedangkan untuk anak-anak, mereka akan terhibur dengan cerita penuh warna, mengetahui pulau-pulau yang ada dalam peta emosi mereka. Cinta pun terpesona sambil bilang, “Is this what really happen inside my brain?”

Bahkan dia bisa merecall salah satu pulau ketika kami bepergian hari Minggu kemarin dan Keenan asik menunjuk-nunjuk keluar mobil sambil mengoceh, “Dinosaurs.” Saat saya dan papanya mengomentari hal tersebut, Cinta berujar, “He’s imaginating you know. Kids do that.” “Oh iya, seperti Imagination Land-nya Riley ya, Kak.” “Yes, it’s a fun land,” jawabnya.

9 bintang deh buat film Inside Out.

Kalau menurut kalian bagaimana?

Suka dengan artikel ini? Yuk bagikan :)

alfakurnia

Lifestyle blogger yang suka berbagi tentang review produk, kisah sehari-hari, pengalaman parenting dan banyak lagi. Juga suka menulis resensi buku dan produk skincare di blog alfakurnia.com

4 thoughts on “Inside Out: Ketika Emosi Punya Perasaan

  1. Baru mau ngajak nonton, khawatir juga anak anak malah tidur ngga bisa ngikutin jalan ceritanya yang kayaknya berat mba. Tapi mau nyoba deh 🙂

    1. Coba aja, mbak Shinta. Alur ceritanya emang agak berat tapi tapi anak kecil yang duduk di belakang malah ketawa-ketawa liat adegan si Bing Bong, Imagination Land, jadi gepeng di Abstrack Land.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top
error: Content is protected !!